Sore
itu sangat gelap, ditambah lagi Ayah belum pulang dari kantornya. Aku yang
sedang berlari kearah pintu luar untuk menunggu kedatangan Ayah sambil
menangkap kupu-kupu nantinya, melewati kamar Ayah dan Mama. Terlihat Mama
sedang berdiam sendiri di kasurnya, suaranya seperti sedang menangis.
“... Mama?” aku
dengan berlahan memasuki kamarnya. “Mama..”
Mama Sasha
tidak mendengarkanku, dia masih menangis.
Akhirnya, aku
masuk. Mencoba bertanya padanya, “Mama, ada apa?”
“K-kau..” dia
menatap wajahku, dan langsung berdiri dari posisi duduknya tadi. “Pergi!,
Cecil! Keluar dari kamarku!”
“Ta-tapi..” aku
berusaha diam, “Ayah tidak pernah menyuruhku keluar..”
“Tidak ada
tapi! KELUAR!” teriaknya.
Wajahnya yang
menakutkan membuatku berlari keluar, “i-iya..”
“Pergi! Kau
bukan siapa-siapaku! Kamu bukan anakku!” teriaknya lagi.
Sampai di luar
taman aku terus memikirkannya lagi, “Mama kenapa ya..”.
Memang sudah biasa, Mama sering marah
padaku. Jika aku melakukan sedikit kesalahan selalu dimarahi. Namun pada saat
itu Ayah tak pernah dirumah, jadi jika aku bercerita pada Ayah, “tadi Mama
memarahiku Ayah..”. Dan dia selalu berkata, “haduh, mana mungkin? Mamamu itu
sangat sayang padamu, Cecil..” dengan senyumnya. Jadi tidak ada harapan, Ayah
tak percaya kata-kataku.
Terkadang aku berpikir, Mama Sasha itu
agak sinting. Dia senang tertawa dan bicara sendiri di kamar. Dan saat aku
berusaha bertanya kenapa padanya, dia memarahiku. Sudahlah, itu memang hidupku.
“Hidupku
seperti Putri Salju saja..” aku mengambil sebuah bunga kuning di taman
mansionku yang besar itu, “Mama sendiri seperti Mama tiri.. kejam!”
Tiba-tiba angin
datang kearahku. Gaunku sampai tertiup.
Sosok Mama
Sasha tampil di belakangku dengan matanya yang merah.
“Mama?” aku
kaget.
Dia ternyata
juga membawa sebuah pisau di belakangnya.
“Sudah cukup!”
Mama entah kenapa menaikkan pisau itu, “Fran hanya mempermainkanku!”
“Mama..” aku
hanya anak kecil yang bingung akan keadaannya.
Dia menunduk,
“maaf Cecil.. tapi..” dan berjalan kearahku, “kamu harus mati!”
Mama
mengayunkan pisaunya kearahku, aku pun langsung menghindar. “Kyaaaaa!!” duh itu
hampir saja, aku bisa jadi sate nih.
Sempat aku
melihat matanya yang merah dengan air matanya yang akan menuju kearahku lagi,
aku langsung pergi dari sana, berlari secepat mungkin kubisa.
Berlari, dan berlari. Dengan pertama
kalinya aku berani meninggalkan mansionku sendirian dan berhasil tanpa
pengetahuan security. “*gasp gasp* di-dimana aku?” ucapku bingung dan mencapai
sebuah jalan. Perutku lapar, kedinginan, aku ingin pulang.. begitulah nasib
anak kecil yang hilang, tak punya orang tua/ rumah, atau sepertiku kabur dari
rumah. Namun aku berpikir,
“Ah! Saat Ayah
mengetahui aku hilang dari rumah.. dia PASTI mencariku!” pikirku sambil duduk
sendirian di sebuah kursi taman di pinggir jalan.
Melihat
sekeliling jalan aku menemukan toko permen. Tanpa pikir aku langsung kesana,
mau bagaimana lagi, perutku lapar.
“Eh?” seseorang
berkata padaku di dalam sana, dia tersenyum, “dimana orang tuamu? Kamu
tersesat?” ucapnya.
Aku bergeleng,
sebenarnya takut berbicara dengan orang asing.
Ibu ini, sangat
cantik. Dia terus tersenyum padaku, “siapa namamu?”
“Ce-cecil..”
jawabku malu.
Sejenak dia
terlihat kaget, namun kembali tersenyum, “ayo..”
“Ha-hah?”
tanganku tertarik olehnya.
Alangkah
baiknya, ternyata orang itu membelikanku permen dan roti. Kami berdua duduk
bersama di kursi yang sebelumnya kududuki tadi.
“Nah..
bagaimana rasanya?” ucapnya manis.
Aku menjawab,
“e-enak..”
“Dengar
Cecil..” dia jongkok tepat di tempat dudukku.
“Iya?” aku
melanjutkan makanku.
Dia memelukku,
“aku sangat senang.. bisa bertemu denganmu..”
Saat dia
memperlihatkan wajahnya padaku, dia menangis sambil tersenyum. Dengan wajah
gembira aku menjawab, “aku juga! Makasih ya,tante!”
“Tante, ya?”
orang itu menjawab, “ahaha..”
“Tante sangat
baik, makasih ya tante!” ucapku lagi.
Dia pun
mengangguk.
Disana, aku bercerita padanya tentang
mamaku, dan hidupku. Sepanjang jalan dia selalu mendengarkanku dengan wajah
cantiknya.
“Seorang ibu
tidak pernah begitu,Cecil sayang..” tanggapnya.
“Tapi..” aku
menghabiskan rotiku, “Mama Sasha selalu memarahiku..”
Dia bergeleng,
“seorang ibu pasti menyayangi anaknya, kalau tidak sayang berarti bukan seorang
ibu yang baik. Lagipula terkadang dia marah karena sayang pada anaknya..”
“Be-begitu
ya..”
Orang itu
tersenyum kembali, sampai-sampai aku nge-fans sama senyuman sempurnanya itu.
Cantik sekali, aku nggak bohong.
“Omong-omong...”
aku mengganti topik, “besok ulang tahunku loh!”
“Benarkah?” dia
menjawab, “waah.. bagus dong kalau begitu!”
“Thehe..” aku
tertawa gembira.
“Nah.. untuk
hadiah untukmu, harus kuberi apa ya?” dia tiba-tiba berdiri, “aku takut kita akan
susah bertemu lagi..”
“Jangan
khawatir tante.. kita pasti akan bertemu lagi!”
“Janji ya?”
Aku memberi
jari kelingkingku, “janji!”
Tiba-tiba suara
petir datang, tante itu pergi dengan sendirinya. “Hujan?” ucapku sendirian di
jalan itu. Dan berjatuhanlah semangka dari atas langit. Orang-orang di
sekelilingku mondar-mandir menyelamatkan diri, begitu pula aku.
“Aaaah!!” aku
pun terbangun dari tidurku.
“Loh?”
lanjutku, aku berpikir sejenak, kenapa lampu kamarku menyala?.
“Ah..” Claire
terlihat keluar dari kamar mandiku, “Young Lady? Kamu dah bangun?”
“Claire?
Ngapain kamu disini?”
“Tadi saya
sempat menemukan lensa kontakmu di wash taffel tapi belum sempat diambil..
jadi..”
Aku kaget, “kau
menemukannya?!”
Claire
tersenyum, “tentu!”
“Yapooooiii~!”
aku lompat dari kasurku dengan gembiranya, “mana? Mana? Aku sudah tidak tahan
dengan penutup mata itu!”
“Nanti saya
bersihkan..” ucap Claire, “kau tahu pasti kotor kan?”
“Be-benar
juga..” ucapku dan berjalan kembali ke kasur.
“Ma-maaf.. apa
tadi saya membangunkanmu,Cecil?” Claire bertanya.
Aku hanya
menjawab, “ah nggak kok, cuma mimpiku aneh aja dan aku bangun..”
“Oh..
baguslah..” dia tersenyum.
“Hey,” aku
berkata, sudah siap tidur kembali, “jam berapa ini?”
“Sepertinya
masih jam 8 pagi..”
“Wha?!” aku
kaget dan bangun lagi dari kasur, “kenapa nggak bangunin aku?!”
“Ini hari
minggu.. sekolahmu libur, Young Lady..” jawab Claire, “lagian kamu pesan padaku
bahwa saat hari libur bangunkan aku jam 9 pagi, begitu?”
“Aaaah!! Hari
ini lain! Aku punya banyak pekerjaan!!” segera aku melompat ke perpustakaan
kecil di kamarku itu.
Claire terlihat
senang, “wah.. mau belajar ya? kalau begitu..”
Aku langsung
mengeluarkan novel-novel pinjamanku itu.
“Good..” Claire
terkejut melihatku hanya membaca novel, “luck..”.”EH?”
“WOI! JANGAN
BACA NOVEL TERUS DONG!, CECIL! BELAJAR!” ucapnya kesal.
“Kenapa?” aku
melirik kearahnya, “ini libur, jadi aku ingin bebas..”
“Hah.. kau ini
sama saja seperti biasanya..” Claire berjalan ke pintu keluar, “novel itu
adalah teman terbaikmu..”
“Hmm benar,
kayanya memang tak bisa lepas ya! aku dengan novel itu ada ikatan batinnya!
Ahaha” ucapku bergurau.
“Duh duh..”
Berjam-jam aku menghambiskan waktuku
disana. Membaca novel itu dengan semangat. Mungkin sekarang sudah pukul 12. Dan
heboh, 5 novel sudah selesai terbaca olehku kufufu.
“Cecil?”
seseorang masuk ke kamarku setelah mengetuk pintunya.
Aku masih
konsentrasi membaca, namun menjawab, “iya..”
“Sedang apa
kamu,sayang?” sepertinya itu suara Ayah.
Benar, itu
Ayah. Aku langsung menaruh novel itu dan berdiri, “Ayah..”
“Pasti baca
novel lagi,ya?” tanyanya sambil tertawa kecil.
“I-iya..
ahaha..”
“Begini,
Cecil..” dia menududuki kasurku, “ada yang ingin Ayah berikan..”
“Ya?” aku
mengikutinya duduk di sebelah Ayah.
“Ini sudah
memasuki bulan Desember.. jadi..” ia melanjutkan.
Aku mencoba
menebak, “sudah Ayah.. jangan terlalu dipikirkan..”
“Tapi itu
adalah bulan dimana anak Ayah satu-satunya berulang tahun!”
Untuk tidak
membuatnya khawatir aku tersenyum, “sudah tak perlu..”
Ayah sejak kematian Mama Sasha selalu
merasa bersalah. Oh.. iya benar juga ya, kalau nggak aku kasih tahu keterangan
kejadiannya dengan jelas kalian mungkin jadinya nggak mudeng-mudeng. Jadi, aku
beri flash backnya sekarang, ok?
# 23 Desember, Salvatierra Mansion. #
“Master!
Master!”
“Hah?”
Ayah yang baru pulang menjawab.
“Young
Lady dan Lady menghilang!” lanjut salah satu Security Man (SM) di mansionku
itu.
“APA?!”
mendengarnya, Ayah langsung shock, “APA KATAMU!?”
Namun
tiba-tiba, “kyaaaaaaa!!!” teriakan seseorang terdengar keras dari kebun.
Ayah
dan beberapa SM-nya itu pergi ke lokasi tersebut.
“La-lady..”
ternyata ada salah satu maid dari mansionku ada disana.
Dari
banyaknya kerumunan orang (yah,bisa saja para SM, maid, dsb) yang melihat, Ayah
langsung ingin melihat di posisi VVIP. “Sasha..” wajahnya kecewa.
Ternyata
Mama bunuh diri menggunakan pisau yang ia pegang tadi.
#
Mean while, aku dan Ibu itu.. #
“Jadi..
tante mau pergi sekarang?” tanyaku padanya.
“I-iya..”
ucapnya terlihat terpaksa, “aku harus pergi..”
“Tu-tunggu!”
teriakku dan memegang tangannya sebelum ia pergi.
Ibu
itu menjawab, “Cecil? Kenapa? Ada apa?”
“Ce-cecil..”
aku pun memberinya pelukan perpisahan, “ingin..”
Tiba-tiba,
“hey, CECIL!” seseorang berteriak namaku.
Aku
bersama orang itu langsung melihat kearah suara.
“Ayah?!”
gawat, Ayah sudah datang!.
“Fran?!”
ibu di sebelahku itu juga menjawab.
Aku
bingung, “tante.. tahu Ayah?” tanyaku.
“Bu-bukan
kok..” jawabnya, “dah ya.. tante pulang dulu.. dag,Cecil..”
Dengan
cepat secepat angin, dia pergi ditelan orang lalu-lalang.
Ayah
langsung memeluk badan kecilku itu, “Cecil.. Ayah khawatir..”
“Ma-maaf
Ayah..” aku menjawab, “tadi Mama memarahiku jadi aku ingin pergi mencari Ayah..
Maaf..”
“Sudahlah
tak perlu minta maaf,Cecil..”
“Kenapa
Ayah?”
“Tak
apa, omong-omong.. jangan ngomong sama orang asing lagi ya..” ucapnya. Aku tahu
dia pasti berusaha menyembunyikan sesuatu yang tidak lazim diketahui anak kecil
layaknya aku.
“I-iya..”
Well, sebenarnya perkataan Ayah yang terakhir itu membuatku kaku
dalam pergaulan dan susah untuk berbicara dengan orang asing. Namun aku tidak
terlalu memikirkannya, jadi tak apa.
“Yang aku pikirkan sekarang?” hmm..
apa ya?. Mungkin penarasan ingin ketemu lagi sama ibu itu. Kita kan sudah janji
bakal ketemu lagi, tapi.. bagaimana aku bisa mencari keseluruh dunia seorang
mother-figure dengan tinggi kira-kira 158 cm, rambut warnanya abu-abu terang bergelombang
dengan ikatan kecilnya di belakang namun ¾ rambutnya masih terurai, juga
mukanya yang halus dan sopan. Jangan lupa senyuman sempurnanya. Namun aku tak
tahu namanya *plak (namanya anak kecil, bodoh kenapa nggak tanya namanya?!).
#
flash back end here. #
Setelah beberapa menit berbincang
dengan Ayah dia memutuskan untuk tidak menggangguku membaca novel. Yah tapi
sepertinya besok saat ulang tahunku Ayah setidaknya bisa membuatnya lebih
simple dari tahun lalu. Well, tahun lalu aku sengaja membolos sekolah, Ayah
mengajakku berlibur ke Hawaii. Namun tahun ini, hanya ada pesta formal di
rumah, sudah lah ini lebih baik daripada sebelumnya.
“Ahhh~”
aku segera mencari posisi yang nyaman sebelum membaca.
Namun
kedengarannya hand phone berbunyi, aku pun segera memeriksanya.
“Ho?
Nomer yang belum tercantum?” ada SMS namun aku tak tahu dari siapa.
Langsung
saja aku membukanya, “SMS ini berkata.. Cecil, tanggal 22 malam bisa pergi ke
rumahku tidak? Rima ulang tahun dan dia berencana untuk mengajakmu. Ajak
Tsurara-san juga ya. Aku terpaksa yang memberitahumu karena Rima sedang sibuk.
Ciel.”
“Tunggu..”
ucapku mencermati, “Ciel?!”
Tidak menyangka dia akhirnya
memberitahu nomernya juga padaku. Namun yang aku perhatikan hanyalah
undangannya. “Ke mansionnya tanggal 22 Desember pada malam hari?” ucapku masih
bingung, “mengajak Yuuka juga? Sebenarnya pesta apa ini?”.
Lalu
ada 1 SMS lagi, “ah! Nomer yang sama!”. Aku pun membacanya, “oh ya lupa, kalau
bisa menginap juga ya, Rima ingin kau menemaninya. Makasih.”
“Hemmp,
parah parah!!” ucapku, “kalau aku keluar rumah begini males bilangnya sama
Ayah! Nanti alasannya apa coba deh? Ih.. repot deh!”
Namun
terlintas di pikiranku, “tapi Rima kan juga temanmu.. ingat Cecil temanmu tak
sebanyak jagad raya..” pikirku sendiri.
Yah,
ada yang menyarankan seenaknya aku ikut atau tidak? Hemm, nanti saja kita
bicaran lagi.
#
Malamnya. #
Seusai makan malam aku memutuskan
untuk pergi ke ruangan bermain. Aku berharap nitendo 3ds milikku yang aku taruh
disana 1 tahun lalu disana masih ada. Namun diperjalanan aku bertemu dengan
Ayah, sepertinya dia sedang memegang sebuah album foto.
“A-ayah?”
aku menyapanya, “Ayah sedang apa? Apa itu?”
“I-ini..”
langkahnya terhenti, “tidak,tidak. Bukan apa-apa”
“Boleh
kulihat? Pleasee..” ucapku memohon.
Melihat
mata memohonku Ayah memberikannya padaku. “Album foto?” aku pun mencari tempat
duduk yang nyaman, Ayah mengikutiku di belakang.
Setelah
duduk langsung aku membukanya, “wah..”
Disana tercantum beberapa foto yang
memiliki judul, antaranya. “Cecil, 1 tahun” dan, “Cecil, bersama Claire (3
tahun)” ataupun, “Cecil, di Kompetisi”. Langsung terlintas di benakku.
“Apa
ini album foto milikku? Semua fotonya berhubungan denganku?” ucapku sambil melihat
ke wajah Ayah.
Dia
terlihat menyembunyikan sesuatu, “benar..”
“Lalu?
Kau kesini untuk memberikan padaku, kan? Ayah?” lanjutku.
Ayah
tidak menjawab.
Penasaran,
aku langsung menuju ke halaman terakhir. “Ini..”
Langsung
Ayah mengambil album foto itu dariku, “sudah cukup,Cecil..”
“Tapi,
kenapa?” aku tidak mengerti.
Tetap
Ayah tak menjawab dan pergi meninggalkanku.
“Foto
itu..” langsung aku berpikir, “foto yang pernah aku lihat di kamar Ayah..”
♪ GowGow_Bloogie@Cecil+Ciel
♪
“Ekhem,
Ciel disini..”
“Hoi
hooiii, Cecil juga disiniii!!!”
Cecil
= Nee.. sekarang adalah Gowgow Bloogie yang kedua!
Ciel
= Namanya aneh
Cecil
= eh eh, bersyukur dong ada namanya!
Ciel
= hemp, kau ini. Kalau di cerita perilakunya sok keren.. aslinya..
Cecil
= tutup mulutmu, sialan!
Ciel
= *stare* chii... ok, kalau gitu aku bongkar rahasiamu saat episodeku
sendirian!
Cecil
= curaang!
Ciel
= week
Cecil
= grrr
Ciel
= eh, udah waktunya pergi
Cecil
= sialan ya kamu, Ciel! Awas nanti kalau kita ketemu lagi disini!
||-♫ ZAAW ♫-||
“Sa, matta na~!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar