Sabtu, 07 Januari 2012

24th Desembers - Chapter 11


# Malam harinya #
“Wah.. ramai sekali disini..” ucapku mengagumi situasi dimalam hari ini, “dimana Yuuka ya?”
“Cecil! Sini!” tiba-tiba Ciel memanggilku.
Langsung saja aku mengikutinya. Rupanya pembukaan acara akan dimulai.
“Terima kasih pada kalian semua yang sudah bisa hadir, aku sangat senang malam hari ini” Rima memimpin bicara di depan karena ini pestanya, “khususnya teman-teman dekatku dan.. Ciel tentunya!”
“Selamat ulang tahun,ya, Rima” dan Ciel mengikuti pembukaannya.
Pipi Rima memerah, “ma-makasih Ciel..”
“Malam hari ini aku juga sangat senang bisa melihat wajah Rima yang lebih ceria dari sebelumnya, supaya kedepannya dia mendapat kemajuan dari tahun sebelumnya.” Lanjut Ciel.
“Makasih..” wajahnya tambah memerah, “be-berikutnya.. nenek juga akan berbicara.. nek?”
“Iya tentu saja” nenek Ciel muncul dari gerombolan orang-orang, “selamat ulang tahun yang ke 14 ya, Rima-chan..”
“Iya nek! Terima kasih!” Rima terlihat senang dan gembira.
“Semoga menjadi anak yang lebih dari sebelumnya. Dan juga tambah sayang sama Ciel,ya?” nenek melanjutkan.
“I-iya..”
“Sayang?” komenku, bingung aku.
“Sekarang, silahkan semuanya bersorak untuk Rima ya!” Ciel berteriak keras, “bersorak 3 kali untuknya! Siap..”
“Omodeto!,Rima!”
“Omedeto!,Rima!”
“Omedeto!,Rima!” semuanya bersorak gembira dan menepuk tangan mereka.
“Terima kasih semuanya..” jawab Rima tersenyum manis.
Tiba-tiba musik mulai kembali. “Nanti Rima dan Ciel akan berdansa bersama, ya?” nenek pun menawarkan sesuatu pada mereka.
“He?” Ciel hanya shock.
Aku hanya meninggalkan tempat itu dan mengambil minum di luar. “Haah.. sejuknya udara disini!” ucapku menikmati, “apalagi kalau aku bisa baca buku disini.. sempurna!”
“Loh? Cecil kamu disini?” tiba-tiba seseorang berdiri di belakangku.
“Yuuka?” aku melihat kearahnya, “baguslah! Kamu kesini!”
“Kagen aku ya, Cecil?” ucap Yuuka tertawa geli.
Diriku hanya bisa menjawab, “bu-bukan begitu! Aku nggak ada temennya disini..”
“Hmm begitu yah?” Yuuka tersenyum.
“Yuuka? Sudah datang ya?” suara Ciel pun terdengar.
“Oh! Ciel.. selamat sore..” jawab Yuuka, kenapa nggak aneh seperti biasanya?.
“Sore. Itu sana ketemu dulu sama Rima..” jawab Ciel.
“Nanti aku baru mau ngajak Cecil untuk pergi menemui Rima..” Yuuka menjelaskan.
“O-oh..” Ciel bergerak kebelakang, “kalau begitu.. yaudah” dan pergi.
“Datang dan pergi seperti angin..” ucapku dan menghela nafas.
“Yup. Itulah Ciel dari kelas kita..” lanjut Yuuka.
Kami tiba-tiba tertawa bersama, “hahaha”.
“Ha? Apa yang kita tertawakan? Ha.. haa” ucapku masih ingin tertawa.
“Tau lah.. aku nggak bisa berhenti bodoh! Ahaha!!” Yuuka malah tertawa lebih kencang.
          Selesai kita tertawa bersama selama beberapa menit, aku mengantarkannya ke Rima. Disana dia sedang bersama Ayaka-san jadi diperkenalin juga. Eh dijalan ketemu si angin lewat “Ciel” lagi deh. Beberapa saat kemudian..
“Ri-rima..” Ciel menarik tangan Rima dari Ayaka.
“Huooo” tangan Rima tertarik, “ada apa?” dan dia bertanya.
“Nenek dan Cecil melihati kita dengan tampang yang aneh..” tutur Ciel.
“Kenapa ya?” jawab Rima penasaran.
Jadi begini ceritanya. Neneknya Ciel itu bilang padaku, “Cecil-chan, ayo buat Ciel dan Rima dansa bersama!” ucapnya dengan semangat.
Aku pun menjawab, “baik nek! Tapi gimana caranya?”
“Caranya.. yaitu kita buat tampang marah ke mereka. Ciel selalu takut dengan wajahku saat aku marah.. jadi, tirukan ya! (dia membuat wajah marahnya)”
“Begini?(aku berusaha menirukannya)”
“Aduh sayang.. kurang mirip!” nenek membetulkan apa yang salah.
Pertamanya kami latihan beberapa saat dan akhirnya kami bisa menampilkan wajah kami pada anak itu. Benar, Ciel terlihat sangat takut melihat kami berdua. Didalam hatiku, sungguh aku ingin tertawa melihat wajah Ciel yang imut+ketakutan itu.
“Jadi kenapa memangnya? Kita tanya mereka ya..” Rima menjawab dan lari kearah kami berdua.
Ciel berusaha mencegahnya, “e-eh! Jangan Rima! Rima!!”
Tapi..
Dia tidak bisa mencegahnya.
“Nenek? Ada apa?” tanya Rima pada nenek.
“Ajak Ciel dansa, nenek nggak mau ngomong!” jawabku pura-pura marah.
“O-oh..” pipi Rima memerah lagi, “ba-baiklah..” dan dia lari kearah Ciel lagi.
“A-ada apa?” Ciel terlihat ketakutan, “nenek marah padaku kah?”
Rima langsung memegang tangan Ciel, “ayo dansa!”
“He-heh?!”
Tiba-tiba lampu di ruangan itu mati. Namun ada 3 lampu neon yang diarahkan khusus kearah mereka. Biru,putih,dan kuning semuanya menerangi mereka. Musik klasik pun didengarkan dan semua mata menuju kearah mereka. Aku melihatnya, “manisnya..” gerakan mereka yang benar-benar lemah gemulai.
# Seusai pesta #
“Tadi keren sekali loh, Rima!” puji Yuuka padanya.
Aku, Rima, Ciel, Yuuka, dan Ayaka-san berjalan kearah ruangan permainan seusai pesta.
“I-iya ya? m-makasih..” jawab Rima dan tersenyum.
“Omong-omong..” Ciel berhenti berjalan.
“Kenapa?” tanyaku padanya.
“Aku mau pergi dulu!” ucapnya dan pergi meninggalkan kita.
“Barang kali karena dia laki-laki sendiri disini,ya? ahaha” Yuuka menebak.
“Benar! Ahaha” aku dan Rima menjawab.
“Eh..” Rima memalingkan wajahnya ke sahabatnya, “kamu kenapa Maru-chan?”
“Nggak papa” jawab Ayaka-san datar. “Aku ke kamar mandi dulu ya..”
“Loh?” Rima jadi bingung sendiri.
“Eh, jadi ingat aku” sambung Yuuka, “tadi kau bilang Maru suka sama Ciel yah?”
“Iya” aku yang menjawab.
“Barang kali dia cemburu kamu dansa sama Ciel tadi.. ckck” tutur Yuuka menebak.
“Ha-ha?” wajah Rima shock, “be-benar juga ya..”
“Hmm Ayaka mudah sekali cemburu ya..” ucapku ikut berkomentar.
          Tiba-tiba aku menerima sebuah sms, dan aku membukanya. “Cecil, ke taman sebentar. Aku tunggu” ternyata Ciel yang mengirimnya padaku. Pikirku, “ada apa?” kenapa dia ngirim ke aku ya. Dan Rima langsung bertanya padaku, “Cecil-nyan? Ada apa?”.
Aku menjawab, “a-ano.. sebentar ya kalian kesana dulu nanti aku nyusul!” dan langsung berlari kearah taman sambil membuka peta mansion.
“O-ok!” mereka berdua menjawab, “sampai ketemu, Cecil!”
Beberapa saat kemudian aku sampai di taman yang disebutkan Ciel di sms. Untung saja aku tidak tersesat. Aku langsung mencarinya, namun belum saja ketemu.
“Aduh.. dimana Ciel sih? Menyebalkan!” ucapku sebal.
“Cecil..” tiba-tiba aku mendengar seseorang dari belakangku memanggil namaku.
Aku langsung berbalik kearahnya.
Dia berkata kembali, “sudah lama ya, sejak kita bertemu..” dan bersenyum dengan manis.
“K-kau?” aku menebak, sepertinya aku tahu senyuman itu.
“Masih ingat denganku?” tanyanya dan tetap menampilkan senyuman manisnya.
“K-kurasa masih..” jawabku namun masih ragu-ragu.
Ibu itu hanya tersenyum. “Kenapa Cecil?”
Aku berpikir sejenak, jika ia orang yang aku temui dulu itu, kenapa dia ada di kawasan mansionnya Ciel? Atau dia kenal sama Ciel juga atau..
Aku tersenyum balik padanya dan menggelengkan kepalaku. “Nggak kenapa-kenapa..”
Orang itu mendekatiku dan memegangi pundakku, “baguslah..”
“Oh iya” terlintas di benakku, “nama anda siapa ya?” tanyaku padanya.
“Kau ingin tahu?” jawab ibu itu, “namaku Raven.”
“Raven?” ucapku mengulanginya, “anda burung gagak?”
“Bu-bukan.. sebenarnya aku juga kurang tahu orang tuaku memberiku nama itu..”
“I-itu.. nama yang sangat keren loh!” aku mulai bersemangat, “di novel nama Raven itu banyak dipakai untuk orang yang tipenya keren atau cantik sepertimu! Keren!”
Ibu itu tersenyum, “dan begitu juga namamu, terdengar seperti sebuah berlian yang bersinal dikalai gelap,kau tahu? Orang tuamu pasti sangat pintar memilih nama..”
“Sebenarnya.. jika Mamaku yang menyusulkan nama untukku aku akan membenci namaku.”
“Jangan bilang orang yang kau ceritakan dulu itu ya?” tanyanya.
Aku mengangguk, “Mama Sasha yang memarahiku.. namun sekarang dia sudah tak ada.”
“Hah? Meninggal maksudmu?” orang itu terlihat terkejut.
“Yup! Oleh karena itu, entah kenapa, sekarang aku merasa lebih bebas dan senang..”
“Jangan begitu..” dia menasehatiku, “gimanapun orangnya dia tetap Ibumu..”
“Ahh..” aku hanya menghembuskan nafasku, malas diceramahi.
Tiba-tiba hand phoneku berbunyi. Ciel menelpon. Aku pun berkata,
“E-eh? Sebentar ya.. ada telepon!” dan aku pun langsung berjalan menjauh dari orang itu.
“Apa? Kamu dimana?” ucapku di telepon.
“Ya itu kamu juga dimana?” tanya Ciel balik, “sudah kutunggu dari tadi loh!”
“Aduh.. ya kamu dimananya taman?” jawabku.
Ciel menghembuskan nafasnya, “jangan-jangan kau tersesat? Dimana kamu sekarang?”
“A.. didekatnya kolam renang?” ucapku dan melihat sekeliling.
“Yaudah, tunggu disitu aku kesana” jawab Ciel dan menutup teleponnya.
Aku langsung pergi mengecek ibu tadi, namun dia sudah tak ada disana.“Di-dimana dia?” tanyaku pada diriku sendiri. Ini pertemuanku yang kedua, dan kemajuan lah aku sudah mengenal namanya, Raven. Manisnya.
“Cecil!!” suara Ciel terdengar keras dari belakang, dia berlari kearahku.
“Oh..” ucapku datar, “disitu juga ya,kamu Ciel..”
“Kau ini, percumah aku beri peta!” ucapnya mengomel.
“Loh? Bukannya kamu yang aneh di smsnya ngomongnya cuma di taman!” jawabku nggak terima sama omelannya Ciel.
“Ah..” sepertinya dia mengaku salah, “nah yuk kesana”
“Kemana?” tanyaku.
“Ke tamannya lah,bodoh!” ucapnya dan melihat wajahku dengan dingin.
“Hmmm" aku menengok kanan kiri dulu, “Ciel?”
“Apa?”
Aku mendorong Ciel. Kebetulan dibelakangnya ada kolam renang. Ehh.. rencanaku menyeburkannya kesana akhirnya berhasil juga.
Dia berteriak minta tolong, “huuuu *blup blup* Cecil! Tolong!”
Aku berjongkok di dekatnya, “tolong apa?”
“Angkat aku dari sini!!” ucapnya shock.
Pertamanya aku hanya tertawa, namun lama-lama kasihan dan menolongnya.
          Aku mencarikannya handuk, sudah kutawari untuk mengganti bajunya tapi dia bilang tak apa dan kita tetap pergi ke taman dimana dia ingin mengajakku. Anak itu menutupi badannya menggunakan handuk, dan terlihat sangat kedinginan. Beberapa saat kemudian kami sampai disebuah gazebo kecil.
“Bbrrr” Ciel dan bisa berbicara banyak, ia kedinginan.
Setelah kita bisa duduk dengan nyaman aku berkata, “maaf ya..” dan tersenyum.
Dia tak menjawab dan malah menatapku dingin.
“Sejak dulu.. aku jarang punya teman dan selalu diejek. Kebanyakan dari mereka yang membenciku sering menceburkanku ke kolam..” ucapku curhat.
“Benarkah?” tuturnya, sudah mulai bicara. “Kita sangat berbeda..”
“Lha memangnya kamu gimana?” tanyaku padanya, penasaran.
“Dulu ya, orang yang diceburkan oleh orang yang paling terkenal di sekolah akan tertular kecakepan atau kelebihan orang terkenal itu..” Ciel menerangkan, “dan karena aku termasuk orang terkenal disana orang-orang kebanyakan menyuruhku untuk menceburkannya di kolam, jadi yaudah aku berpengalaman mencerburkan lebih dari 30an orang..”
“Aduh..” aku menghela nafasnya.
“Jadi, tadi ini balas dendam ke temanmu ya?” tanya Ciel balik.
“Bukan balas dendam sih, aku nggak peduli mereka seperti itu. Aku hanya ingin tahu rasanya menceburkan orang lain itu seperti apa..”
“Hah.. untung aja tadi aku nggak terlalu kaget tadi” ucapnya, “asal kau tahu, air itu kelemahanku.”
“Wah?” aku heran, “ada orang yang memberitahu kelemahannya?”
“Mending aku memberitahu seseorang mengenai kelemahanku sebelum terlambat. Kalau aku kaget gara-gara air jantungku bisa langsung berhenti” ucapnya datar.
“Ho?” aku kaget (==”) “ada phobia separah itu?!”
“Ada. Buktinya contohnya orang yang ada disebelahmu, kan?”
“Ahaha” ucapku geli namun dalam hati takut juga (kalau dia kaget tadi, dan mati bisa aku yang disalahkan. Huft) “kalau begitu sebagai imbalan kuberitahu phobiaku juga..”
“Dan.. apa itu?” ucapnya penasaran.
“Kegelapan” jawabku singkat.
“Sudah pasaran, banyak yang takut kegelapan..” Ciel melihat kearah lain.
“Hey! Biarkan dong!” ucapku marah.
“Hemp,” dia hanya diam saja.
          Malam itu aku tetap di tempat itu sampai baju Ciel kering. Katanya, “kalau ada yang tahu bajuku basah.. aku bisa dimarahin!” makanya aku menemaninya sampai benar-benar kering. Setelah kering Ciel mengantarku sampai ke kamar, dia takut aku tersasar lagi. Dan aku juga malas mendengarnya mengomel padaku. Dan berakhirlah hari itu. Aku terlelap tidur pada pukul 11 malam.
GowGow_Bloogie@Cecil+Claire
“Ohaa! Cecil datang yang ketiga kalinya!”
“Dan saya Claire Mirceft menemaninya..”
Cecil   : nee,Claire.. kenapa mataku berbeda warna? Jawab!
Claire : kenapa ya? mungkin kamu keturunan kucing?
Cecil   : bukan!
Claire : mungkin saat bayi terkena cairan kimia?
Cecil   : bukan!
Claire : terus apa? Beritahu saja jawabannya, Young lady..
Cecil   : tidak bisa!
Claire : ayolah.. memangnya kenapa tidak bisa?
Cecil   : ya.. karena diriku sendiri pun tak tahu!
Claire : *sigh* huh.. kau ini
Cecil   : namun aku hanya berpikir alasannya itu karena -- ---
Claire : eh waktunya habis!
Cecil   : argh!!

||-♫ ZAAW ♫-|| 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar