Sabtu, 07 Januari 2012

24th Desembers - Chapter 9


Sore itu sangat gelap, ditambah lagi Ayah belum pulang dari kantornya. Aku yang sedang berlari kearah pintu luar untuk menunggu kedatangan Ayah sambil menangkap kupu-kupu nantinya, melewati kamar Ayah dan Mama. Terlihat Mama sedang berdiam sendiri di kasurnya, suaranya seperti sedang menangis.
“... Mama?” aku dengan berlahan memasuki kamarnya. “Mama..”
Mama Sasha tidak mendengarkanku, dia masih menangis.
Akhirnya, aku masuk. Mencoba bertanya padanya, “Mama, ada apa?”
“K-kau..” dia menatap wajahku, dan langsung berdiri dari posisi duduknya tadi. “Pergi!, Cecil! Keluar dari kamarku!”
“Ta-tapi..” aku berusaha diam, “Ayah tidak pernah menyuruhku keluar..”
“Tidak ada tapi! KELUAR!” teriaknya.
Wajahnya yang menakutkan membuatku berlari keluar, “i-iya..”
“Pergi! Kau bukan siapa-siapaku! Kamu bukan anakku!” teriaknya lagi.
Sampai di luar taman aku terus memikirkannya lagi, “Mama kenapa ya..”.
          Memang sudah biasa, Mama sering marah padaku. Jika aku melakukan sedikit kesalahan selalu dimarahi. Namun pada saat itu Ayah tak pernah dirumah, jadi jika aku bercerita pada Ayah, “tadi Mama memarahiku Ayah..”. Dan dia selalu berkata, “haduh, mana mungkin? Mamamu itu sangat sayang padamu, Cecil..” dengan senyumnya. Jadi tidak ada harapan, Ayah tak percaya kata-kataku.
          Terkadang aku berpikir, Mama Sasha itu agak sinting. Dia senang tertawa dan bicara sendiri di kamar. Dan saat aku berusaha bertanya kenapa padanya, dia memarahiku. Sudahlah, itu memang hidupku.
“Hidupku seperti Putri Salju saja..” aku mengambil sebuah bunga kuning di taman mansionku yang besar itu, “Mama sendiri seperti Mama tiri.. kejam!”
Tiba-tiba angin datang kearahku. Gaunku sampai tertiup.
Sosok Mama Sasha tampil di belakangku dengan matanya yang merah.
“Mama?” aku kaget.
Dia ternyata juga membawa sebuah pisau di belakangnya.
“Sudah cukup!” Mama entah kenapa menaikkan pisau itu, “Fran hanya mempermainkanku!”
“Mama..” aku hanya anak kecil yang bingung akan keadaannya.
Dia menunduk, “maaf Cecil.. tapi..” dan berjalan kearahku, “kamu harus mati!”
Mama mengayunkan pisaunya kearahku, aku pun langsung menghindar. “Kyaaaaa!!” duh itu hampir saja, aku bisa jadi sate nih.
Sempat aku melihat matanya yang merah dengan air matanya yang akan menuju kearahku lagi, aku langsung pergi dari sana, berlari secepat mungkin kubisa.
          Berlari, dan berlari. Dengan pertama kalinya aku berani meninggalkan mansionku sendirian dan berhasil tanpa pengetahuan security. “*gasp gasp* di-dimana aku?” ucapku bingung dan mencapai sebuah jalan. Perutku lapar, kedinginan, aku ingin pulang.. begitulah nasib anak kecil yang hilang, tak punya orang tua/ rumah, atau sepertiku kabur dari rumah. Namun aku berpikir,
“Ah! Saat Ayah mengetahui aku hilang dari rumah.. dia PASTI mencariku!” pikirku sambil duduk sendirian di sebuah kursi taman di pinggir jalan.
Melihat sekeliling jalan aku menemukan toko permen. Tanpa pikir aku langsung kesana, mau bagaimana lagi, perutku lapar.
“Eh?” seseorang berkata padaku di dalam sana, dia tersenyum, “dimana orang tuamu? Kamu tersesat?” ucapnya.
Aku bergeleng, sebenarnya takut berbicara dengan orang asing.
Ibu ini, sangat cantik. Dia terus tersenyum padaku, “siapa namamu?”
“Ce-cecil..” jawabku malu.
Sejenak dia terlihat kaget, namun kembali tersenyum, “ayo..”
“Ha-hah?” tanganku tertarik olehnya.
Alangkah baiknya, ternyata orang itu membelikanku permen dan roti. Kami berdua duduk bersama di kursi yang sebelumnya kududuki tadi.
“Nah.. bagaimana rasanya?” ucapnya manis.
Aku menjawab, “e-enak..”
“Dengar Cecil..” dia jongkok tepat di tempat dudukku.
“Iya?” aku melanjutkan makanku.
Dia memelukku, “aku sangat senang.. bisa bertemu denganmu..”
Saat dia memperlihatkan wajahnya padaku, dia menangis sambil tersenyum. Dengan wajah gembira aku menjawab, “aku juga! Makasih ya,tante!”
“Tante, ya?” orang itu menjawab, “ahaha..”
“Tante sangat baik, makasih ya tante!” ucapku lagi.
Dia pun mengangguk.
          Disana, aku bercerita padanya tentang mamaku, dan hidupku. Sepanjang jalan dia selalu mendengarkanku dengan wajah cantiknya.
“Seorang ibu tidak pernah begitu,Cecil sayang..” tanggapnya.
“Tapi..” aku menghabiskan rotiku, “Mama Sasha selalu memarahiku..”
Dia bergeleng, “seorang ibu pasti menyayangi anaknya, kalau tidak sayang berarti bukan seorang ibu yang baik. Lagipula terkadang dia marah karena sayang pada anaknya..”
“Be-begitu ya..”
Orang itu tersenyum kembali, sampai-sampai aku nge-fans sama senyuman sempurnanya itu. Cantik sekali, aku nggak bohong.
“Omong-omong...” aku mengganti topik, “besok ulang tahunku loh!”
“Benarkah?” dia menjawab, “waah.. bagus dong kalau begitu!”
“Thehe..” aku tertawa gembira.
“Nah.. untuk hadiah untukmu, harus kuberi apa ya?” dia tiba-tiba berdiri, “aku takut kita akan susah bertemu lagi..”
“Jangan khawatir tante.. kita pasti akan bertemu lagi!”
“Janji ya?”
Aku memberi jari kelingkingku, “janji!”
Tiba-tiba suara petir datang, tante itu pergi dengan sendirinya. “Hujan?” ucapku sendirian di jalan itu. Dan berjatuhanlah semangka dari atas langit. Orang-orang di sekelilingku mondar-mandir menyelamatkan diri, begitu pula aku.
“Aaaah!!” aku pun terbangun dari tidurku.
“Loh?” lanjutku, aku berpikir sejenak, kenapa lampu kamarku menyala?.
“Ah..” Claire terlihat keluar dari kamar mandiku, “Young Lady? Kamu dah bangun?”
“Claire? Ngapain kamu disini?”
“Tadi saya sempat menemukan lensa kontakmu di wash taffel tapi belum sempat diambil.. jadi..”
Aku kaget, “kau menemukannya?!”
Claire tersenyum, “tentu!”
“Yapooooiii~!” aku lompat dari kasurku dengan gembiranya, “mana? Mana? Aku sudah tidak tahan dengan penutup mata itu!”
“Nanti saya bersihkan..” ucap Claire, “kau tahu pasti kotor kan?”
“Be-benar juga..” ucapku dan berjalan kembali ke kasur.
“Ma-maaf.. apa tadi saya membangunkanmu,Cecil?” Claire bertanya.
Aku hanya menjawab, “ah nggak kok, cuma mimpiku aneh aja dan aku bangun..”
“Oh.. baguslah..” dia tersenyum.
“Hey,” aku berkata, sudah siap tidur kembali, “jam berapa ini?”
“Sepertinya masih jam 8 pagi..”
“Wha?!” aku kaget dan bangun lagi dari kasur, “kenapa nggak bangunin aku?!”
“Ini hari minggu.. sekolahmu libur, Young Lady..” jawab Claire, “lagian kamu pesan padaku bahwa saat hari libur bangunkan aku jam 9 pagi, begitu?”
“Aaaah!! Hari ini lain! Aku punya banyak pekerjaan!!” segera aku melompat ke perpustakaan kecil di kamarku itu.
Claire terlihat senang, “wah.. mau belajar ya? kalau begitu..”
Aku langsung mengeluarkan novel-novel pinjamanku itu.
“Good..” Claire terkejut melihatku hanya membaca novel, “luck..”.”EH?”
“WOI! JANGAN BACA NOVEL TERUS DONG!, CECIL! BELAJAR!” ucapnya kesal.
“Kenapa?” aku melirik kearahnya, “ini libur, jadi aku ingin bebas..”
“Hah.. kau ini sama saja seperti biasanya..” Claire berjalan ke pintu keluar, “novel itu adalah teman terbaikmu..”
“Hmm benar, kayanya memang tak bisa lepas ya! aku dengan novel itu ada ikatan batinnya! Ahaha” ucapku bergurau.
“Duh duh..”
          Berjam-jam aku menghambiskan waktuku disana. Membaca novel itu dengan semangat. Mungkin sekarang sudah pukul 12. Dan heboh, 5 novel sudah selesai terbaca olehku kufufu.
“Cecil?” seseorang masuk ke kamarku setelah mengetuk pintunya.
Aku masih konsentrasi membaca, namun menjawab, “iya..”
“Sedang apa kamu,sayang?” sepertinya itu suara Ayah.
Benar, itu Ayah. Aku langsung menaruh novel itu dan berdiri, “Ayah..”
“Pasti baca novel lagi,ya?” tanyanya sambil tertawa kecil.
“I-iya.. ahaha..”
“Begini, Cecil..” dia menududuki kasurku, “ada yang ingin Ayah berikan..”
“Ya?” aku mengikutinya duduk di sebelah Ayah.
“Ini sudah memasuki bulan Desember.. jadi..” ia melanjutkan.
Aku mencoba menebak, “sudah Ayah.. jangan terlalu dipikirkan..”
“Tapi itu adalah bulan dimana anak Ayah satu-satunya berulang tahun!”
Untuk tidak membuatnya khawatir aku tersenyum, “sudah tak perlu..”
          Ayah sejak kematian Mama Sasha selalu merasa bersalah. Oh.. iya benar juga ya, kalau nggak aku kasih tahu keterangan kejadiannya dengan jelas kalian mungkin jadinya nggak mudeng-mudeng. Jadi, aku beri flash backnya sekarang, ok?
# 23 Desember, Salvatierra Mansion. #
“Master! Master!”
“Hah?” Ayah yang baru pulang menjawab.
“Young Lady dan Lady menghilang!” lanjut salah satu Security Man (SM) di mansionku itu.
“APA?!” mendengarnya, Ayah langsung shock, “APA KATAMU!?”
Namun tiba-tiba, “kyaaaaaaa!!!” teriakan seseorang terdengar keras dari kebun.
Ayah dan beberapa SM-nya itu pergi ke lokasi tersebut.
“La-lady..” ternyata ada salah satu maid dari mansionku ada disana.
Dari banyaknya kerumunan orang (yah,bisa saja para SM, maid, dsb) yang melihat, Ayah langsung ingin melihat di posisi VVIP. “Sasha..” wajahnya kecewa.
Ternyata Mama bunuh diri menggunakan pisau yang ia pegang tadi.
# Mean while, aku dan Ibu itu.. #
“Jadi.. tante mau pergi sekarang?” tanyaku padanya.
“I-iya..” ucapnya terlihat terpaksa, “aku harus pergi..”
“Tu-tunggu!” teriakku dan memegang tangannya sebelum ia pergi.
Ibu itu menjawab, “Cecil? Kenapa? Ada apa?”
“Ce-cecil..” aku pun memberinya pelukan perpisahan, “ingin..”
Tiba-tiba, “hey, CECIL!” seseorang berteriak namaku.
Aku bersama orang itu langsung melihat kearah suara.
“Ayah?!” gawat, Ayah sudah datang!.
“Fran?!” ibu di sebelahku itu juga menjawab.
Aku bingung, “tante.. tahu Ayah?” tanyaku.
“Bu-bukan kok..” jawabnya, “dah ya.. tante pulang dulu.. dag,Cecil..”
Dengan cepat secepat angin, dia pergi ditelan orang lalu-lalang.
Ayah langsung memeluk badan kecilku itu, “Cecil.. Ayah khawatir..”
“Ma-maaf Ayah..” aku menjawab, “tadi Mama memarahiku jadi aku ingin pergi mencari Ayah.. Maaf..”
“Sudahlah tak perlu minta maaf,Cecil..”
“Kenapa Ayah?”
“Tak apa, omong-omong.. jangan ngomong sama orang asing lagi ya..” ucapnya. Aku tahu dia pasti berusaha menyembunyikan sesuatu yang tidak lazim diketahui anak kecil layaknya aku.
“I-iya..”
Well, sebenarnya perkataan Ayah yang terakhir itu membuatku kaku dalam pergaulan dan susah untuk berbicara dengan orang asing. Namun aku tidak terlalu memikirkannya, jadi tak apa.
          “Yang aku pikirkan sekarang?” hmm.. apa ya?. Mungkin penarasan ingin ketemu lagi sama ibu itu. Kita kan sudah janji bakal ketemu lagi, tapi.. bagaimana aku bisa mencari keseluruh dunia seorang mother-figure dengan tinggi kira-kira 158 cm, rambut warnanya abu-abu terang bergelombang dengan ikatan kecilnya di belakang namun ¾ rambutnya masih terurai, juga mukanya yang halus dan sopan. Jangan lupa senyuman sempurnanya. Namun aku tak tahu namanya *plak (namanya anak kecil, bodoh kenapa nggak tanya namanya?!).
# flash back end here. #
          Setelah beberapa menit berbincang dengan Ayah dia memutuskan untuk tidak menggangguku membaca novel. Yah tapi sepertinya besok saat ulang tahunku Ayah setidaknya bisa membuatnya lebih simple dari tahun lalu. Well, tahun lalu aku sengaja membolos sekolah, Ayah mengajakku berlibur ke Hawaii. Namun tahun ini, hanya ada pesta formal di rumah, sudah lah ini lebih baik daripada sebelumnya.
“Ahhh~” aku segera mencari posisi yang nyaman sebelum membaca.
Namun kedengarannya hand phone berbunyi, aku pun segera memeriksanya.
“Ho? Nomer yang belum tercantum?” ada SMS namun aku tak tahu dari siapa.
Langsung saja aku membukanya, “SMS ini berkata.. Cecil, tanggal 22 malam bisa pergi ke rumahku tidak? Rima ulang tahun dan dia berencana untuk mengajakmu. Ajak Tsurara-san juga ya. Aku terpaksa yang memberitahumu karena Rima sedang sibuk. Ciel.”
“Tunggu..” ucapku mencermati, “Ciel?!”
          Tidak menyangka dia akhirnya memberitahu nomernya juga padaku. Namun yang aku perhatikan hanyalah undangannya. “Ke mansionnya tanggal 22 Desember pada malam hari?” ucapku masih bingung, “mengajak Yuuka juga? Sebenarnya pesta apa ini?”.
Lalu ada 1 SMS lagi, “ah! Nomer yang sama!”. Aku pun membacanya, “oh ya lupa, kalau bisa menginap juga ya, Rima ingin kau menemaninya. Makasih.”
“Hemmp, parah parah!!” ucapku, “kalau aku keluar rumah begini males bilangnya sama Ayah! Nanti alasannya apa coba deh? Ih.. repot deh!”
Namun terlintas di pikiranku, “tapi Rima kan juga temanmu.. ingat Cecil temanmu tak sebanyak jagad raya..” pikirku sendiri.
Yah, ada yang menyarankan seenaknya aku ikut atau tidak? Hemm, nanti saja kita bicaran lagi.
# Malamnya. #
          Seusai makan malam aku memutuskan untuk pergi ke ruangan bermain. Aku berharap nitendo 3ds milikku yang aku taruh disana 1 tahun lalu disana masih ada. Namun diperjalanan aku bertemu dengan Ayah, sepertinya dia sedang memegang sebuah album foto.
“A-ayah?” aku menyapanya, “Ayah sedang apa? Apa itu?”
“I-ini..” langkahnya terhenti, “tidak,tidak. Bukan apa-apa”
“Boleh kulihat? Pleasee..” ucapku memohon.
Melihat mata memohonku Ayah memberikannya padaku. “Album foto?” aku pun mencari tempat duduk yang nyaman, Ayah mengikutiku di belakang.
Setelah duduk langsung aku membukanya, “wah..”
          Disana tercantum beberapa foto yang memiliki judul, antaranya. “Cecil, 1 tahun” dan, “Cecil, bersama Claire (3 tahun)” ataupun, “Cecil, di Kompetisi”. Langsung terlintas di benakku.
“Apa ini album foto milikku? Semua fotonya berhubungan denganku?” ucapku sambil melihat ke wajah Ayah.
Dia terlihat menyembunyikan sesuatu, “benar..”
“Lalu? Kau kesini untuk memberikan padaku, kan? Ayah?” lanjutku.
Ayah tidak menjawab.
Penasaran, aku langsung menuju ke halaman terakhir. “Ini..”
Langsung Ayah mengambil album foto itu dariku, “sudah cukup,Cecil..”
“Tapi, kenapa?” aku tidak mengerti.
Tetap Ayah tak menjawab dan pergi meninggalkanku.
“Foto itu..” langsung aku berpikir, “foto yang pernah aku lihat di kamar Ayah..”

GowGow_Bloogie@Cecil+Ciel
“Ekhem, Ciel disini..”
“Hoi hooiii, Cecil juga disiniii!!!”
Cecil = Nee.. sekarang adalah Gowgow Bloogie yang kedua!
Ciel = Namanya aneh
Cecil = eh eh, bersyukur dong ada namanya!
Ciel = hemp, kau ini. Kalau di cerita perilakunya sok keren.. aslinya..
Cecil = tutup mulutmu, sialan!
Ciel = *stare* chii... ok, kalau gitu aku bongkar rahasiamu saat episodeku sendirian!
Cecil = curaang!
Ciel = week
Cecil = grrr
Ciel = eh, udah waktunya pergi
Cecil = sialan ya kamu, Ciel! Awas nanti kalau kita ketemu lagi disini!

||-♫ ZAAW ♫-|| 
“Sa, matta na~!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar