“Si-siapa ini?”
aku kaget melihat anak itu tiba-tiba memeluk Ciel.
Yuuka tiba-tiba
berteriak, “AAA!!!”
“Rima.. kau
ini, lepaskan tanganku! Ada temanku ni lo!” omel Ciel.
“Temanmu?” anak
imut itu menjawab. “Siapa?”
“Lepaskan
tanganku dulu baru aku kasih tahu!” ucap Ciel memaksa.
Anak itu
menunduk, “ta-tapi..” mukanya seakan akan menangis. Namun setidaknya dia
melepaskan tangan Ciel.
“Huft..” Ciel
hanya lega. “Maaf ya, tadi ini..”
“Ini
siapa,Ciel?! Jangan-jangan pacarmu ya?!” Yuuka menjawab keras.
“Bu-bukan..”
Ciel menggelengkan kepalanya dan menggoyang-goyangkan telapak tangannya, “bukan
lah..”
Aku yang
penasaran pun ikut bicara, “lalu, siapa?”
“Sebenarnya
kisahnya panjang.. udah deh nanti aja aku jelasin. Ayo masuk!”
Setelah kami mengikuti jalan Ciel
menuju ke ruang belajarnya beberapa menit lalu, yang kami lewati hanyalah
lorong yang megah. “Astaga.. ini surga atau rumah..” ucap Yuuka memujinya. Aku
hanya diam, mungkin rumahnya lebih bagus, tapi yang membuatku senang saat ini
adalah melihat temanku bisa semangat seperti Yuuka sudah membuatku senang.
“Lewat sini..”
Ciel membukakan sebuah pintu besar.
“Olalaaa~”
Yuuka takjub.
Ruangan
ini sangat lengkap, mataku pun sempat terbuka lebar. Setelah melihat banyaknya lemari buku miliknya aku langsung
berlari kesana. “(Ini surga buku..)” ucapku dalam hati terharu, karena aku memang
hobby baca buku jadi harap maklum tempat ini surga bagiku.
“Frost Line..
Start Sign.. Mary and The Boomster.. Gate For The Hamsters.. The Founded Ruby..
Mist,Mystery.. kyaaah..” melihat judul buku yang langsung aku kenal disana
membuat mataku bergerak kesana kemari, “sungguh.. kamu punya banyak sekali buku
kesukaanku!!”
“I-iya ya?”
Ciel hanya menjawab menunduk, “namun aku jarang sekali membaca.. ja-jadi..”
“Kau ini..” aku
memberi tatapan suramku, “untuk apa perpustakaan sebesar ini kalau kamu nggak
pernah mbaca,hah?!”
Dia langsung
diam, tak berani bicara. “Ha..”
“Wah,wah..
bukan cuma novel! Ada manga juga!” Yuuka juga asik browsing di ruangan itu,
“kamu hebat, Ciel!”
“Sebenarnya
yang suka mbaca itu nenek dan mamaku.. jadi aku milih buku sembarang buat
dia..” Ciel menerangkan.
“Ho?” jawab
Yuuka heran, “kamu tinggal bersama nenekmu?”
Ciel hanya
mengangguk.
Aku pun
bertanya padanya, “lalu kenapa kamu tidak mengenalkan kita ke dia?”
“Well..
biasanya nenek kalo jam segini susah dicari,jadi..”
Dengan singkat
aku berpikir, “ternyata ada orang tua yang susah dicari juga ya?”
“Nanti saat
makan malam aja aku kenalin ya!” melanjutkan perkataannya, Ciel berkata sambil
tersenyum.
Yuuka terlihat
berbunga-bunga, dia berkata “ahh~ senyumannya~”
“Namun tidak
kusangka, anak diam di sekolah kaya dia bisa senyum juga..” pikirku.
Saat kami sibuk mencari-cari buku
ternyata kami dapat menghabiskan waktu 1 jam. Mungkin aku akan minta permohonan
Ciel untuk meminjamkan beberapa novelnya itu. Namun saat beberapa saat kemudian
sepertinya salah satu pelayan dari mansionnya ini datang ke ruangan kami
membawa cemilan. “Aduh.. cemilan ini mengingatkanku tentang cemilanku kemarin
sore..” pikirku dalam hati.
“Nah, ayo
dimakan” saat orang-orang itu pergi Ciel menyuruh kami duduk di meja kopi yang
terletak di ruangan besar nan mewah itu.
Kami berdua
hanya mengikutinya. “Terima kasih atas makanannya..”
“Kurasa sore
ini makanannya simple banget.. ini hanya orange soft cake sama fruit pafrait..”
comen Ciel saat mengecek cemilannya.
“Sudahlah.. Terlalu
diperhatikan..” tanggapku dan langsung mengambil satu suapan dari soft cake
itu.
Yuuka yang udah
dari tadi makan hanya berkomentar, “enak kok!”
Beberapa menit
kami menghabiskan semuanya.
“Hey,Ciel..”
aku memulai topik.
Dengan
mengambil cangkir tehnya Ciel menjawab, “apa?”
“(entah kenapa,
sikapnya jadi dingin seperti biasa?) kau ini kan tuan muda.. pasti punya
servant kaya butler ya?”
“Omong kosong”
jawab Ciel dengan muka datar.
Yuuka ikut
berbicara, “butler?”
Aku hanya
mengangguk.
“Aku sudah bisa
melakukan semuanya sendiri tanpa orang seperti butler, butler hanya untuk orang
yang lemah!” lanjut Ciel.
Mendengar
perkataannya, aku hanya tersenyum. “Yare,yare.. kau ini memang keras
kepala,kurasa?”
Saat makan malam sudah tiba. Kami
diantar Ciel ke ruang makannya ketika salah satu pelayannya masuk ke ruangan
belajar itu memberi tahu kami kalau makanannya sudah siap. Benar, Ciel selalu
bersikap dingin dengan kebanyakan orang. Memang benar juga kalau dia tidak
membutuhkan pengawal layaknya seorang butler untuk melindungi dan mengawalnya
ke segala tempat seperti pangeran. Lihat saja tingkahnya saat salah satu pelayan
masuk ke ruangan belajar tadi.
“Tuan muda,
makan malamnya telah siap..”
Ciel dengan
dinginnya menjawab, “ya.”
“Mari saya
antarkan tuan muda dan teman tuan muda ke—“
“Nggak perlu,
sudah nanti aku kesana sendiri!”
Astaga.. kata-kata itu masih berdengung
di telingaku. Benar-benar dingin, aku pun nggak bakal tega ngomong gitu. Well,
apapun yang aku pikirkan sekarang harus aku hapus. Fokus ke jalan,Cecil,
fokus!. Tepat sekarang Ciel ada di depanku dan Yuuka berjalan dengan cepat dan
gagahnya, “yah, namanya juga tuan muda..” pikirku. Anak sepertinya tidak butuh
sebuah butler disisinya, kurasa dia sudah sangat bisa melakukan semuanya
sendiri. Hmm, bodohnya aku kenapa tadi tanya hal begituan ya? ahaha.
Saat kami masuk ke ruang makan yang dipimpin
perjalanannya oleh Ciel, entah hanya pikiranku atau beneran tapi ruangannya
sangat mirip dengan ruang makan di mansionku.
“Nenek.. ini
teman-temanku..” ucap Ciel berjalan kearah wanita tua yang duduk dengan
sopannya di meja terjauh di ruangan itu, “yang ini Cecil, yang satunya
Tsurara-san.”
Nenek itu
tersenyum pada kami, “selamat datang di Sharrown Mansion. Gadis-gadis manis..”
Aku dengan
sopannya menjawab, “senang bisa bertemu dengan anda, nek.”
Yuuka pun
menyusul dibelakangku.
“Gadis manis
ini bernama.. Rima, dan pasti kalian sudah mengenal baik cucuku Ciel kan? Dia
benar-benar lelaki yang lembut..” sambung nenek itu dan tersenyum.
“Nenek..” Ciel
hanya berusaha menutupi wajahnya.
“Nenek..” anak
yang tadi siang kita lihat itu berkata, “aku ingin memperkenalkan namaku sendiri
pada mereka..”
“Yasudah..
kalau begitu mulailah..”
Anak itu dengan
imutnya berkata, “namaku Michishika Rima, salam kenal!”
“Rima ya? nama
yang lucu..” Yuuka menjawab.
“Salam kenal,
Rima!” ucapku dan tersenyum.
Kami pun makan. Berbagai menu tersiapkan
disana. Yuuka terlihat benar-benar bersemangat.
“Cecil.. betul
itu namamu,sayang?” tiba-tiba nenek itu mengucap namaku.
Aku hanya
menjawab, “i-iya!”
“Bisa kau
kesini sebentar..?”
“Tentu..” aku
pun segera berdiri dari tempat duduk dan berjalan kearahnya.
Nenek itu
memegangi pundakku, “kau..” mukanya tiba-tiba terlihat kaget. “Tidak mungkin..
kau ini.. jangan-jangan..”
“Nenek? Ada
apa?” Ciel bertanya.
Aku hanya
bingung dengan ucapan nenek tua itu.
Tiba-tiba ia
memelukku, “sangat senang bisa bertemu denganmu.. Cecilku sayang..”
“I-iya.. tentu
saja nek..” responku bingung.
“Ada apa sih
nek?” Rima menyambung.
Tentu Yuuka
hanya ling-lung.
Setelah
menghabiskan beberapa waktu di rumahnya saat itu, aku dan Yuuka bergegas
pulang. Yang penting misi kita pergi kesana sudah terlaksana. Walau sebenarnya
lebih banyak main daripada buat tugas sih.
Pokoknya setelah berpamitan pulang aku
dijemput dan sampai dirumah. Hari ini benar-benar mengantukkan, tapi
bersyukurlah karena buku-buku keren milik Ciel, aku masih bisa begadang sampai
larut malam.
||-♫ ZAAW ♫-||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar