Sabtu, 07 Januari 2012

24th Desembers - Chapter 8


“Hah? Mau ketemuan sama seseorang?” Ayah ngomel saat kita sedang sarapan.
Aku mengangguk, masih menguyah makanan.
“Sama siapa? Mau kemana?!”
“Ayah jangan marah dong.. sama anak perempuan dan ke mall..” jawabku.
“Aduh, kau ini Cecil..”
“Ayah.. sudah lama, bahkan hampir setahun sekali!”
“Tapi kalau kamu berpergian sendiri begini papa jadi khawatir..”
Mukaku hanya datar, “padahal masih saja di kota yang sama..”
“Pokoknya kalau masih ngotot pergi, harus ada seseorang bersamamu!” tegas Ayah.
“Yah..” aku kecewa, “ayah.. aku ini sudah hampir 15 tahun!”
“Ayah tahu.. tapi tetap saja..”
“Sudah lah! Carikan seseorang! Tapi aku maunya dia nggak ada persis di belakangku!” ucapku dan meninggalkan meja makan.
          Saat jalanku menuju ke kamarku, perutku bunyi. “Bodohnya aku.. inginnya sok keren meninggalkan meja makan, tapi masih lapar begini. Seharusnya aku membawa rotiku tadi..” ucapku dijalan sambil memegangi perutku yang bunyi.
“Loh? Cecil sudah selesai makannya?” tiba-tiba aku bertemu dengan Claire.
Aku mengangguk dan tetap berjalan.
“Tenang.. saya yang akan mengawasi Cecil nanti..” ucapnya pelan.
“Ha?” aku akhirnya mendengarkannya, “masa?”
“Iya! Dan kalau memang kamu nggak mau dibuntutin.. aku bakal jaga jarak 2-3 meter dan nggak urus dengan apa yang akan kamu lakukan disana..”
“Waah..” wajahku berubah senang dan memeluknya, “makasih ya, Claire!”
“Pelukanmu masih sama ya,Young Lady..” ucap Claire memelukku balik, “sama seperti 10 tahun lalu..”
“Maksudku saat aku masih 5 tahun?”
Claire hanya tersenyum dan mengangguk.
“Tentu dong, orangnya sama masa pelukannya beda?”
“Ahaha.. tapi Cecil masih ingat tidak?”
Aku menjawab, “ingat apa ya?”
“Cecil kecil yang melarikan diri dari rumah.. dan dia pergi ke toko permen?”
“Toko permen?” aku berusaha mengingat, “apa dihari sebelum ulang tahunku?”
“Benar”, Claire memastikan, “kamu lari dari rumah karena mamamu marahin kamu”
“Mama Sasha?” ucapku, “Mama Sasha..”
Claire mengelus rambutku, “sebenarnya aku mengikuti kemana kau pergi, sayang..”
“Mama Sasha nggak pernah baik padaku.. dia..”
“Sudah Cecil.. itu hanya masa lalu..”
“Kau benar.. mungkin lebih baik memang jika dia mati,ya?”
“Itu adalah pertanyaan yang susah untuk kujawab, Young Lady..”
“Hmm.. sebenarnya aku benci padanya..”
Claire masih mengelus rambutku, “namun ada seseorang yang benar-benar menyanyangimu, kau tahu?”
Aku melihat kearah matanya, “siapa?”
“Pokoknya!”
“Hah.. kau ini!” ucapku kesal.
“Ahaha” Claire tertawa dan melepaskan tangannya dari rambutku, “sudah,sudah.. sana kau persiapkan yang akan kau bawa dan kita berangkat!”
“Yup, kau benar..” ucapku berjalan kembali ke kamarku, “oh ya, Claire!”
“Ya?”
“Lain kali, jika aku takut dan mimpi buruk, aku bangunin kamu ya!”
“Ahaha tentu! Seperti anak kecil saja kamu..”
Aku tertawa geli, “aku pun tak tahu mengapa masih begitu ahaha”
          Benar, saat umurku 5 tahun kurang 1 hari tepat tanggal 23 Desember hari sebelum ulang tahunku aku pergi dari rumah. Mamaku yang bernama Sasha, selalu memarahiku. Tapi saat dia memarahiku, Ayah selalu nggak ada dirumah. Jadi yang tahu tentang wataknya hanyalah anggota rumah termasuk aku dan Claire.
“Yep! Selesai!” aku segera menutup tasku dan keluar.
Diluar aku melihat Claire berjalan ke kamarku, “wah.. sepertinya aku terlambat!”
“Bukan terlambat.. tapi nge-pas! Ahaha”
“Hmm.. ini jaketmu,Cecil!”
“Makasih!” aku menerimanya dan memakainya di tubuhku, “ayo berangkat!”
          Aku kesana naik taxi. Ayah mengunci semua mobil dan tidak membiarkan supirnya mengantar kami berdua. Hemp, dia itu memang melarang keras aku untuk pergi keluar kecuali urusan penting. Repot deh repot.
“Hey hey hey.. dimana Rima?” saat sampai tujuan yang kucari hanya wajah Rima.
“Mungkin belum datang?” kira Claire.
“Mungkin..” ucapku, “hey Claire, menjauh dariku! Menjauh!”
“Oh iya aku lupa..” Claire tersenyum, “kalau begitu, take care ya, Cecil!”
“Ya!”
5 menit aku diam disana. “Ahh!! Lama!” dan akhirnya memutuskan untuk menunggu di depan lobby masuk. Mungkin percumah ya, dari tadi aku tuh nunggu di pemberhentian taxi *plak.
“Laaah~ itu dia! Ceciiilll!!!” tiba di depan lobby, cewek berpakaian pink memanggil namaku.
Karena kurang jelas aku berlari kearahnya, “pasti Rima!”
“Yahoww~” ucap Rima menyapaku.
“Kamu kesini sendirian?” tanyaku.
“Nggak kok..” dia tersenyum, “aku membawa seseorang!” dia pun menarik orang di sebelahnya menggunakan jaket abu-abu sedang madep belakang.
“Who-whoa!” anak itu berputar, “Rima! Apa-apaan sih?!” omelnya.
“Loh?” aku kaget, “Ciel ikut nih?”
“Loh?” Ciel memunculkan wajah imutnya, “ada Cecil?”
“Loooooohhh~ kok pada belum tahuu??” jawab Rima sedikit berlebihan. “Sudah.. ayo masuk!”
# Di dalam Mall #
“Okok.. mau kemana dulu yaa? Cecil mau kemana nih?” tanya Rima padaku.
“Hmm.. kemana ya?” jawabku berpikir.
Ciel menyambung, “yah, nasibku hari ini adalah menjadi cowok satu-satunya yang terpaksa nemenin cewek shopping..” dengan lesunya.
“Enak aja siapa yang mau shopping!” jawabku membantah.
“Waah.. ide yang bagus tuh! ke butik yuuk!” dan Rima langsung menarik tanganku.
# Setelah menemukan butik, namanya “Girls Only # ß Ciel jadi dilarang masuk.
“Sialan, kalian egois banget sih!” ucap Ciel menerima nasib diluar.
“Waaah~ lucunyaa~” Rima dengan semangat browsing tempat itu. Dan akhirnya dapet 1 setel baju dengan cepatnya.
“Wah wah..”
# Tempat berikutnya, Toko Perhiasan Anak Perempuan # ß Ciel diluar lagi.
“Migoood...” aku dengan semangatnya browsing.
“Imuuuutnyaaa~” begitu pula Rima.
Kami pun akhirnya membeli sesuatu. Aku memilih gelang. Sedangkan Rima membeli 10 pasang ikat rambut dengan desain yang imut-imut. “Aku mau dong..” ucapku.
“Yaudah, pilih yang mana nih dari punyaku??” jawabnya.
“Uyaaai, makasih!!!” teriakku bahagia.
“Kalian asik didalam.. saya hanya membawakan barang belanja sambil liat orang lain lalu lalang..” ucap Ciel di luar.
# Tujuan ketiga, toko boneka # ß kali ini Ciel ikut masuk.
“Waah.. cantiknya.. boneka ini beda dari yang lain!” ucapku yang menemukan sebuah boneka tupai yang sangat imut. Terus memandanginya.
Ciel tiba-tiba datang di sebelahku, “kenapa nggak kamu beli?”
“Hmm? Karena.. kesannya kalau aku beli sendiri itu nggak keren..” jawabku.
“Haduh.. repot!”
“Nee nee, liat sini deh!” Rima membawa sesuatu kearah kami.
Ciel menjawab, “boneka kelinci?”
“Liat nih..” Rima membuka kulit halus boneka itu.
Kami berdua kaget dan berteriak, “aaahhh!!!”. Boneka itu ternyata punya dua kulit, kulit luarnya halus berwarna pink dan kulit keduanya memperlihatkannya seperti sebuah tengkorak kelinci.
“Langka ya!” ucap Rima.
“Iya langka..” jawabku masih kaget.
“Aku mau beli.. nanti buat ngagetin nenek ah..” Rima dengan riangnya membuat keputusan.
“Tu-tunggu..” Ciel mengikuti jalan Rima ke kasir, “kalau nenek kamu kagetin gitu, bukannya dia bisa kena serangan jantung?”
“Oh?”
(tetap ingin, akhirnya Rima membelinya). “Kalau begitu akan aku bawa ke sekolah untuk menakuti yang lain, pinjam ya” ucap Ciel.
# Selanjutnya... tada! Ke kamar mandi! # ß tentu Ciel terpisah dari kami!
(grr.. no topic here!)
# Ekhem, tujuan selanjutnya adalah, MAKAN! #
“Naah..” Rima segera duduk, “akhirnya dapat tempat duduk..”
Ciel ikut duduk, “kenapa nggak ke restoran aja? Ini kan warung ramen?”
“Ramen tuh kan enak, hemat dikit napa?” ujarku duduk juga.
“Hmmm” Ciel tidak melihatku karena sibuk menaruh barang belanjaan Rima.
“Oh! Oh! Mau makan apa?” Rima berkata. “Sana Ciel kamu yang pesan ya..”
“Ya ya.. sekalian aku juga mau ke kamar mandi..” jawab Ciel dan pergi.
Rima bingung, “Bukannya tadi kamu ke kamar mandi ya?”
“Nggak, tadi aku nungguin kalian di loket kaset film..” Ciel menerangkan.
“Oh..” aku menyambung, “dari tadi nggak dapet bagian browsing ya? ckck”
Kami menunggu sampai Ciel benar-benar pergi.
“Aaaahh.. maaf ya Cecil!” tiba-tiba Rima berkata.
“Loh minta maaf kenapa?”
“Aku mbawa orang lain di perjalanan ini..”
“Ahh nggak apa-apa kok! (sebenernya aku juga sama Claire kok!)”
“Soalnya nanti nenek khawatir..”
“Sudah sudah lupakan, jadi jawaban kemarin itu apa?”
“Hah?” pipi Rima memerah, “sudah pikir saja aku sebagai adik Ciel, ya!”
“Umur kalian sama kan?”
“Tapi aku lahir tanggal 25 Desember!” ucapnya.
“Loh? Aku lahir tanggal 24 loo.. ahaha”
“Ciel juga tanggal 24? Waah sama nih.. ahaha”
“Masa? Dasar anak itu..”
Rima tersenyum.
“Kenapa?” tanyaku.
“Ahh nggak apa..” jawabnya masih tersenyum.
“Kamu adik kandung atau sepupu?” tanyaku masih bingung.
“Ara.. aku itu bukan adiknyaa~ aslinya aku bukan siapa-siapanya Ciel!”
“Oh ya?” aku bingung, “lalu siapanya? Kenalan?”
“I-iya..”
“Pasti teman dekat ya?”
“Bu-bukan..”
“Lalu? Kalian ini terlihat akrab sekali?”
“Bisa kamu lihat sendiri.. orang tuaku tidak bersamaku,kan?”
Aku menjawab, “mungkin bisa saja kamu tinggal sebentar bersama Ciel?”
“BUKAN! Aku harus tinggal selamanya bersama Ciel..” pipinya memerah.
“Lalu dimana orang tuamu?”
“Orang tuaku sudah meninggal!”
“Oh.. maaf..”
“Sudahlah tak apa.. begitu pula papanya Ciel, dia pun sudah mati..”
“Oh.. lalu begitu pula mamaku!” sambungku dan tersenyum.
“Mamamu juga?”
Aku mengangguk. “Tapi yang namanya orang meninggal ya sudah, lebih baik jangan ditangisi..”
“Iya.. lagipula Ciel membenci Ayahnya, jadi dia menganggap keberuntungan saat dia lahir Ayahnya sudah meninggal..”
“Ciel..” aku tersenyum, “dia itu anaknya hebat atau hanya pura-pura ya?”
“Tentu dia itu hebat! Aku selalu iri padanya..”
“Ihir.. ada yang pipinya merah nih..”ucapku menggodanya, “jangan-jangan..”
“Bu-bukan itu! Aku benar-benar menyanyangi Ciel sebagai kakakku sendiri.. terkadang dia itu benar-benar menyebalkan dan egois.. tapi hatinya sangat lembut..”
“Begitu ya? kalau begitu kamu pacarnya?”
“BUKAN!”
“Taaah.. lha terus siapanya Ciel dong?”
“Sebenarnya ceritanya panjang sih..”
Aku memukul kepalaku, “duh! Ampun ya!”
“Ahaha” Rima tersenyum dengan manisnya.
“Aku kembali..” tiba-tiba Ciel kembali.
“Ok. Sudah datang kembali? Secepat ini?” ucapku.
Ciel menampilkan wajah nggak terima, “aku diusir gitu?”
“Nggak dong.. mana mungkin..” sambung Rima.
“Ahaha” aku hanya tertawa.
“Ini lo, kalian aku bawakan permen..” kata Ciel dan segera duduk.
“Aaah~” Rima mengambil 1 permen dari tangan Ciel, “mau!”
Ciel pun menjawab sambil tersenyum, “silahkan..”
Aku hanya mengecek hand phoneku, sepertinya tadi ada yang bunyi.
“Eh, ini Cecil mau juga?” Ciel mengalurkan tangannya kearahku.
“Mau mau..” aku yang masih fokus ke hand phone tidak melihat tangan Ciel.
Tanganku menemukan tangannya, namun aku meraba sekeliling dan tidak menemukan permennya. “Loh?” dan memfokuskannya kesana untuk mengecek.
“Tuh kan, permennya jatuh..” Ciel menunduk untuk mengambilnya.
“Sini aku ambilin! Kayanya aku yang nyenggol permennya deh!” aku pun ikut nunduk.
Tangan Ciel sudah mencapai ke permennya karena lebih panjang, dan dilanjutkan tanganku. Tangan kita menggenggam permen itu bersama. Aku sempat melihat muka Ciel, tampak kebingungan. “Ah! Sini aku aja yang ambil!” dan akhirnya aku menetralkan posisi tegang dan bingung ini kembali ke posisi semula.
Selesai makan, kami kembali jalan-jalan.
# Sepertinya tujuan terakhir, Toko Buku #
“Hmm.. mau nyari apa ya?” ucap Ciel bingung.
“NOVEELL!!” aku langsung berlari kearah lapangan novel yang tersebar luas.
“Majalah aah..~” Rima pun ikut memencar sendiri.
Beberapa menit kemudian aku dan Rima bertemu di kawasan komik.
“Wah.. ketemu deh, Cecil! Ahaha”
“Waaah.. ahaha” jawabku.
“Dapat sesuatu?” tanyanya.
“Yup! Judulnya The HELL Way, keluaran baru nih novel..”
“Bacaannya yang serem-serem ya?”
“Nggak juga, aku bisa membaca semua novel yang menurutku bagus..”
“Ohh.. ahaha”
Omong-omong, kamu dapet nomor hand phoneku dari mana,Rima?”
“Itu..” dia menjawab.
“Loh? Kalian disini?” Ciel juga menemukan kami.
Dan Rima menunjuk kearah Ciel, “dari dia!” dengan sok imutnya.
“Heh? Apanya yang dari aku?!” Ciel bingung.
“Oh..Ciel kamu juga,darimana dapet nomor hand phoneku,hah?” ucapku menghitam.
“I-itu..” dia ketakutan melihatku, “dari Tsurara-san..”
“DAMN! Yuuka!! (bodoh! Seharusnya nggak usah aku kasih dia!)”
“Itu Ciel pingen sms kamu tapi masih ragu-ragu..” Rima menerangkan, membuka aib orang kali ya, ahaha.
Aku namun tidak memperhatikannya, “awas kalo masuk nanti aku cabik kamu!”
“Hey! Rima! Diam kamuu!!!” Ciel berusaha menutup mulutnya.
          Beginilah hari ini, tapi aku penasaran 2-3 meter jaraknya dariku itu sejauh apa sih masa aku nggak bisa nemuin Claire? Hebat hebat.. dia memang yang terbaik!. Sampai rumah aku hanya ketiduran di kasurku, senang dan lelah itu yang aku rasakan.

GowGow_Bloogie@Cecil
“Ja Jang.. Cecil desu!”
Ini pertama kalinya ya? omake sebelum 24th Desembers berganti chapter-chapter pendeknyaa.. disini hanya aku sendirian jadi sebentar aja ya!. Karena hanya perkenalan akan aku terangkan apa ini.
Ekhem, omake pendek ini adalah pembicaraan singkat dari single, or more character. Akan ada bercerita, pembukaan aib orang atau yang lain. Jadi, looking forward untuk di chapter berikutnya ya! Ciel akan jadi pendampingku disini.
“Bye bye~”

||-♫ ZAAW ♫-|| 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar