Sabtu, 07 Januari 2012

24th Desembers - Chapter 3


"Cecil?" guru yang ada di depan itu memanggil namaku.

Aku yang tadinya masih asik mau memasukkan buku memoku itu ke dalam tas langsung menoleh kearahnya dan menjawab, "iya bu?"

"Tolong kesini sebentar."

Karena perintah guru (yeah, so annoying because I am still enjoying my private activity) aku langsung berjalan kedepan kelas menghampiri tempat duduk guru.

"Karena tempat dudukmu dekat dengan Ciel,"

"Ya? (aduh, aku menafsirkan, ini akan menjadi hal yang buruk!)"

"Ini, tolong kerja samanya ya. Kau kan murid terpintar di angkatanmu, jadi ibu harapkan kamu bisa berkerja sama dengan Ciel untuk ini." dia tersenyum. “Ibu dengar nilai-nilai Ciel pun tinggi seperti milikmu.”

Guru itu memberiku sebuah lembaran, aku sempat membaca judulnya, "Science Olimpiade for Junior High Students". Oh My, rasanya ingin pingsan saja. "T-tapi bu, saya ini tidak mahir--" ucapanku terpotong.

"Ush,ush,ush. Sudahlah Cecil, kau paling mahir dalam hal ini. Sudah banyak guru mengakui hal yang sama. Jadi tolong ya.."

Aku yang akhirnya menerima ajakan guru itu hanya berjalan kembali ke tempat dudukku dengan muka dingin. Dengan diam tanpa sepatah kata memberikan kertas itu ke Ciel. Dia hanya diam dan berusaha melihat wajahku, mungkin ingin bertanya "apa ini?". Dan karena gagal, jadi dia hanya melihat kertas itu.
Tidak usah khawatir, guru itu sudah menuliskan beberapa kalimat di selembaran itu. Bertulis, "Ciel, kamu akan melaksanakan kontes ini bersama Cecil. Mohon bantuannya ya." Jadi aku tak perlu memberi keterangan panjang padanya, bersyukurlah.

Seusai pulang sekolah, mukaku masih muram. Menunggu jemputan sambil mainan hand phone di dekat gerbang sekolah. Biasanya, aku selalu cepat-cepat masuk ke mobil agar tidak banyak yang tahu kalau aku yang masuk kesana. "B-O-S-A-N.." aku menulisnya berulang-ulang di menu smsku.
Dari kecil sekitar umur 3, aku memang sudah bisa menulis. Jadi sebenarnya sudah biasa, sampai sekarang tulisanku sangat bagus dan aku paling senang yang namanya menulis dan membaca. Apapun deh yang berhubungan dengan tulisan aku senang sampai-sampai menulis hal-hal tidak penting seperti ini.

Beberapa menit kemudian seseorang memanggil namaku. "Cecil!!" suaranya seperti suara anak perempuan. Aku segera mengunci hand phone-ku yang merupakan salah satu dari hand phone touch screen. "Tsurara?" jawabku.
"Ah, kau ini. Kita kan sudah dari kelas 1 SMP sekelas, kenapa memanggilku begitu?" dia berlari kearahku.

Yah, sebenarnya namanya adalah Tsurara Yuuka. Memang dia sudah sekelas sama aku dari kelas 1 SMP. Anaknya sangat tinggi dan merupakan salah satu dari anak populer. Oh iya, walau aku ini pintar tapi aku bukan orang yang terkenal loh *gak nanya. Yuuka sangat digemari banyak orang, beda tidak seperti aku.
"Ouh,kalau begitu Yuuka?" ucapku datar.

"Naah, begitu lebih baik, Cecil.. ahaha"

Aku hanya tersenyum, "..."

"Oh iya, tentang Ciel itu.."

Mendengar perkataannya aku segera pura-pura membuka hand phoneku dan pura-pura tidak mendengarnya. Malas berbicara tentangnya.

"Oi, kamu kenapa, Cecil?" tanyanya aneh melihatku pura-pura menutupi wajahku dengan hand phone.

“Lupakan. Eh, maaf tadi kamu ngomong apa?" tanyaku balik, duh sepertinya terpaksa ngomong deh.

Tiba-tiba sosok kecil Ciel tak tahu kenapa lewat dari belakang. Entah mungkin aku tidak sengaja melihatnya, tapi akhirnya aku melihatnya juga. Dia memegangi tasnya sambil membawa lembaran yang tadi. Sepertinya dia pun tahu kalau ada aku, "Cecil?" dia memanggilku.

"(Wah gawat, males nih!)" ucapku dalam hati dan membuang mukaku.

Yuuka yang penasaran mengapa aku membungkukkan badanku menoleh ke belakang, "oouh, Ciel-kun! kebetulan sekali.."

"?" Ciel dengan tampang bingungnya hanya melihat wajah Yuuka yang dengan semangat memanggilnya.

Aku memanfaatkan kesempatan dan berjalan menjauh.

"Cecil? kamu ngapain?" Yuuka menarik tanganku dan menyuruhku kesana lagi. Aku terpaksa mengikuti ajakannya.

Saat Yuuka asik menarik tanganku, Ciel mendapatkan telpon dari hand phone-nya. "Ya? oh.. dimana?.. hm.. ya aku kesana" dan langsung menutupnya.

".. aku harus pulang, dah" ucapnya seusai menutup hand phone-nya. Namun sebelum dia pergi dia berkata, "Cecil, tentang yang tadi itu, malam ini aku akan telpon rumahmu. Nama keluargamu Salvatierra kan?"

Aku ling-lung, "tentang apa? kenapa rumahku?"

"Sudah lah, nanti aku telpon" dan dengan muka tergesa-gesa dia berlari meninggalkan kami. Sempat kami berhatikan, dia berlari menjauh, larinya bagaikan anak 5 tahun lari tersesat mau mencari ibunya.

"Ahh, imutnya, Ciel.." Yuuka tiba-tiba berkata dan memelukku.

Aku yang kurang suka dipeluk langsung melepaskannya, "hey, kalau memang kau bilang imut itu dia kenapa malah meluk aku?!" protesku.

Yuuka pun yang masih berniat memelukku menjawab, "karena kau yang terdekat.. Cecil.."

"Gah! lepaskan aku!"

"Gak mau, kamu cantik o.."

"Woi!!"

Sore itu entah mengapa ada orang yang berbicara denganku. Maksudku, jarang sekali loh sebelumnya. Namun yang tidak paling aku suka hanya satu, Yuuka bisa melihatku pulang diantar Ayah naik mobil. Dia sempat menjerit kagum, melihat mobilku yang memang mobil tipe bangsawan Inggris. Aku menutup mulutnya dan segera masuk ke mobil. Malas memperhatikannya.

||-♫ ZAAW ♫-|| 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar