#
Malam harinya #
“Wah..
ramai sekali disini..” ucapku mengagumi situasi dimalam hari ini, “dimana Yuuka
ya?”
“Cecil!
Sini!” tiba-tiba Ciel memanggilku.
Langsung
saja aku mengikutinya. Rupanya pembukaan acara akan dimulai.
“Terima
kasih pada kalian semua yang sudah bisa hadir, aku sangat senang malam hari
ini” Rima memimpin bicara di depan karena ini pestanya, “khususnya teman-teman
dekatku dan.. Ciel tentunya!”
“Selamat
ulang tahun,ya, Rima” dan Ciel mengikuti pembukaannya.
Pipi
Rima memerah, “ma-makasih Ciel..”
“Malam
hari ini aku juga sangat senang bisa melihat wajah Rima yang lebih ceria dari
sebelumnya, supaya kedepannya dia mendapat kemajuan dari tahun sebelumnya.”
Lanjut Ciel.
“Makasih..”
wajahnya tambah memerah, “be-berikutnya.. nenek juga akan berbicara.. nek?”
“Iya
tentu saja” nenek Ciel muncul dari gerombolan orang-orang, “selamat ulang tahun
yang ke 14 ya, Rima-chan..”
“Iya
nek! Terima kasih!” Rima terlihat senang dan gembira.
“Semoga
menjadi anak yang lebih dari sebelumnya. Dan juga tambah sayang sama Ciel,ya?”
nenek melanjutkan.
“I-iya..”
“Sayang?”
komenku, bingung aku.
“Sekarang,
silahkan semuanya bersorak untuk Rima ya!” Ciel berteriak keras, “bersorak 3
kali untuknya! Siap..”
“Omodeto!,Rima!”
“Omedeto!,Rima!”
“Omedeto!,Rima!”
semuanya bersorak gembira dan menepuk tangan mereka.
“Terima
kasih semuanya..” jawab Rima tersenyum manis.
Tiba-tiba
musik mulai kembali. “Nanti Rima dan Ciel akan berdansa bersama, ya?” nenek pun
menawarkan sesuatu pada mereka.
“He?”
Ciel hanya shock.
Aku
hanya meninggalkan tempat itu dan mengambil minum di luar. “Haah.. sejuknya
udara disini!” ucapku menikmati, “apalagi kalau aku bisa baca buku disini..
sempurna!”
“Loh?
Cecil kamu disini?” tiba-tiba seseorang berdiri di belakangku.
“Yuuka?”
aku melihat kearahnya, “baguslah! Kamu kesini!”
“Kagen
aku ya, Cecil?” ucap Yuuka tertawa geli.
Diriku
hanya bisa menjawab, “bu-bukan begitu! Aku nggak ada temennya disini..”
“Hmm
begitu yah?” Yuuka tersenyum.
“Yuuka?
Sudah datang ya?” suara Ciel pun terdengar.
“Oh!
Ciel.. selamat sore..” jawab Yuuka, kenapa nggak aneh seperti biasanya?.
“Sore.
Itu sana ketemu dulu sama Rima..” jawab Ciel.
“Nanti
aku baru mau ngajak Cecil untuk pergi menemui Rima..” Yuuka menjelaskan.
“O-oh..”
Ciel bergerak kebelakang, “kalau begitu.. yaudah” dan pergi.
“Datang
dan pergi seperti angin..” ucapku dan menghela nafas.
“Yup.
Itulah Ciel dari kelas kita..” lanjut Yuuka.
Kami
tiba-tiba tertawa bersama, “hahaha”.
“Ha?
Apa yang kita tertawakan? Ha.. haa” ucapku masih ingin tertawa.
“Tau
lah.. aku nggak bisa berhenti bodoh! Ahaha!!” Yuuka malah tertawa lebih
kencang.
Selesai kita tertawa bersama selama
beberapa menit, aku mengantarkannya ke Rima. Disana dia sedang bersama
Ayaka-san jadi diperkenalin juga. Eh dijalan ketemu si angin lewat “Ciel” lagi
deh. Beberapa saat kemudian..
“Ri-rima..”
Ciel menarik tangan Rima dari Ayaka.
“Huooo”
tangan Rima tertarik, “ada apa?” dan dia bertanya.
“Nenek
dan Cecil melihati kita dengan tampang yang aneh..” tutur Ciel.
“Kenapa
ya?” jawab Rima penasaran.
Jadi
begini ceritanya. Neneknya Ciel itu bilang padaku, “Cecil-chan, ayo buat Ciel
dan Rima dansa bersama!” ucapnya dengan semangat.
Aku
pun menjawab, “baik nek! Tapi gimana caranya?”
“Caranya..
yaitu kita buat tampang marah ke mereka. Ciel selalu takut dengan wajahku saat
aku marah.. jadi, tirukan ya! (dia membuat wajah marahnya)”
“Begini?(aku
berusaha menirukannya)”
“Aduh
sayang.. kurang mirip!” nenek membetulkan apa yang salah.
Pertamanya
kami latihan beberapa saat dan akhirnya kami bisa menampilkan wajah kami pada
anak itu. Benar, Ciel terlihat sangat takut melihat kami berdua. Didalam
hatiku, sungguh aku ingin tertawa melihat wajah Ciel yang imut+ketakutan itu.
“Jadi
kenapa memangnya? Kita tanya mereka ya..” Rima menjawab dan lari kearah kami
berdua.
Ciel
berusaha mencegahnya, “e-eh! Jangan Rima! Rima!!”
Tapi..
Dia
tidak bisa mencegahnya.
“Nenek?
Ada apa?” tanya Rima pada nenek.
“Ajak
Ciel dansa, nenek nggak mau ngomong!” jawabku pura-pura marah.
“O-oh..”
pipi Rima memerah lagi, “ba-baiklah..” dan dia lari kearah Ciel lagi.
“A-ada
apa?” Ciel terlihat ketakutan, “nenek marah padaku kah?”
Rima
langsung memegang tangan Ciel, “ayo dansa!”
“He-heh?!”
Tiba-tiba lampu di ruangan itu mati. Namun ada 3 lampu neon yang
diarahkan khusus kearah mereka. Biru,putih,dan kuning semuanya menerangi
mereka. Musik klasik pun didengarkan dan semua mata menuju kearah mereka. Aku
melihatnya, “manisnya..” gerakan mereka yang benar-benar lemah gemulai.
#
Seusai pesta #
“Tadi
keren sekali loh, Rima!” puji Yuuka padanya.
Aku,
Rima, Ciel, Yuuka, dan Ayaka-san berjalan kearah ruangan permainan seusai
pesta.
“I-iya
ya? m-makasih..” jawab Rima dan tersenyum.
“Omong-omong..”
Ciel berhenti berjalan.
“Kenapa?”
tanyaku padanya.
“Aku
mau pergi dulu!” ucapnya dan pergi meninggalkan kita.
“Barang
kali karena dia laki-laki sendiri disini,ya? ahaha” Yuuka menebak.
“Benar!
Ahaha” aku dan Rima menjawab.
“Eh..”
Rima memalingkan wajahnya ke sahabatnya, “kamu kenapa Maru-chan?”
“Nggak
papa” jawab Ayaka-san datar. “Aku ke kamar mandi dulu ya..”
“Loh?”
Rima jadi bingung sendiri.
“Eh,
jadi ingat aku” sambung Yuuka, “tadi kau bilang Maru suka sama Ciel yah?”
“Iya”
aku yang menjawab.
“Barang
kali dia cemburu kamu dansa sama Ciel tadi.. ckck” tutur Yuuka menebak.
“Ha-ha?”
wajah Rima shock, “be-benar juga ya..”
“Hmm
Ayaka mudah sekali cemburu ya..” ucapku ikut berkomentar.
Tiba-tiba aku menerima sebuah sms, dan
aku membukanya. “Cecil, ke taman sebentar. Aku tunggu” ternyata Ciel yang
mengirimnya padaku. Pikirku, “ada apa?” kenapa dia ngirim ke aku ya. Dan Rima
langsung bertanya padaku, “Cecil-nyan? Ada apa?”.
Aku
menjawab, “a-ano.. sebentar ya kalian kesana dulu nanti aku nyusul!” dan
langsung berlari kearah taman sambil membuka peta mansion.
“O-ok!”
mereka berdua menjawab, “sampai ketemu, Cecil!”
Beberapa
saat kemudian aku sampai di taman yang disebutkan Ciel di sms. Untung saja aku
tidak tersesat. Aku langsung mencarinya, namun belum saja ketemu.
“Aduh..
dimana Ciel sih? Menyebalkan!” ucapku sebal.
“Cecil..”
tiba-tiba aku mendengar seseorang dari belakangku memanggil namaku.
Aku
langsung berbalik kearahnya.
Dia
berkata kembali, “sudah lama ya, sejak kita bertemu..” dan bersenyum dengan
manis.
“K-kau?”
aku menebak, sepertinya aku tahu senyuman itu.
“Masih
ingat denganku?” tanyanya dan tetap menampilkan senyuman manisnya.
“K-kurasa
masih..” jawabku namun masih ragu-ragu.
Ibu
itu hanya tersenyum. “Kenapa Cecil?”
Aku
berpikir sejenak, jika ia orang yang aku temui dulu itu, kenapa dia ada di
kawasan mansionnya Ciel? Atau dia kenal sama Ciel juga atau..
Aku
tersenyum balik padanya dan menggelengkan kepalaku. “Nggak kenapa-kenapa..”
Orang
itu mendekatiku dan memegangi pundakku, “baguslah..”
“Oh
iya” terlintas di benakku, “nama anda siapa ya?” tanyaku padanya.
“Kau
ingin tahu?” jawab ibu itu, “namaku Raven.”
“Raven?”
ucapku mengulanginya, “anda burung gagak?”
“Bu-bukan..
sebenarnya aku juga kurang tahu orang tuaku memberiku nama itu..”
“I-itu..
nama yang sangat keren loh!” aku mulai bersemangat, “di novel nama Raven itu
banyak dipakai untuk orang yang tipenya keren atau cantik sepertimu! Keren!”
Ibu
itu tersenyum, “dan begitu juga namamu, terdengar seperti sebuah berlian yang
bersinal dikalai gelap,kau tahu? Orang tuamu pasti sangat pintar memilih
nama..”
“Sebenarnya..
jika Mamaku yang menyusulkan nama untukku aku akan membenci namaku.”
“Jangan
bilang orang yang kau ceritakan dulu itu ya?” tanyanya.
Aku
mengangguk, “Mama Sasha yang memarahiku.. namun sekarang dia sudah tak ada.”
“Hah?
Meninggal maksudmu?” orang itu terlihat terkejut.
“Yup!
Oleh karena itu, entah kenapa, sekarang aku merasa lebih bebas dan senang..”
“Jangan
begitu..” dia menasehatiku, “gimanapun orangnya dia tetap Ibumu..”
“Ahh..”
aku hanya menghembuskan nafasku, malas diceramahi.
Tiba-tiba
hand phoneku berbunyi. Ciel menelpon. Aku pun berkata,
“E-eh?
Sebentar ya.. ada telepon!” dan aku pun langsung berjalan menjauh dari orang
itu.
“Apa?
Kamu dimana?” ucapku di telepon.
“Ya
itu kamu juga dimana?” tanya Ciel balik, “sudah kutunggu dari tadi loh!”
“Aduh..
ya kamu dimananya taman?” jawabku.
Ciel
menghembuskan nafasnya, “jangan-jangan kau tersesat? Dimana kamu sekarang?”
“A..
didekatnya kolam renang?” ucapku dan melihat sekeliling.
“Yaudah,
tunggu disitu aku kesana” jawab Ciel dan menutup teleponnya.
Aku
langsung pergi mengecek ibu tadi, namun dia sudah tak ada disana.“Di-dimana
dia?” tanyaku pada diriku sendiri. Ini pertemuanku yang kedua, dan kemajuan lah
aku sudah mengenal namanya, Raven. Manisnya.
“Cecil!!”
suara Ciel terdengar keras dari belakang, dia berlari kearahku.
“Oh..”
ucapku datar, “disitu juga ya,kamu Ciel..”
“Kau
ini, percumah aku beri peta!” ucapnya mengomel.
“Loh?
Bukannya kamu yang aneh di smsnya ngomongnya cuma di taman!” jawabku nggak
terima sama omelannya Ciel.
“Ah..”
sepertinya dia mengaku salah, “nah yuk kesana”
“Kemana?”
tanyaku.
“Ke
tamannya lah,bodoh!” ucapnya dan melihat wajahku dengan dingin.
“Hmmm"
aku menengok kanan kiri dulu, “Ciel?”
“Apa?”
Aku
mendorong Ciel. Kebetulan dibelakangnya ada kolam renang. Ehh.. rencanaku
menyeburkannya kesana akhirnya berhasil juga.
Dia
berteriak minta tolong, “huuuu *blup blup* Cecil! Tolong!”
Aku
berjongkok di dekatnya, “tolong apa?”
“Angkat
aku dari sini!!” ucapnya shock.
Pertamanya
aku hanya tertawa, namun lama-lama kasihan dan menolongnya.
Aku mencarikannya handuk, sudah
kutawari untuk mengganti bajunya tapi dia bilang tak apa dan kita tetap pergi
ke taman dimana dia ingin mengajakku. Anak itu menutupi badannya menggunakan
handuk, dan terlihat sangat kedinginan. Beberapa saat kemudian kami sampai
disebuah gazebo kecil.
“Bbrrr”
Ciel dan bisa berbicara banyak, ia kedinginan.
Setelah
kita bisa duduk dengan nyaman aku berkata, “maaf ya..” dan tersenyum.
Dia
tak menjawab dan malah menatapku dingin.
“Sejak
dulu.. aku jarang punya teman dan selalu diejek. Kebanyakan dari mereka yang
membenciku sering menceburkanku ke kolam..” ucapku curhat.
“Benarkah?”
tuturnya, sudah mulai bicara. “Kita sangat berbeda..”
“Lha
memangnya kamu gimana?” tanyaku padanya, penasaran.
“Dulu
ya, orang yang diceburkan oleh orang yang paling terkenal di sekolah akan
tertular kecakepan atau kelebihan orang terkenal itu..” Ciel menerangkan, “dan
karena aku termasuk orang terkenal disana orang-orang kebanyakan menyuruhku
untuk menceburkannya di kolam, jadi yaudah aku berpengalaman mencerburkan lebih
dari 30an orang..”
“Aduh..”
aku menghela nafasnya.
“Jadi,
tadi ini balas dendam ke temanmu ya?” tanya Ciel balik.
“Bukan
balas dendam sih, aku nggak peduli mereka seperti itu. Aku hanya ingin tahu
rasanya menceburkan orang lain itu seperti apa..”
“Hah..
untung aja tadi aku nggak terlalu kaget tadi” ucapnya, “asal kau tahu, air itu
kelemahanku.”
“Wah?”
aku heran, “ada orang yang memberitahu kelemahannya?”
“Mending
aku memberitahu seseorang mengenai kelemahanku sebelum terlambat. Kalau aku
kaget gara-gara air jantungku bisa langsung berhenti” ucapnya datar.
“Ho?”
aku kaget (==”) “ada phobia separah itu?!”
“Ada.
Buktinya contohnya orang yang ada disebelahmu, kan?”
“Ahaha”
ucapku geli namun dalam hati takut juga (kalau dia kaget tadi, dan mati bisa
aku yang disalahkan. Huft) “kalau begitu sebagai imbalan kuberitahu phobiaku
juga..”
“Dan..
apa itu?” ucapnya penasaran.
“Kegelapan”
jawabku singkat.
“Sudah
pasaran, banyak yang takut kegelapan..” Ciel melihat kearah lain.
“Hey!
Biarkan dong!” ucapku marah.
“Hemp,”
dia hanya diam saja.
Malam itu aku tetap di tempat itu
sampai baju Ciel kering. Katanya, “kalau ada yang tahu bajuku basah.. aku bisa
dimarahin!” makanya aku menemaninya sampai benar-benar kering. Setelah kering
Ciel mengantarku sampai ke kamar, dia takut aku tersasar lagi. Dan aku juga
malas mendengarnya mengomel padaku. Dan berakhirlah hari itu. Aku terlelap
tidur pada pukul 11 malam.
♪ GowGow_Bloogie@Cecil+Claire
♪
“Ohaa! Cecil
datang yang ketiga kalinya!”
“Dan saya
Claire Mirceft menemaninya..”
Cecil : nee,Claire.. kenapa mataku berbeda warna?
Jawab!
Claire : kenapa ya? mungkin kamu keturunan kucing?
Cecil : bukan!
Claire :
mungkin saat bayi terkena cairan kimia?
Cecil : bukan!
Claire : terus apa? Beritahu saja jawabannya, Young
lady..
Cecil : tidak bisa!
Claire : ayolah.. memangnya kenapa tidak bisa?
Cecil : ya.. karena diriku sendiri pun tak tahu!
Claire : *sigh* huh.. kau ini
Cecil : namun aku hanya berpikir alasannya itu
karena -- ---
Claire : eh waktunya habis!
Cecil : argh!!
||-♫ ZAAW ♫-||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar