"Cecil?" guru yang ada di depan itu memanggil namaku.
Aku yang tadinya masih asik mau memasukkan buku memoku itu ke
dalam tas langsung menoleh kearahnya dan menjawab, "iya bu?"
"Tolong kesini sebentar."
Karena perintah guru (yeah, so annoying because I am still
enjoying my private activity) aku langsung berjalan kedepan kelas menghampiri
tempat duduk guru.
"Karena tempat dudukmu dekat dengan Ciel,"
"Ya? (aduh, aku menafsirkan, ini akan menjadi hal yang
buruk!)"
"Ini, tolong kerja samanya ya. Kau kan murid terpintar di
angkatanmu, jadi ibu harapkan kamu bisa berkerja sama dengan Ciel untuk
ini." dia tersenyum. “Ibu dengar nilai-nilai Ciel pun tinggi seperti milikmu.”
Guru itu memberiku sebuah lembaran, aku sempat membaca judulnya,
"Science Olimpiade for Junior High Students". Oh My, rasanya ingin
pingsan saja. "T-tapi bu, saya ini tidak mahir--" ucapanku terpotong.
"Ush,ush,ush. Sudahlah Cecil, kau paling mahir dalam hal ini.
Sudah banyak guru mengakui hal yang sama. Jadi tolong ya.."
Aku yang akhirnya
menerima ajakan guru itu hanya berjalan kembali ke tempat dudukku dengan muka
dingin. Dengan diam tanpa sepatah kata memberikan kertas itu ke Ciel. Dia hanya
diam dan berusaha melihat wajahku, mungkin ingin bertanya "apa ini?".
Dan karena gagal, jadi dia hanya melihat kertas itu.
Tidak usah khawatir,
guru itu sudah menuliskan beberapa kalimat di selembaran itu. Bertulis,
"Ciel, kamu akan melaksanakan kontes ini bersama Cecil. Mohon bantuannya
ya." Jadi aku tak perlu memberi keterangan panjang padanya, bersyukurlah.
Seusai pulang
sekolah, mukaku masih muram. Menunggu jemputan sambil mainan hand phone di
dekat gerbang sekolah. Biasanya, aku selalu cepat-cepat masuk ke mobil agar
tidak banyak yang tahu kalau aku yang masuk kesana. "B-O-S-A-N.." aku
menulisnya berulang-ulang di menu smsku.
Dari kecil sekitar
umur 3, aku memang sudah bisa menulis. Jadi sebenarnya sudah biasa, sampai
sekarang tulisanku sangat bagus dan aku paling senang yang namanya menulis dan
membaca. Apapun deh yang berhubungan dengan tulisan aku senang sampai-sampai
menulis hal-hal tidak penting seperti ini.
Beberapa menit
kemudian seseorang memanggil namaku. "Cecil!!" suaranya seperti suara
anak perempuan. Aku segera mengunci hand phone-ku yang merupakan salah satu
dari hand phone touch screen. "Tsurara?" jawabku.
"Ah, kau ini. Kita kan sudah dari kelas 1 SMP sekelas, kenapa
memanggilku begitu?" dia berlari kearahku.
Yah, sebenarnya
namanya adalah Tsurara Yuuka. Memang dia sudah sekelas sama aku dari kelas 1
SMP. Anaknya sangat tinggi dan merupakan salah satu dari anak populer. Oh iya,
walau aku ini pintar tapi aku bukan orang yang terkenal loh *gak nanya. Yuuka
sangat digemari banyak orang, beda tidak seperti aku.
"Ouh,kalau begitu Yuuka?" ucapku datar.
"Naah, begitu lebih baik, Cecil.. ahaha"
Aku hanya tersenyum, "..."
"Oh iya, tentang Ciel itu.."
Mendengar perkataannya aku segera pura-pura membuka hand phoneku
dan pura-pura tidak mendengarnya. Malas berbicara tentangnya.
"Oi, kamu kenapa, Cecil?" tanyanya aneh melihatku
pura-pura menutupi wajahku dengan hand phone.
“Lupakan. Eh, maaf tadi kamu ngomong apa?" tanyaku balik, duh
sepertinya terpaksa ngomong deh.
Tiba-tiba sosok
kecil Ciel tak tahu kenapa lewat dari belakang. Entah mungkin aku tidak sengaja
melihatnya, tapi akhirnya aku melihatnya juga. Dia memegangi tasnya sambil
membawa lembaran yang tadi. Sepertinya dia pun tahu kalau ada aku,
"Cecil?" dia memanggilku.
"(Wah gawat, males nih!)" ucapku dalam hati dan membuang
mukaku.
Yuuka yang penasaran mengapa aku membungkukkan badanku menoleh ke
belakang, "oouh, Ciel-kun! kebetulan sekali.."
"?" Ciel dengan tampang bingungnya hanya melihat wajah
Yuuka yang dengan semangat memanggilnya.
Aku memanfaatkan kesempatan dan berjalan menjauh.
"Cecil? kamu ngapain?" Yuuka menarik tanganku dan
menyuruhku kesana lagi. Aku terpaksa mengikuti ajakannya.
Saat Yuuka asik menarik tanganku, Ciel mendapatkan telpon dari
hand phone-nya. "Ya? oh.. dimana?.. hm.. ya aku kesana" dan langsung
menutupnya.
".. aku harus pulang, dah" ucapnya seusai menutup hand
phone-nya. Namun sebelum dia pergi dia berkata, "Cecil, tentang yang tadi
itu, malam ini aku akan telpon rumahmu. Nama keluargamu Salvatierra kan?"
Aku ling-lung, "tentang apa? kenapa rumahku?"
"Sudah lah, nanti aku telpon" dan dengan muka
tergesa-gesa dia berlari meninggalkan kami. Sempat kami berhatikan, dia berlari
menjauh, larinya bagaikan anak 5 tahun lari tersesat mau mencari ibunya.
"Ahh, imutnya, Ciel.." Yuuka tiba-tiba berkata dan
memelukku.
Aku yang kurang suka dipeluk langsung melepaskannya, "hey,
kalau memang kau bilang imut itu dia kenapa malah meluk aku?!" protesku.
Yuuka pun yang masih berniat memelukku menjawab, "karena kau
yang terdekat.. Cecil.."
"Gah! lepaskan aku!"
"Gak mau, kamu cantik o.."
"Woi!!"
Sore itu entah mengapa ada orang yang berbicara denganku.
Maksudku, jarang sekali loh sebelumnya. Namun yang tidak paling aku suka hanya
satu, Yuuka bisa melihatku pulang diantar Ayah naik mobil. Dia sempat menjerit
kagum, melihat mobilku yang memang mobil tipe bangsawan Inggris. Aku menutup
mulutnya dan segera masuk ke mobil. Malas memperhatikannya.
||-♫ ZAAW ♫-||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar