Sabtu, 07 Januari 2012

24th Desembers - Chapter 6


“Si-siapa ini?” aku kaget melihat anak itu tiba-tiba memeluk Ciel.
Yuuka tiba-tiba berteriak, “AAA!!!”
“Rima.. kau ini, lepaskan tanganku! Ada temanku ni lo!” omel Ciel.
“Temanmu?” anak imut itu menjawab. “Siapa?”
“Lepaskan tanganku dulu baru aku kasih tahu!” ucap Ciel memaksa.
Anak itu menunduk, “ta-tapi..” mukanya seakan akan menangis. Namun setidaknya dia melepaskan tangan Ciel.
“Huft..” Ciel hanya lega. “Maaf ya, tadi ini..”
“Ini siapa,Ciel?! Jangan-jangan pacarmu ya?!” Yuuka menjawab keras.
“Bu-bukan..” Ciel menggelengkan kepalanya dan menggoyang-goyangkan telapak tangannya, “bukan lah..”
Aku yang penasaran pun ikut bicara, “lalu, siapa?”
“Sebenarnya kisahnya panjang.. udah deh nanti aja aku jelasin. Ayo masuk!”
          Setelah kami mengikuti jalan Ciel menuju ke ruang belajarnya beberapa menit lalu, yang kami lewati hanyalah lorong yang megah. “Astaga.. ini surga atau rumah..” ucap Yuuka memujinya. Aku hanya diam, mungkin rumahnya lebih bagus, tapi yang membuatku senang saat ini adalah melihat temanku bisa semangat seperti Yuuka sudah membuatku senang.
“Lewat sini..” Ciel membukakan sebuah pintu besar.
“Olalaaa~” Yuuka takjub.
Ruangan ini sangat lengkap, mataku pun sempat terbuka lebar. Setelah melihat  banyaknya lemari buku miliknya aku langsung berlari kesana. “(Ini surga buku..)” ucapku dalam hati terharu, karena aku memang hobby baca buku jadi harap maklum tempat ini surga bagiku.
“Frost Line.. Start Sign.. Mary and The Boomster.. Gate For The Hamsters.. The Founded Ruby.. Mist,Mystery.. kyaaah..” melihat judul buku yang langsung aku kenal disana membuat mataku bergerak kesana kemari, “sungguh.. kamu punya banyak sekali buku kesukaanku!!”
“I-iya ya?” Ciel hanya menjawab menunduk, “namun aku jarang sekali membaca.. ja-jadi..”
“Kau ini..” aku memberi tatapan suramku, “untuk apa perpustakaan sebesar ini kalau kamu nggak pernah mbaca,hah?!”
Dia langsung diam, tak berani bicara. “Ha..”
“Wah,wah.. bukan cuma novel! Ada manga juga!” Yuuka juga asik browsing di ruangan itu, “kamu hebat, Ciel!”
“Sebenarnya yang suka mbaca itu nenek dan mamaku.. jadi aku milih buku sembarang buat dia..” Ciel menerangkan.
“Ho?” jawab Yuuka heran, “kamu tinggal bersama nenekmu?”
Ciel hanya mengangguk.
Aku pun bertanya padanya, “lalu kenapa kamu tidak mengenalkan kita ke dia?”
“Well.. biasanya nenek kalo jam segini susah dicari,jadi..”
Dengan singkat aku berpikir, “ternyata ada orang tua yang susah dicari juga ya?”
“Nanti saat makan malam aja aku kenalin ya!” melanjutkan perkataannya, Ciel berkata sambil tersenyum.
Yuuka terlihat berbunga-bunga, dia berkata “ahh~ senyumannya~”
“Namun tidak kusangka, anak diam di sekolah kaya dia bisa senyum juga..” pikirku.
          Saat kami sibuk mencari-cari buku ternyata kami dapat menghabiskan waktu 1 jam. Mungkin aku akan minta permohonan Ciel untuk meminjamkan beberapa novelnya itu. Namun saat beberapa saat kemudian sepertinya salah satu pelayan dari mansionnya ini datang ke ruangan kami membawa cemilan. “Aduh.. cemilan ini mengingatkanku tentang cemilanku kemarin sore..” pikirku dalam hati.
“Nah, ayo dimakan” saat orang-orang itu pergi Ciel menyuruh kami duduk di meja kopi yang terletak di ruangan besar nan mewah itu.
Kami berdua hanya mengikutinya. “Terima kasih atas makanannya..”
“Kurasa sore ini makanannya simple banget.. ini hanya orange soft cake sama fruit pafrait..” comen Ciel saat mengecek cemilannya.
“Sudahlah.. Terlalu diperhatikan..” tanggapku dan langsung mengambil satu suapan dari soft cake itu.
Yuuka yang udah dari tadi makan hanya berkomentar, “enak kok!”
Beberapa menit kami menghabiskan semuanya.
“Hey,Ciel..” aku memulai topik.
Dengan mengambil cangkir tehnya Ciel menjawab, “apa?”
“(entah kenapa, sikapnya jadi dingin seperti biasa?) kau ini kan tuan muda.. pasti punya servant kaya butler ya?”
“Omong kosong” jawab Ciel dengan muka datar.
Yuuka ikut berbicara, “butler?”
Aku hanya mengangguk.
“Aku sudah bisa melakukan semuanya sendiri tanpa orang seperti butler, butler hanya untuk orang yang lemah!” lanjut Ciel.
Mendengar perkataannya, aku hanya tersenyum. “Yare,yare.. kau ini memang keras kepala,kurasa?”
          Saat makan malam sudah tiba. Kami diantar Ciel ke ruang makannya ketika salah satu pelayannya masuk ke ruangan belajar itu memberi tahu kami kalau makanannya sudah siap. Benar, Ciel selalu bersikap dingin dengan kebanyakan orang. Memang benar juga kalau dia tidak membutuhkan pengawal layaknya seorang butler untuk melindungi dan mengawalnya ke segala tempat seperti pangeran. Lihat saja tingkahnya saat salah satu pelayan masuk ke ruangan belajar tadi.
“Tuan muda, makan malamnya telah siap..”
Ciel dengan dinginnya menjawab, “ya.”
“Mari saya antarkan tuan muda dan teman tuan muda ke—“
“Nggak perlu, sudah nanti aku kesana sendiri!”
          Astaga.. kata-kata itu masih berdengung di telingaku. Benar-benar dingin, aku pun nggak bakal tega ngomong gitu. Well, apapun yang aku pikirkan sekarang harus aku hapus. Fokus ke jalan,Cecil, fokus!. Tepat sekarang Ciel ada di depanku dan Yuuka berjalan dengan cepat dan gagahnya, “yah, namanya juga tuan muda..” pikirku. Anak sepertinya tidak butuh sebuah butler disisinya, kurasa dia sudah sangat bisa melakukan semuanya sendiri. Hmm, bodohnya aku kenapa tadi tanya hal begituan ya? ahaha.
          Saat kami masuk ke ruang makan yang dipimpin perjalanannya oleh Ciel, entah hanya pikiranku atau beneran tapi ruangannya sangat mirip dengan ruang makan di mansionku.
“Nenek.. ini teman-temanku..” ucap Ciel berjalan kearah wanita tua yang duduk dengan sopannya di meja terjauh di ruangan itu, “yang ini Cecil, yang satunya Tsurara-san.”
Nenek itu tersenyum pada kami, “selamat datang di Sharrown Mansion. Gadis-gadis manis..”
Aku dengan sopannya menjawab, “senang bisa bertemu dengan anda, nek.”
Yuuka pun menyusul dibelakangku.
“Gadis manis ini bernama.. Rima, dan pasti kalian sudah mengenal baik cucuku Ciel kan? Dia benar-benar lelaki yang lembut..” sambung nenek itu dan tersenyum.
“Nenek..” Ciel hanya berusaha menutupi wajahnya.
“Nenek..” anak yang tadi siang kita lihat itu berkata, “aku ingin memperkenalkan namaku sendiri pada mereka..”
“Yasudah.. kalau begitu mulailah..”
Anak itu dengan imutnya berkata, “namaku Michishika Rima, salam kenal!”
“Rima ya? nama yang lucu..” Yuuka menjawab.
“Salam kenal, Rima!” ucapku dan tersenyum.
          Kami pun makan. Berbagai menu tersiapkan disana. Yuuka terlihat benar-benar bersemangat.
“Cecil.. betul itu namamu,sayang?” tiba-tiba nenek itu mengucap namaku.
Aku hanya menjawab, “i-iya!”
“Bisa kau kesini sebentar..?”
“Tentu..” aku pun segera berdiri dari tempat duduk dan berjalan kearahnya.
Nenek itu memegangi pundakku, “kau..” mukanya tiba-tiba terlihat kaget. “Tidak mungkin.. kau ini.. jangan-jangan..”
“Nenek? Ada apa?” Ciel bertanya.
Aku hanya bingung dengan ucapan nenek tua itu.
Tiba-tiba ia memelukku, “sangat senang bisa bertemu denganmu.. Cecilku sayang..”
“I-iya.. tentu saja nek..” responku bingung.
“Ada apa sih nek?” Rima menyambung.
Tentu Yuuka hanya ling-lung.
Setelah menghabiskan beberapa waktu di rumahnya saat itu, aku dan Yuuka bergegas pulang. Yang penting misi kita pergi kesana sudah terlaksana. Walau sebenarnya lebih banyak main daripada buat tugas sih.
          Pokoknya setelah berpamitan pulang aku dijemput dan sampai dirumah. Hari ini benar-benar mengantukkan, tapi bersyukurlah karena buku-buku keren milik Ciel, aku masih bisa begadang sampai larut malam.

||-♫ ZAAW ♫-|| 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar