Sabtu, 07 Januari 2012

24th Desembers - Chapter 4


"Cecil, siapa tadi itu?" Ayah menaruh jasnya dan bertanya padaku.

Aku dengan muka malas menjawab, "bukan orang penting, hanya teman sekelas."

"Selamat datang, Master, nona.." para pelayan rumah kami yang menyadari kepulangan kami langsung berkumpul.

Aku hanya tersenyum dan berkata pada Ayah, "Ayah, aku mau ke kamar ya.." dan segera berlari kesana.

Hanya berpikir, katanya Ciel nanti akan menelpon rumahku. Bagaimana dia tahu namaku, dan sekaligus nama keluargaku? padahal aku belum kasih tau. Hatiku tidak tenang, sampai sekarang hanya duduk di jendela agar bisa berpikir jernih. Sebenarnya aku merasa risih karena belum mandi, ataupun mengganti bajuku. Entah kenapa, aku benar-benar galau.

"*Tok,tok*" suara ketokan pintu berbunyi. "Young Lady, kau disana?"

"Iya, masuklah.." aku yang masih melihat kearah pemandangan tidak melihat Claire yang masuk ke kamarku.

"Saya bawakan cupcake, dan milkshake sore ini, Cecil.." suara Claire terdengar menaruhnya di meja kamarku.

Aku hanya menjawab, "iya."

"Ada apa,Cecil? merasa tidak tenang?" dia bertanya.

"Nggak, cuma.." ucapku, "sudahlah Claire, aku sedang tidak ingin membicarakannya.."

Claire tersenyum, "baiklah kalau begitu, saya permisi dulu" dan berjalan keluar.

"Tunggu,Claire--"

Dia membalik, "ya?"

"Tolong jagakan telpon rumah ya, kalau ada orang telpon untukku bilang padaku!"

"Tentu, Young Lady."

Setelah berkata begitu pada Claire, perasaanku lebih nyaman. Aku tidak mau Ayah yang menerima telepon itu. Beberapa menit aku akhirnya menutup jendelaku itu dan memandangi cupcake diatas meja. Ada 4 buah disana, dan mereka semua memiliki rasa kesukaanku. Coklat, moka, vanilla, dan coklat chips (yah, itu coklat lagi). Karena benar-benar ingin segera memakannya, akhirnya aku mandi. Takut nanti tanganku kotor, jadinya aku memutuskan untuk mandi dulu, maklum aku orangnya sangat suka bersih.
"Yuuuppp, sekarang aku sudah bersih!" ucapku dengan semangat keluar dari kamar ganti. Aku tinggal memasang lensa kontak dan segera memakan cupcake.

Saat itu, tak heran aku bisa menghabiskan keempat-empatnya. "Sepertinya aku tidak mau makan malam.." ucapku tak habis pikir. "*tok tok* Young Lady, ada telpon untukmu!" Claire memanggilku dari pintu. Aku yang kaget langsung keluar dari kamar untuk menerima telpon.
"Halo?" sapaku.

"Oh Cecil dear, apa ayahmu dirumah?" jawab orang yang ada di telpon.

Aku melongo, "Granny?"

"Iya sayang, bagaimana kabarmu disana sayang? apakah Jepang tempat yang menyenangkan?"

"I-iya nek, menyenangkan.. sebentar aku panggilkan Ayah ya nek" aku segera menaruh telpon itu dan berjalan cepat ke kamar Ayah.

Mengabarinya kalau ia mendapat telpon dari Nenek, dia pun segera keluar dari ruangannya. Aku yang sebal dan merasa tertipu menghampiri Claire,
"Nenek tidak mencariku, mengapa kau memberi telponnya kepadaku?" ucapku.

"Maaf,Cecil. Sebenarnya tadi nenekmu ingin bicara padamu dulu.. jadi aku berikan padamu.." jawab Claire dan tersenyum.

"Honestly.."

"Oh..iya, jaga dirimu, bu." Ayah mengucapkan ucapan terakhirnya dan menutup telpon,berniat segera kembali ke ruangannya.

Namun tiba-tiba telpon berbunyi lagi, karena Ayah berada paling dekat dia pun menganggatnya.
"Iya? ..oh, Cecil. Dari siapa ini?... hem, baik."
"Cecil, ada telpon untukmu." dia memberikannya padaku.

Aku kaget, "oh tidak ini pasti dia!" dan menerima telpon itu.
"Ya?"

"Cecil?"

"Ya?"

".. itu Ayahmu?"

"Ya."

"... kamu.."

"Ya?"

"Kenapa ngomong iya terus?"

"Halo? sebelum berbicara beritahu siapa kamu dulu dong!" ketusku.

"O-owh, maaf lupa. Ini aku Ciel."

"(duh benar kan) ouh."

"Jadi, tentang lembaran yang diberikan Tanaka Sensei.."

"(wah, ternyata namanya Tanaka ya, guru itu?) ya, kenapa?"

"Kapan kita bisa mendiskusikannya?"

"H-hah? niat banget sih?"

“Memangnya kenapa? Kan seharusnya bangga kita yang ditunjuk?”

"Aw, sudahlah. Itukan bisa kapan-kapan.”



“Hmm, kalau kamu tidak punya rencana besok, bagaimana jika datang ke rumahku?” tanya Ciel tiba-tiba.

“(Aku tidak punya rencana sih, sebenarnya) hmm, mungkin guru private-ku akan datang besok.. jadi,”

“Aduh, kapan ya? *omongannya terlihat gemetar*”

“(Yah, aku kasihan sama anak ini..) ya sudah deh, bisa aku batalkan kok, (ini terpaksa).”

“Oh ya? *suaranya kembali segar*, baguslah, besok pulang sekolah kesana ya.”


"Oh. Baiklah."

||-♫ ZAAW ♫-|| 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar