Malam itu sangat sunyi. Aku pun sama sekali tidak bermimpi. Namun
aku merasakan ada angin yang bertiup keras kearahku. Tiba-tiba hand phoneku
berbunyi,
Aku
kaget dan terbangun, langsung mencari ponselku itu.
“Ha-halo?”
ucapku menerima telepon dengan nada mengantuk.
“Cecil!
Berita buruk Cecil!” ternyata itu Claire berkata dengan nada terburu-buru.
“Kenapa
memangnya?” jawabku ngantuk.
“Rumah
kita terbakar!” ucap Claire keras.
Mataku
terbuka. “APA?!” dan bisa menghilangkan kantukku.
“Be-benar..”
Claire berkata tersedu-sedu.
“Aku
akan segera kesana!” ucapku dan berlari keluar tanpa mengganti bajuku.
“Aku berharap bisa mendapat ijin keluar
dari para penjaga” ucapku terus dalam hati. Namun saat mencapai pintu depan aku
melihat Ciel yang membawa secangkir air putih sambil berjalan. Aku
memanggilnya,
“Ciel!”
Dia
menengok kearahku, “apa? Siapa?” ternyata matanya masih tertutup.
Sejenak
aku berpikir, “dia berjalan sambil tidur?”. Namun yang aku katakan padanya
adalah “Ciel bantu aku!” dan aku berlari kearahnya, menaruh cangkirnya itu.
Langsung
Ciel menjadi sadar, “loh? Minumku?” dia kaget tak ada gelas itu ditangannya.
“Aku
bantu aku! Tolong!” ucapku memohon dan menarik tangannya.
Diperjalanan kuterangkan padanya. Dia setuju untuk membantuku dan
malah mengantarkanku sampai ke mansionku. Jarakku dari rumah Ciel itu sekitar 2
km,jadi tidak bisa kupikirkan aku jalan sendiri ke rumah. Beruntung ada Ciel
disebelahku.
“...”
aku hanya diam.
Ciel
melihat kearahku, “tenang ya,Cecil..” dia menenangkanku.
#
Sampai disana #
Alangkah kagetnya, rumahku hanya
seperti kertas dibakar. Walau sudah ada sekitar 9 mobil pemadam, apinya tidak
bisa dijinakkan. Aku segera mencari orang yang kuketahui, dan aku menemukan
Claire.
“Claire!”
aku berteriak memanggilnya.
Dia
langsung melihat kearahku dan memelukku, dirinya tak bisa berbicara karena
sedang menangis.
Aku
bertanya padanya, “Ayah dimana?” itu pertanyaan pertamaku untuknya.
Claire
tidak bisa berhenti menangis, dan ia tidak menjawab.
Tiba-tiba
Ciel berlari kedalam mansion. Aku berteriak mencegahnya namun dia tetap masuk.
Begitu pula petugas pemadam menghentikannya, namun Ciel tetap bisa masuk.
“CIEL!”
aku berteriak mencegahnya.
“Cecil..”
Claire mulai berbicara padaku, “aku sangat senang kau selamat..”
“Claire!
Berarti Ayah..” ucapku menebak.
Pengasuhku
yang berhati mulia itu melanjutkan, “memang benar.. jika keduanya sudah saling
bertemu.. sesuatu akan terjadi.. kau tahu itu,kan,Cecil?”
“A-apa
maksudmu?” aku bingung dengan ucapan Claire.
Aku melihat kearah pintu masuk rumahku
itu, sangat besar dan mulai diterkam api. Lalu aku melihat Ciel keluar, dia
membawa seseorang. Aku berlari kearahnya, dan mengecek siapa yang ia bawa
“I-ini..”
aku kaget.
Ciel
berusaha membuatku tidak menangis, “Cecil..”
Namun
aku tidak bisa menahannya dan memeluk orang yang dibawa Ciel,
“Ayaaaaaaahh!!!!!” kulihat badannya sudah terbakar api.
“Cecil!
Sudah!” Ciel mengentikanku, dan dia memelukku,”sudah terlambat..”
“HUAAAA!!!”
aku tidak bisa menahan tangisku.
Claire
melihat kita dari jauh, dia pun ikut menangis kembali.
“Cecil..”
dengan lemutnya ia mengelus rambutku, “aku turut berduka untukmu..”
Aku
hanya bisa melepaskan rasa pahitku, “Ayaah!!” suaraku karena terus berteriak
membuatnya menjadi serak.
Beberapa saat kemudian, api dapat
dipadamkan. Rasanya masih ingin menangis tapi aku sudah tidak bisa mengeluarkan
1 titik air mata lagi. Aku hanya duduk sendiri di tempat duduk taman sambil
memakai jaket Claire. Memikirkan apa yang terjadi kembali,
“Cecil?”
tiba-tiba Ciel menghampiriku, “kau tak apa?”
Aku
hanya bergeleng.
Dan
Ciel duduk di sebelahku, “tenangkan hatimu,ya”
“Iya”
jawabku singkat dengan suaraku yang serak.
Claire
pun datang membawa minum untuk kami berdua. Dan ia mengatakan, “Ciel.. terima
kasih ya.. sudah membantu Cecil” dan tersenyum.
Ciel
menjawab, “sama-sama.”
Baju Ciel kotor semua gara-gara ia
masuk ke mansionku tadi. Alangkah kagetnya tidak ada luka bakar sama sekali
pada tubuhnya. Aku benar-benar berutang budi padanya. Saat Ciel ditelpon Rima
ia berpamitan pergi.
“A-ano,Ciel..”
aku mengatakan sesuatu padanya.
Sebelum
ia pergi, Ciel menjawab, “apa?”
“Te-terima
kasih..” ucapku malu padanya.
Ciel
dengan manisnya tersenyum, “tak masalah!” dan menjauh pergi.
“Cecil..”
Claire mendekat kearahku, “apa yang akan kita lakukan?”
Aku
menghela nafasku, “siapa yang tahu?”
Claire
memelukku, “apapun itu, aku ingin tetap terus menjagamu..”
“Cl-claire?”
ucapku, “kau ini..”
“Ada
apa, Young Lady?” tanya orang itu.
“Tak
apa. Aku hanya berdoa supaya Ayah tak apa disana..”
“Iya,
mari mendoakannya, ya?”
Aku
mengangguk.
Kami tertidur disana sampai pagi.
Terasa sedang piknik padahal ada di taman rumah sendiri. Namun sekarang yang
tersisa hanyalah abu dan mayat disana. Bukan hanya Ayah, pelayanku yang ada di
rumah itu juga ikut terbakar. Kebetulan hanya Claire dan aku yang selamat di
kejadian itu.
“Cecil?”
tiba-tiba seseorang membangunkanku.
Aku
terbangun dari tidurku, “heengg” masih aras-arasan.
Ketika
membuka mataku, aku melihat seseorang tersenyum padaku.
“Ra-raven?”
ucapku menebak.
Claire
yang ada sebelahku ikut terbangun, masih susah membuka matanya.
“Selamat
pagi, Cecil..” benar, itu Raven yang kutemui tadi malam.
“K-kau?!”
Claire tiba-tiba menunjuk kearah ibu itu, “kau..”
Raven
tersenyum kearah Claire dan menyuruhnya tutup mulut, “shhh”
Kami berbincang sebentar di pagi hari
yang cerah itu.
“Aku
turut berduka,Cecil..” ucap Raven padaku.
“Iya,
makasih tante..” jawabku.
“Oh?”
dia terlihat kaget, “kau masih memanggilku tante?”
Aku
tersenyum, “ahaha”
“Well..
sebenarnya aku memiliki tawaran untuk kalian berdua..” tutur Raven.
“Tawaran?”
Claire terlihat penasaran.
Ia
lalu menerangkan, “Aku ingin kalian berdua ikut tinggal bersamaku, bagaimana?”
“H-hah?”
aku terkejut, “ta-tapi..”
“Tak
apa.. ayo, mau ya?” lanjutnya.
“Aku
memiliki firasat itu akan menjadi hal yang bagus. Bagaimana menurutmu, Cecil?”
jawab Claire terlihat setuju, dia sepertinya baru menyusul kita.
Raven
tersenyum padaku, “kumohon padamu.. Cecil”
“A-ah,
karena Claire setuju kalau begitu aku juga” ucapku.
“Wah!
Bagus dong!” Raven terlihat bersemangat mendengarnya.
Sesaat kemudian, dia mengajak kami
pergi kerumahnya. “Wah..” aku sangat kagum melihatnya, rasanya seperti
benar-benar ada di salah satu rumah di novel. Rumah yang berkesan sejuk nan
nyaman dengan banyaknya tanaman didalamnya. Desainnya pun mirip rumah kaca.
“Keren sekali..” ucapku kagum.
“Baguslah
jika kau senang, Cecil..” ucapnya membuka pintu rumahnya.
“Rasanya
seperti di novel..” lanjutku.
Dia memanduku ke kamarku yang baru.
Well, ini seperti memulai hidup yang baru. Dia pun juga berkata akan membiaya
seluruh kebutuhan. Dan kami semua harus bekerja sama.
Tepat sekarang adalah tanggal 24
Desember dan pada pagi harinya aku tidak menyadarinya. Sebenarnya hari ini
sekolahku sudah masuk, tapi aku harus menjahitkan baju baru dan menyiapkan
semuanya baru sebelum masuk sekolah lagi. Jadi hari ini dan beberapa hari
kedepan aku rasa aku bisa membolos sekolah.
“Cecil..”
Claire membuka pintu kamarku.
Aku
yang sedang menikmati angin dari luar menjawab, “ya?”
“Raven
memanggilmu..” dan kita pun berjalan ke depan menemuinya.
Disana
aku melihat balon-balon warna-warni. Dengan roti di pusatnya. “Cecil.. happy
birthday!” ucap Claire dan Raven dengan serentak.
“I-ini..”
aku melihat sekeliling.
“Ya,
ini hari ulang tahunmu kan?” ucap Raven dan mendekatkanku pada rotinya.
Di roti itu tertulis, “Happy Birthday Cecil!” dengan beberapa
lilin kecil menyala dengan cantiknya. Ditambah warna roti itu adalah coklat,
yumm coklat itu adalah warna dan rasa terenak didunia. Aku langsung meniup
lilin-lilin itu, “huuuuusss” dan berhasil memadamkan semuanya. Claire dan Raven
bertepuk tangan padaku. Hatiku sudah terasa senang kembali, aku langsung
mengambil pisau dan memberikan masing-masing 1 potong kue pada mereka.
Walau Ayah sudah berjanji akan mengadakan pesta padaku malam ini,
sudah tak apa jika ia mengingkari janjinya. “Ayah, aku akan memaafkanmu!”
pikirku.
Pesta kecil itu sangat menyenangkan. Namun aku tidak bisa
menikmati seluruh bagian acara. Lagi-lagi ponselku berbunyi, “halo?” ucapku
sambil memakan kue.
“Cecil
kau membolos ya?” ternyata suara Ciel terdengar di telepon.
“Iya
nih.. tolong ijinkan aku pada guru ya!” ucapku memohon padanya.
“Te-tentu..”
jawab Ciel, “oh ya, tadi Tsurara terus mengkhawatirkanmu,loh..”
“Oh
iya ya? ahaha” rasanya senang ada yang mengkhawatirkanku.
“Hey
Cecil..” Ciel memulai topik lain.
“Kenapa?”
“Nanti
seusai pulang sekolah, bagaimana kalau kita bertemu di taman kota?” ajaknya.
“Taman
kota? Memangnya ada apa?” tanyaku balik.
Ciel
menghela nafasnya, “Tsurara ingin bertemu denganmu.. itu..”
“Oh!
Tentu! Kalau begitu aku tunggu kamu dan Yuuka disana ya!” ucapku setuju.
“Ya”
dengan begitu Ciel langsung menutup teleponnya.
“Chii..
*stare” Claire dan Raven melihatiku.
“A-ada
apa?” ucapku bingung.
“Kamu
teleponan sama siapa?” tanya Raven padaku.
“Te-teman
sekelas kok..” jawabku.
Aku menerangkan pada mereka, khususnya
Raven. Lalu aku langsung bersiap pergi ke taman kota karena jam sekolah disana
sudah hampir selesai. Aku juga membawakan mereka roti ulang tahunku untuk
dimakan bersama.
“Aku
berangkat ya!” ucapku dn meninggalkan rumah baruku itu.
Ada
senangnya sih, tidak perlu ada cegatan petugas keamanan saat akan pergi. Dan
aku bisa merasakan bagaimana rasanya jalan di tengah jalan seperti yang
dilakukan orang normal.
#
Sampai di taman kota #
“Ehhh..
itu dia! Cecil!!” Yuuka memanggilku dari kejauhan.
Aku
melihat tangannya melambaikan untuku, “Yuuka!” dan berlari kearahnya.
Dia
langsung memelukku, “kau tak apa?” tanyanya.
“Nggak
apa-apa..” jawabku dan tersenyum.
“Ahaha”
Ciel yang ada di sebelahnya hanya tersenyum.
“Ihh!!
Ciel-kun jangan ketawa dong!” ucap Yuuka padanya.
“Loh
ada salahnya ya aku tertawa?” Ciel bertanya.
“Kalau
kamu nampilin senyumku aku bisa tambah naksir!” Yuuka berkata.
Wajah
Ciel langsung berbalik dingin.
“Ahaha!”
gantian aku yang tidak bisa menahan tawaku.
“Tuh..
Cecil ketawa nggak dimarahin..” tutur Ciel nggak terima.
“Ealah,
kamu sama Cecil kan berbeda..” jelas Yuuka.
Ciel
menjawab, “berbeda gimana? Kita kan sama-sama manusia?”
Aku
terus tertawa mendengar mereka bicara.
“Ah
sudahlah, susah ngomong sama kamu..” ucap Yuuka menyerah.
Akhirnya kami duduk di salah satu meja
di taman kota itu. Ciel pun membelikan minum untuk kita. Itu karena aku tidak
membawa minum padahal membawa roti ulang tahun.
“Nee,Cecil..”
Yuuka bertanya padaku.
Aku
menjawab, “kenapa?”
“Kudengar
rumahmu..”
“Iya”
jawabku tersenyum.
“Aku
turut berduka soal Ayahmu ya..”
“Iya,
terima kasih..”
“Kau
tak apa?” tanyanya lagi.
“Sudah
kubilang aku tak apa kan?” ucapku menyakinkannya.
“I-iya,
benar juga..”
“Hey!”
tiba-tiba Ciel kembali dan membawakan soft drink, “ini minumnya!”
Kami makan bersama. Semua bilang
rotinya enak, aku senang mendengarnya. Dan karena Yuuka sudah janji dengan temannya
dia pulang duluan.
“Ciel..”
aku memulai pembicaraan.
“Ya?”
jawab anak itu sambil minum Coca-Cola miliknya.
“Se-selamat
ulang tahun..” ucapku memberi ucapan padanya.
Dia
tersenyum, “selamat ulang tahun juga,Cecil” dan mengeluarkan sebuah kotak.
“A-apa
ini?” ucapku bertanya.
“Ya..
kau pikir ini apa?” tanya Ciel balik. Dia memberikan kotak itu padaku.
“U-untukku?”
aku menerimanya.
“Ya.
Bukalah..”
Yang
bisa kulakukan hanya membukanya. “Ayo ke mall, kutunjukkan sesuatu!”
“Jadi..
kau punya waktu untuk pergi sekarang?” ucapnya padaku.
Aku terkejut, ketika sampai di mall,
Ciel memberiku boneka tupai yang kulihat di toko boneka. “Menurutmu apakah
boneka ini jadi keren saat ini merupakan hadiah dariku?” tanyanya padaku. Aku
terus melihat boneka ini, “ini.. boneka yang paling keren!”. Dan Ciel tersenyum
padaku. Setelah usai, aku berpamitan pulang padanya.
“Loh?
Cecil? Apa itu?” Raven yang sedang menyiram tanamannya di taman melihatku
dengan anehnya membawa boneka itu.
Aku
hanya menjawab, “ini.. hadiah..”
“Wah..
lucunya..” ucap Claire menyambung di belakang.
“Benar!”
jawabku dan tersenyum pada mereka.
♪ GowGow_Bloogie@Ciel+Rima
♪
“Ciel
disini.”
“Ohaa,
Rima disini juga!”
Rima : Hey,Ciel..
Ciel : Ya?
Rima : Kau kenapa? Kok muram?
Ciel : Hmm.. bukan masalahmu. Lupakan saja
Rima : Ha? Pelit!
Ciel : Sudahlah, aku mau tidur dulu!
Rima : *menyiprati Ciel dengan air
Ciel : Nya! Hup! Plup! Hooo!! *kaget mode on
Rima : Begitulah Ciel.. kalau kena air walau
sedikit pasti ngomong yang nggak jelas
Ciel : Baik,baik kau kalah,Rima! Berhenti
membocorkan aib orang!
Rima : Kalau begitu, beritahu apa penyebab kau
muram?
Ciel : *menghela nafas* begini lo.. *berbisik ke
telinga Rima*
Rima : HEK?! *lompat karena kaget
Ciel : Anak ini juga.. sedikit kubilang topik itu
langsung kaget
Rima : Ciel juga! Ngomong itu janga ngada-ada!
Ciel : Aku tidak mengada-ada! Tanya nenek!
(untuk
sementara dihentikan karena babak pertengkaran)
Staff : Ok,minna-san.
Masih pada penasaran sebenarnya hubungan antara dua orang ini apa ya? silahkan
hubungi *** *** ***, terima kasih. (?)
“Well.. Rima, and Ciel will offline. See ya!”
“Hey tunggu dong!” ß
Rima
“Dasar gara-gara ngomong
sama anak ini jadinya kepotong waktuku!” ß
Ciel
||-♫ ZAAW ♫-||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar