“Hah? Mau
ketemuan sama seseorang?” Ayah ngomel saat kita sedang sarapan.
Aku mengangguk,
masih menguyah makanan.
“Sama siapa?
Mau kemana?!”
“Ayah jangan
marah dong.. sama anak perempuan dan ke mall..” jawabku.
“Aduh, kau ini
Cecil..”
“Ayah.. sudah
lama, bahkan hampir setahun sekali!”
“Tapi kalau
kamu berpergian sendiri begini papa jadi khawatir..”
Mukaku hanya
datar, “padahal masih saja di kota yang sama..”
“Pokoknya kalau
masih ngotot pergi, harus ada seseorang bersamamu!” tegas Ayah.
“Yah..” aku
kecewa, “ayah.. aku ini sudah hampir 15 tahun!”
“Ayah tahu..
tapi tetap saja..”
“Sudah lah!
Carikan seseorang! Tapi aku maunya dia nggak ada persis di belakangku!” ucapku
dan meninggalkan meja makan.
Saat jalanku menuju ke kamarku,
perutku bunyi. “Bodohnya aku.. inginnya sok keren meninggalkan meja makan, tapi
masih lapar begini. Seharusnya aku membawa rotiku tadi..” ucapku dijalan sambil
memegangi perutku yang bunyi.
“Loh? Cecil
sudah selesai makannya?” tiba-tiba aku bertemu dengan Claire.
Aku mengangguk
dan tetap berjalan.
“Tenang.. saya
yang akan mengawasi Cecil nanti..” ucapnya pelan.
“Ha?” aku
akhirnya mendengarkannya, “masa?”
“Iya! Dan kalau
memang kamu nggak mau dibuntutin.. aku bakal jaga jarak 2-3 meter dan nggak
urus dengan apa yang akan kamu lakukan disana..”
“Waah..”
wajahku berubah senang dan memeluknya, “makasih ya, Claire!”
“Pelukanmu
masih sama ya,Young Lady..” ucap Claire memelukku balik, “sama seperti 10 tahun
lalu..”
“Maksudku saat
aku masih 5 tahun?”
Claire hanya
tersenyum dan mengangguk.
“Tentu dong,
orangnya sama masa pelukannya beda?”
“Ahaha.. tapi
Cecil masih ingat tidak?”
Aku menjawab,
“ingat apa ya?”
“Cecil kecil
yang melarikan diri dari rumah.. dan dia pergi ke toko permen?”
“Toko permen?”
aku berusaha mengingat, “apa dihari sebelum ulang tahunku?”
“Benar”, Claire
memastikan, “kamu lari dari rumah karena mamamu marahin kamu”
“Mama Sasha?”
ucapku, “Mama Sasha..”
Claire mengelus
rambutku, “sebenarnya aku mengikuti kemana kau pergi, sayang..”
“Mama Sasha
nggak pernah baik padaku.. dia..”
“Sudah Cecil..
itu hanya masa lalu..”
“Kau benar..
mungkin lebih baik memang jika dia mati,ya?”
“Itu adalah
pertanyaan yang susah untuk kujawab, Young Lady..”
“Hmm..
sebenarnya aku benci padanya..”
Claire masih
mengelus rambutku, “namun ada seseorang yang benar-benar menyanyangimu, kau
tahu?”
Aku melihat
kearah matanya, “siapa?”
“Pokoknya!”
“Hah.. kau
ini!” ucapku kesal.
“Ahaha” Claire
tertawa dan melepaskan tangannya dari rambutku, “sudah,sudah.. sana kau
persiapkan yang akan kau bawa dan kita berangkat!”
“Yup, kau
benar..” ucapku berjalan kembali ke kamarku, “oh ya, Claire!”
“Ya?”
“Lain kali,
jika aku takut dan mimpi buruk, aku bangunin kamu ya!”
“Ahaha tentu!
Seperti anak kecil saja kamu..”
Aku tertawa
geli, “aku pun tak tahu mengapa masih begitu ahaha”
Benar, saat umurku 5 tahun kurang 1
hari tepat tanggal 23 Desember hari sebelum ulang tahunku aku pergi dari rumah.
Mamaku yang bernama Sasha, selalu memarahiku. Tapi saat dia memarahiku, Ayah
selalu nggak ada dirumah. Jadi yang tahu tentang wataknya hanyalah anggota
rumah termasuk aku dan Claire.
“Yep! Selesai!”
aku segera menutup tasku dan keluar.
Diluar aku
melihat Claire berjalan ke kamarku, “wah.. sepertinya aku terlambat!”
“Bukan
terlambat.. tapi nge-pas! Ahaha”
“Hmm.. ini
jaketmu,Cecil!”
“Makasih!” aku
menerimanya dan memakainya di tubuhku, “ayo berangkat!”
Aku kesana naik taxi. Ayah mengunci
semua mobil dan tidak membiarkan supirnya mengantar kami berdua. Hemp, dia itu
memang melarang keras aku untuk pergi keluar kecuali urusan penting. Repot deh
repot.
“Hey hey hey..
dimana Rima?” saat sampai tujuan yang kucari hanya wajah Rima.
“Mungkin belum
datang?” kira Claire.
“Mungkin..”
ucapku, “hey Claire, menjauh dariku! Menjauh!”
“Oh iya aku
lupa..” Claire tersenyum, “kalau begitu, take care ya, Cecil!”
“Ya!”
5
menit aku diam disana. “Ahh!! Lama!” dan akhirnya memutuskan untuk menunggu di
depan lobby masuk. Mungkin percumah ya, dari tadi aku tuh nunggu di
pemberhentian taxi *plak.
“Laaah~ itu
dia! Ceciiilll!!!” tiba di depan lobby, cewek berpakaian pink memanggil namaku.
Karena kurang
jelas aku berlari kearahnya, “pasti Rima!”
“Yahoww~” ucap
Rima menyapaku.
“Kamu kesini
sendirian?” tanyaku.
“Nggak kok..” dia
tersenyum, “aku membawa seseorang!” dia pun menarik orang di sebelahnya
menggunakan jaket abu-abu sedang madep belakang.
“Who-whoa!”
anak itu berputar, “Rima! Apa-apaan sih?!” omelnya.
“Loh?” aku
kaget, “Ciel ikut nih?”
“Loh?” Ciel
memunculkan wajah imutnya, “ada Cecil?”
“Loooooohhh~
kok pada belum tahuu??” jawab Rima sedikit berlebihan. “Sudah.. ayo masuk!”
# Di dalam Mall
#
“Okok.. mau
kemana dulu yaa? Cecil mau kemana nih?” tanya Rima padaku.
“Hmm.. kemana
ya?” jawabku berpikir.
Ciel
menyambung, “yah, nasibku hari ini adalah menjadi cowok satu-satunya yang
terpaksa nemenin cewek shopping..” dengan lesunya.
“Enak aja siapa
yang mau shopping!” jawabku membantah.
“Waah.. ide
yang bagus tuh! ke butik yuuk!” dan Rima langsung menarik tanganku.
# Setelah menemukan
butik, namanya “Girls Only # ß Ciel jadi dilarang masuk.
“Sialan, kalian
egois banget sih!” ucap Ciel menerima nasib diluar.
“Waaah~
lucunyaa~” Rima dengan semangat browsing tempat itu. Dan akhirnya dapet 1 setel
baju dengan cepatnya.
“Wah wah..”
# Tempat
berikutnya, Toko Perhiasan Anak Perempuan # ß Ciel diluar
lagi.
“Migoood...”
aku dengan semangatnya browsing.
“Imuuuutnyaaa~”
begitu pula Rima.
Kami pun
akhirnya membeli sesuatu. Aku memilih gelang. Sedangkan Rima membeli 10 pasang
ikat rambut dengan desain yang imut-imut. “Aku mau dong..” ucapku.
“Yaudah, pilih
yang mana nih dari punyaku??” jawabnya.
“Uyaaai,
makasih!!!” teriakku bahagia.
“Kalian asik
didalam.. saya hanya membawakan barang belanja sambil liat orang lain lalu
lalang..” ucap Ciel di luar.
# Tujuan
ketiga, toko boneka # ß kali ini Ciel ikut masuk.
“Waah..
cantiknya.. boneka ini beda dari yang lain!” ucapku yang menemukan sebuah
boneka tupai yang sangat imut. Terus memandanginya.
Ciel tiba-tiba
datang di sebelahku, “kenapa nggak kamu beli?”
“Hmm? Karena..
kesannya kalau aku beli sendiri itu nggak keren..” jawabku.
“Haduh..
repot!”
“Nee nee, liat
sini deh!” Rima membawa sesuatu kearah kami.
Ciel menjawab,
“boneka kelinci?”
“Liat nih..”
Rima membuka kulit halus boneka itu.
Kami berdua
kaget dan berteriak, “aaahhh!!!”. Boneka itu ternyata punya dua kulit, kulit
luarnya halus berwarna pink dan kulit keduanya memperlihatkannya seperti sebuah
tengkorak kelinci.
“Langka ya!”
ucap Rima.
“Iya langka..”
jawabku masih kaget.
“Aku mau beli..
nanti buat ngagetin nenek ah..” Rima dengan riangnya membuat keputusan.
“Tu-tunggu..”
Ciel mengikuti jalan Rima ke kasir, “kalau nenek kamu kagetin gitu, bukannya
dia bisa kena serangan jantung?”
“Oh?”
(tetap ingin,
akhirnya Rima membelinya). “Kalau begitu akan aku bawa ke sekolah untuk
menakuti yang lain, pinjam ya” ucap Ciel.
#
Selanjutnya... tada! Ke kamar mandi! # ß tentu Ciel
terpisah dari kami!
(grr.. no topic
here!)
# Ekhem, tujuan
selanjutnya adalah, MAKAN! #
“Naah..” Rima
segera duduk, “akhirnya dapat tempat duduk..”
Ciel ikut
duduk, “kenapa nggak ke restoran aja? Ini kan warung ramen?”
“Ramen tuh kan
enak, hemat dikit napa?” ujarku duduk juga.
“Hmmm” Ciel
tidak melihatku karena sibuk menaruh barang belanjaan Rima.
“Oh! Oh! Mau
makan apa?” Rima berkata. “Sana Ciel kamu yang pesan ya..”
“Ya ya..
sekalian aku juga mau ke kamar mandi..” jawab Ciel dan pergi.
Rima bingung,
“Bukannya tadi kamu ke kamar mandi ya?”
“Nggak, tadi
aku nungguin kalian di loket kaset film..” Ciel menerangkan.
“Oh..” aku
menyambung, “dari tadi nggak dapet bagian browsing ya? ckck”
Kami menunggu
sampai Ciel benar-benar pergi.
“Aaaahh.. maaf
ya Cecil!” tiba-tiba Rima berkata.
“Loh minta maaf
kenapa?”
“Aku mbawa
orang lain di perjalanan ini..”
“Ahh nggak
apa-apa kok! (sebenernya aku juga sama Claire kok!)”
“Soalnya nanti
nenek khawatir..”
“Sudah sudah
lupakan, jadi jawaban kemarin itu apa?”
“Hah?” pipi
Rima memerah, “sudah pikir saja aku sebagai adik Ciel, ya!”
“Umur kalian
sama kan?”
“Tapi aku lahir
tanggal 25 Desember!” ucapnya.
“Loh? Aku lahir
tanggal 24 loo.. ahaha”
“Ciel juga
tanggal 24? Waah sama nih.. ahaha”
“Masa? Dasar
anak itu..”
Rima tersenyum.
“Kenapa?”
tanyaku.
“Ahh nggak
apa..” jawabnya masih tersenyum.
“Kamu adik
kandung atau sepupu?” tanyaku masih bingung.
“Ara.. aku itu
bukan adiknyaa~ aslinya aku bukan siapa-siapanya Ciel!”
“Oh ya?” aku
bingung, “lalu siapanya? Kenalan?”
“I-iya..”
“Pasti teman
dekat ya?”
“Bu-bukan..”
“Lalu? Kalian
ini terlihat akrab sekali?”
“Bisa kamu
lihat sendiri.. orang tuaku tidak bersamaku,kan?”
Aku menjawab,
“mungkin bisa saja kamu tinggal sebentar bersama Ciel?”
“BUKAN! Aku
harus tinggal selamanya bersama Ciel..” pipinya memerah.
“Lalu dimana
orang tuamu?”
“Orang tuaku
sudah meninggal!”
“Oh.. maaf..”
“Sudahlah tak
apa.. begitu pula papanya Ciel, dia pun sudah mati..”
“Oh.. lalu
begitu pula mamaku!” sambungku dan tersenyum.
“Mamamu juga?”
Aku mengangguk.
“Tapi yang namanya orang meninggal ya sudah, lebih baik jangan ditangisi..”
“Iya.. lagipula
Ciel membenci Ayahnya, jadi dia menganggap keberuntungan saat dia lahir Ayahnya
sudah meninggal..”
“Ciel..” aku
tersenyum, “dia itu anaknya hebat atau hanya pura-pura ya?”
“Tentu dia itu
hebat! Aku selalu iri padanya..”
“Ihir.. ada
yang pipinya merah nih..”ucapku menggodanya, “jangan-jangan..”
“Bu-bukan itu!
Aku benar-benar menyanyangi Ciel sebagai kakakku sendiri.. terkadang dia itu
benar-benar menyebalkan dan egois.. tapi hatinya sangat lembut..”
“Begitu ya?
kalau begitu kamu pacarnya?”
“BUKAN!”
“Taaah.. lha
terus siapanya Ciel dong?”
“Sebenarnya
ceritanya panjang sih..”
Aku memukul
kepalaku, “duh! Ampun ya!”
“Ahaha” Rima
tersenyum dengan manisnya.
“Aku kembali..”
tiba-tiba Ciel kembali.
“Ok. Sudah
datang kembali? Secepat ini?” ucapku.
Ciel
menampilkan wajah nggak terima, “aku diusir gitu?”
“Nggak dong..
mana mungkin..” sambung Rima.
“Ahaha” aku
hanya tertawa.
“Ini lo, kalian
aku bawakan permen..” kata Ciel dan segera duduk.
“Aaah~” Rima
mengambil 1 permen dari tangan Ciel, “mau!”
Ciel pun
menjawab sambil tersenyum, “silahkan..”
Aku hanya
mengecek hand phoneku, sepertinya tadi ada yang bunyi.
“Eh, ini Cecil
mau juga?” Ciel mengalurkan tangannya kearahku.
“Mau mau..” aku
yang masih fokus ke hand phone tidak melihat tangan Ciel.
Tanganku
menemukan tangannya, namun aku meraba sekeliling dan tidak menemukan permennya.
“Loh?” dan memfokuskannya kesana untuk mengecek.
“Tuh kan,
permennya jatuh..” Ciel menunduk untuk mengambilnya.
“Sini aku
ambilin! Kayanya aku yang nyenggol permennya deh!” aku pun ikut nunduk.
Tangan
Ciel sudah mencapai ke permennya karena lebih panjang, dan dilanjutkan
tanganku. Tangan kita menggenggam permen itu bersama. Aku sempat melihat muka
Ciel, tampak kebingungan. “Ah! Sini aku aja yang ambil!” dan akhirnya aku
menetralkan posisi tegang dan bingung ini kembali ke posisi semula.
Selesai makan,
kami kembali jalan-jalan.
# Sepertinya
tujuan terakhir, Toko Buku #
“Hmm.. mau
nyari apa ya?” ucap Ciel bingung.
“NOVEELL!!” aku
langsung berlari kearah lapangan novel yang tersebar luas.
“Majalah
aah..~” Rima pun ikut memencar sendiri.
Beberapa menit
kemudian aku dan Rima bertemu di kawasan komik.
“Wah.. ketemu
deh, Cecil! Ahaha”
“Waaah.. ahaha”
jawabku.
“Dapat
sesuatu?” tanyanya.
“Yup! Judulnya
The HELL Way, keluaran baru nih novel..”
“Bacaannya yang
serem-serem ya?”
“Nggak juga,
aku bisa membaca semua novel yang menurutku bagus..”
“Ohh.. ahaha”
Omong-omong,
kamu dapet nomor hand phoneku dari mana,Rima?”
“Itu..” dia
menjawab.
“Loh? Kalian
disini?” Ciel juga menemukan kami.
Dan Rima
menunjuk kearah Ciel, “dari dia!” dengan sok imutnya.
“Heh? Apanya
yang dari aku?!” Ciel bingung.
“Oh..Ciel kamu juga,darimana
dapet nomor hand phoneku,hah?” ucapku menghitam.
“I-itu..” dia
ketakutan melihatku, “dari Tsurara-san..”
“DAMN! Yuuka!!
(bodoh! Seharusnya nggak usah aku kasih dia!)”
“Itu Ciel
pingen sms kamu tapi masih ragu-ragu..” Rima menerangkan, membuka aib orang
kali ya, ahaha.
Aku namun tidak
memperhatikannya, “awas kalo masuk nanti aku cabik kamu!”
“Hey! Rima!
Diam kamuu!!!” Ciel berusaha menutup mulutnya.
Beginilah hari ini, tapi aku penasaran
2-3 meter jaraknya dariku itu sejauh apa sih masa aku nggak bisa nemuin Claire?
Hebat hebat.. dia memang yang terbaik!. Sampai rumah aku hanya ketiduran di
kasurku, senang dan lelah itu yang aku rasakan.
♪ GowGow_Bloogie@Cecil
♪
“Ja Jang..
Cecil desu!”
Ini pertama
kalinya ya? omake sebelum 24th Desembers berganti chapter-chapter pendeknyaa..
disini hanya aku sendirian jadi sebentar aja ya!. Karena hanya perkenalan akan
aku terangkan apa ini.
Ekhem, omake
pendek ini adalah pembicaraan singkat dari single, or more character. Akan ada bercerita,
pembukaan aib orang atau yang lain. Jadi, looking forward untuk di chapter
berikutnya ya! Ciel akan jadi pendampingku disini.
“Bye
bye~”
||-♫ ZAAW ♫-||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar