Sabtu, 07 Januari 2012

24th Desembers - Chapter 14


“Jaket?”
“Siap!”
“Sepatu tali?”
“Siap!”
“Kaus kaki pendek?”
“Siap!”
“Tas?”
“Siap!”
“Senter?”
“Siap!” jawab Claire, “he? Mau bawa senter juga?” lanjutnya.
Aku menjawab, “huh, jika memang mau ke tempat gelap setidaknya bawa senter!”
“Young lady terkadang kau ini berlebihan!” nasehatnya.
“Sudah lah, saya berusaha melindungi diri..” ucapku dan keluar dari kamarku.
          Setelah beres-beres itu selesai aku segera berangkat ke festival hantu itu. Kebetulan mulainya dari sore sampai malam jadi aku membawa senter. Aku berharap aku tidak usah menunggu, namun ditunggu. Eh, ternyata benar sudah ada seseorang menunggu. Dia adalah anak laki-laki yang manis dengan jaket ungunya yang membuatnya menggemaskan. Benar, Ciel sudah menungguku di depan pintu masuk area festival sambil bermain dengan hand phone android-nya. Terkadang anak itu memang terlihat imut namun juga menjengkelkan.
“Ciel!” aku memanggilnya.
Mendengar suaraku dia memasukkan hand phonenya, “oh,Cecil..”
“Maaf, sudah menunggu lama?” tanyaku padanya.
“Belum. Baru 20 menit” jawabnya dengan tampang marah.
“A...” aku menampilkan wajah memohon, “maaf ya..”
“Sudahlah tak apa!” Ciel melihat ke arah festival, “ayo masuk!” ucapnya dan berjalan duluan kedalam.
          Disana banyak sekali toko. Seperti toko makanan, mainan, kostum, game, dan lainnya. Kami mendapat peta festival juga. Disana dibagi 4 wilayah. Wilayah lingkungan rumah, hutan, pengunungan, dan air(sungai dan rawa).
“Karena yang toko kostum banyak di wilayah hutan.. kita kesana dulu ya?” ucap Ciel menyarankan dan berjalan menuju ke arah hutan.
Aku yang ketinggalan di belakang segera menyusul.
“Hey,Ciel..” aku bertanya padanya.
“Apa?” dia menjawab dan membuka pintu besar ke wilayah hutan.
Aku menjawab, “kira-kira nanti hantu yang muncul apa ya?”
“Hmm aku kurang tahu juga. Tapi nanti paling kan kita dikasih..”
Tiba-tiba ada petugas yang memberi kita stamp di tangan kiri kita. “Ini?” tanyaku.
“Ini untuk ke rumah hantu di kawasan hutan ya.. selamat menikmati!’ jawab staff itu.
“Oh.. makasih..” Ciel menjawab dan berjalan kembali, “tuh kan, nanti kalo kita masuk ke rumah hantu baru muncul. Kalo cuma di kawasannya aja paling adanya hanya orang cosplay hantu..”
“Eh jangan ngomong begitu! Bukannya yang di rumah hantu juga orang?!”
“Benar juga..” jawab Ciel, “tapi terlihat lebih nyata,kan?”
“Haaa!!” aku berlari mendahuluinya.
“Kenapa? Kamu juga takut hantu?”
“Ah..” aku susah mengatakannya.
“Sudah sudah, masalah hantu nanti saja. Kita kesini tujuan utama buat nyari kostum oni untuk Saki-senpai kan?” jawabnya dan berjalan di sebelahku.
Aku hanya menunduk.
Setelah berjalan kurang lebih selama 17 menit, kami menemukan kostum oni yang bagus dan langsung dibeli bersama aksesorisnya.
“Nah..” Ciel terlihat senang, “akhirnya dapat juga..”
“Iya..” aku ikut senang.
“Sekarang..” Ciel melanjutkan, “ayo ke rumah hantu!”
“Ha?!” ucapku kaget.
“Ayolah..” dia menarik tanganku agar ikut pergi.
“Haaa..” aku terpaksa pergi, “baiklah..”
“Hayoo, jangan bilang kau takut hantu juga?” tanya Ciel selagi perjalanan.
“Ano.. gimana ya?” aku menyembunyikan rasa takutku.
Dia tersenyum, “sudahlah, kau kan tidak sendirian, Cecil.”
Aku melihat kearahnya, “ha?” tanganku gemetar.
“Ada aku” lanjutnya.
“I-iya” jawabku dan kami berjalan menuju rumah hantu kawasan hutan itu.
          Sampai disana kami menemukan pintu besar bertulis, “Selamat Datang di Rumah Hantu (Hutan)” dengan tulisan kecil dibawahnya, “Hendaknya Kami Membawamu ke Mimpi Buruk Malam Ini.”
“Nyiiii” aku menggigil ketakutan.
“Ayo masuk” namun Ciel masih terlihat sehat-sehat saja.
Aku tidak mengikutinya mendekat ke pintu, hanya diam ketakutan.
“Ayo?” dia melihatku yang membeku, dan memberinya senyuman serta mengandeng tanganku layaknya anak kecil yang takut ke dokter gigi.
Pintu itu membuka dengan sendirinya. Kami berdua diberi senter (percumah aku bawa deh). Sebenarnya hanya diberi satu untuk berdua, namun aku tidak bisa bergerak karena kondisi yang mulai gelap, berkabut, dan tidak jelas begini.
“Kamu nggak apa?” tanya Ciel padaku yang memegang senter, tetap memegangi tanganku dan berjalan berlahan, “Cecil?”
Aku hanya bisa memegang erat tangannya dan menjatuhkan kepalaku ke pundaknya.
Tiba-tiba sebuah suara muncul. “*srek srek srek*” terdengar di balik semak.
Ciel mengarahkan senternya ke semak-semak.
Aku semakin ketakutan.
Ciel tiba-tiba berteriak, “KASAKABE!” dan sebuah yokai lewat dengan cepat.
“Nyaaaaa!!!” aku berteriak kaget.
Dan tiba-tiba saat suasana sudah diam aku sadar, “hah? Hanya kasakabe?”
“Iya” jawab Ciel yang melihatku dengan tampang aneh. “Benar, ternyata kau ini benar-benar penakut!”
“H-hah?! Seenaknya saja! Kalau begitu sini aku yang pegang senternya!” ucapku dan merebut senter itu darinya.
Kami melanjutkan perjalanan.
Sedikit melihat ada patung nurikabe, kami hanya tertawa.
Beberapa detik kemudian tidak ada hantu lewat, mungkin hanya roh-roh kecil yang lewat dan kurang mengajetkan. Aku pun masih bertahan memegang senter.
Kami melihat simbol, “Sudah hampir selesai”.
“Hah? Hanya begini?” ucap Ciel putus asa.
“Thehehei, aku tidak takut untuk memegang senter sampai akhir!!” ucapku sombong.
Namun tiba-tiba, seseorang muncul di depan kami. Dia berkata, “apakah aku cantik?”
Pertama kami melihat kearahnya, samar-samar dia adalah seorang wanita cantik. Ciel terlihat bingung, aku dengan santainya menjawab, “tidak”.
Dan wanita itu terlihat marah, dia melempar kipas yang dulunya dia taruh untuk menutupi mulutnya. Aku sama sekali tidak berpikir, ternyata itu adalah kuchisake-onna!. Karena kagetnya aku melempat senter itu entah kemana dan berlindung ke Ciel. “Whoa?” Ciel kaget bukan karena yokai itu namun karena aku yang ketakutan di bahunya. Namun setelah dia melihat sosok yokai tepat di depannya dia langsung menarik tanganku dan lari, “YOKAAAI!!!!”
          Tidak sengaja, sampailah akhirnya kami ke pintu keluar. Kami berdua tidak kuat karena terus berlari sambil dihantui perasaan deg-degan melihat yokai. Karena itu terpaksa kami istirahat 5 menit baru pergi ke kawasan Air.
“Hah? Gila kamu Cecil?!” Ciel berteriak marah.
“Kenapa?” jawabku dan tersenyum.
“Wilayah air itu kan..” dia terlihat takut.
“Sudahlah itu membuatmu tambah berani sama ketakutanmu,kan? Aku aja yang dari tadi gerak hanya menyembunyikan takutku..” nasehatku.
          Akhirnya Ciel mengikuti saranku dan kami pergi ke rumah hantu di wilayah Air. Sampai disana juga sama, kami menemukan pintu dan masuk. Dan diberi sebuah tongkat, petugas bilang, raba rawa/sungai yang ada di dalam dan datanglah penampakan hantu disana. Juga diberi sebuah sepatu bot. Aku yang membawa tongkat itu, takut nanti Ciel pingsan.
“Siap?” ucapku dan masuk.
“Semoga” jawab Ciel dan mengikutiku masuk.
Kami menemukan sebuah rawa disana. Di lokasi yang sangat berkabut, dingin, dan becek. “Ayo kita raba..” aku memasukkan tongkat itu ke rawa.
“Nyiii..” Ciel memberi efek mengerikan.
Tiba-tiba keluarlah sebuah sosok yokai. Dia hanya menampilkan sedikit dari wujudnya. “Kura-kura?” tebakku. “Bebek?”
“Bodoh, itu kappa!” jawab Ciel membenarkan.
“Kappa.. kawaii~” aku malah tertarik.
“Nyah!” Ciel menarik tanganku dan melanjutkan perjalanan, “ayo cepat selesaikan rumah hantu ini dan pergi ke kawasan rumah dan pulang!”
“O..ok..” aku hanya manut dan pergi ke rawa lain.
Di perjalanan mencari rawa, kami menemukan penampakan amikiri, ashimagari, ayakashi dan yang membuatku terus ingat saat funa yuurie menampakkan dari jauh dia menjatuhkan nelayan ke laut Ciel langsung menggigil karena merasa jika dia yang tenggelam akan parah jadinya.
Sampailah di rawa yang terlihat lumayan seram. Ciel yang gantian merabanya. Karena rawa ini dangkal jadi ia berani. “...” Ciel meraba rawa itu.
“Loh? Tidak muncul apa?” ucapku saat sudah lebih dari 10 detik Ciel meraba.
“Ahh..” dengan tampang senang Ciel membuang tongkat itu dan menarik tanganku menuju ke pintu keluar, “baiklah.. baguslah kalau begitu..”
“Huh, keberuntunganmu deh..” jawabku dan manut perintahnya.
Tiba-tiba kami melihat sesuatu di bawah tanah. “I-ini kan..” Ciel yang menyadari pertama.
Aku berteriak, “kepalaaaa!!!!!!” dengan histerisnya.
Kami berdua lari semakin keras dan tiba-tiba muncul seseorang didepan kami, ia berkata, “permisi.. kalian melihat dimana kepalaku?”
“Nyaaaaaa” Ciel langsung lari ketakutan.
Begitupun saya yang memegang tangannya lebih keras, “waaaaaaa!!!”
Akhirnya kami keluar dari rumah hantu itu. Dan lagi-lagi, tidak kuat berjalan karena lari saking cepatnya dan dengan rasa ketakutan tinggi.
“I-itu tadi..” aku bertanya padanya.
Ciel menjawab, “nukekubi.. *gasp gasp”
“Kalau cuma di film aku nggak pernah setakut ini sama hantu..”
“Sama” jawab Ciel masih susah bicara.
“Jadi, masih berani ke wilayah rumah?” ucapku pada anak itu.
“Yah bagaimana lagi..” responnya, “kita udah disini dan harus di manfaatkan..”
          Setelah istirahat sebentar kami pergi ke wilayah itu. Disana tertulis, “jika anda memiliki gejala jantung, asma, stress, gila (?), dll mending jangan masuk”. Aku merespon, “penyakit gila?”.
“Kau punya gejala apa,Cecil?” ucap Ciel bertanya padaku.
“Tak ada” jawabku, “kau apa?”
“Phobia air?” responnya.
“Nyah itu kan bukan yang disebutkan..” kataku dan tersenyum, “ayo kita masuk!”
          Disana kami diberi senter. Dan kali ini aku juga mengeluarkan senterku jadi kami masing-masing membawa senter sendiri. Kisahnya, kami ini masuk ke sebuah rumah berhantu. Dimana ada ruang keluarganya, ruang makannya, dapur, kamar mandi, kamar tidur, dan sebuah ruang cuci tradisional. Aku tetap saja takut dan jaga-jaga jadinya memegang tangan Ciel terus.
“I-ini.. ruang keluarga?” ucapku ketakutan.
Ciel hanya mengangguk dan berjalan terus kedepan.
Tiba-tiba lampu diatas terlihat bergerak-gerak. “ah-buh-rah-kah-goh”.
“Nyaa!” aku langsung menutup mataku.
“Tenang.. hanya aburakago” ucap Ciel dengan santainya melihat keatas.
Lama-kelamaan lampu minyak yang ada diatas itu mati sebelum aku melihat yokai yang lapar memakan minyak diatas. Karena gelap aku dengan kagetnya langsung memukul kepala Ciel dan berlari.
Sampailah kami ke kamar tidur anak kecil.
“Ke-kenapa kesannya sangat horor begini..?” ucapku ketakutan lagi.
Ciel tidak menjawab namun hanya memegangi kepalanya.
“Ma-maaf..” aku berusaha memohon maaf padanya.
“Tak apa” responnya, “kalau di hotel *** kita harus diam saat sampai di wilayah kamar tidur begini.. soalnya kalo berisik nanti..”
“WOOOOO!!!!” tiba-tiba lampu menyala sangat terang dengan sendirinya.
Pertamanya karena silau kita menutup mata kita, lalu saat kami sudah sanggup membuka mata kita.. sesosok yokai anak perempuan berambut panjang dengan banyak darah di baju dan wajahnya berteriak kearah kita.
Langsung deh, kami berteriak, “AAAAAAAAA!!!!!!!!!!”
Belum sempat lari kami terjatuh duduk di kasurnya.
Dan dibekang kita kami mendengar teriakan sebuah binatang. “Rawww!!!”
Kami berdua yang masih diteriaki si yokai anak kecil itu karena penasaran langsung liat kebelakang. Dan Ciel yang bener-bener hafal semua nama hantu jepang langsung berteriak, “BAKU! MAKAN MIMPI BURUK INI!”
Aku yang malah ketakutan liat baku itu langsung menunduk ketakutan.
Si yokai baku tadi langsung berteriak kearah yokai cewek yang mengagetkan itu dengan sangat keras. Dan tiba-tiba keduanya menghilang.
“*gasp gasp..* mengerikan..” ucapku tak tahan.
“Mau kembali saja?” Ciel mengusulkan.
Aku hanya bergeleng, dan tersenyum.
Kami akhirnya melanjutkan perjalanan.
Sebenarnya kita berjalan kearah dapur. Namun sebelum sampai disana kami menemukan pintu menuju kamar mandi. Layaknya di film-film kamar mandi adalah lokasi di rumah dimana tempat itu adalah tempat terseram.
Kami mendengar suara dari luar, “srek srek srek”
Dengan beraninya Ciel berusaha membuka pintu kamar mandi.
Namun aku mencegahnya.
“Apa? Aku ingin lihat!” ucapnya dan tetap membuka pintu kamar mandi.
Karena takut aku menutup mataku.
Saat Ciel membuka kamar mandi itu sepertinya yokai lewat dengan cepat.
“Oh..” Ciel berguman, “itu Akaname..”
“Akaname?” ucapku, “kau sih mengajetkan dia, jadinya dia pergi tuh!”
“Iya-iya maaf..”
Namun rupanya kamar mandi tidak semenakutkan seperti biasanya. Well, kami melanjutkan pergi ke taman saja. Soalnya di ruangan lainnya mungkin hanya ada hantu biasa yang menggantung dirinya, memotong badan mereka, menembak mata dan perut mereka, jadinya badannya misah-misah kemana-mana.
“Nah.. mudah-mudahan tak ada apa-apa disini” harap Ciel.
“Iya, dari tadi sudah hampir tidak bisa teriak lagi..” sambungku.
“Parah lagi nanti kalau kita nggak bisa tidur mikirin hantu mulu,gimana?”
“B-benar juga..” ucapku dan menunduk.
Tiba-tiba sebuah banyangan muncul.
“A-apa itu,Ciel?” aku meremat tangannya lebih kencang.
“Cecil, kenapa kau jauh sekali dariku? Katanya takut?” Ciel berlihat jelas jauh dariku, padahal baru beberapa detik lalu aku meremat tangannya.
Wajahku hanya ling-lung, “he?” dan berlari kearahnya.
“Ayo jalan kearah sumur itu, Cecil” dia pun memegangi kedua pundakku dan membawaku berjalan kearah sana.
Aku hanya menelan ludah dan berjalan pelan.
Ciel terus memegang kedua pundakku, “lihat ke arah sumur!”
Saat aku melihat sesosok yokai juga muncul dari sumur.
Aku berteriak karena kaget, “AAAAAAAA!!!!!!!!!” dan menunduk ketakutan.
Ciel menutup mataku, menarik tanganku, dan pergi dari sana.
Mataku terbuka saat aku keluar dari kawasan itu, namun aku tidak melihat temanku itu, “Ciel?”
Staff pun menghampiriku, “maaf, nona.. apakah tadi anda masuk bersama teman lelaki anda? Mengapa anda keluar duluan?”
“Hah?” aku terkejut, “jadi.. Ciel masih di dalam?”
Tiba-tiba aku mendengar suara jeritan Ciel, staff itu langsung masuk dan mencarinya. Aku hanya terdiam berdiri ditempat itu juga dan berpikir, “(lalu.. Ciel yang memegang pundakku itu tadi siapa?)”. Beberapa saat kemudian, Ciel datang dengan rambut yang basah kuyub. Aku segera mengampirinya,
“Ciel! Kau tidak apa-apa?”
Dia sepertinya pingsan.
Aku berterima kasih pada staff karena dia sudah menemani kami berdua sampai Ciel sadar. “Ciel?”
Ciel duduk sambil memegangi rambutnya, “sudah.. aku mau pulang..”
Aku pun menjawab, “tenang, semua sudah selesai kok.”
“Aku takut” tiba-tiba kami berkata hal yang sama.
“Masih lumayan kamu,Ciel!” kataku membelanya dengan mata setengah terbuka.
“He? Kenapa bisa?” dia terlihat bingung sendiri.
“Kau ini kan..” aku menerangkan, “laki-laki..”
“Bedanya?” Ciel masih bingung.
“Bodoh! Yang namanya laki-laki itu kan lebih nggak takut! Kalau perempuan cuma bisa bergantung sama orang disebelahnya dan berteriak..” lanjutku, “i-itu bener-bener memalukan.. apalagi tipe orang takut hantu kaya aku..”
“Justru aku senang kok” ucapnya, “terkadang aku juga berteriak, tapi rasanya kalau ada seseorang bergantung padaku aku ngerasa lebih berani!”
“Hah.. tapi seharusnya yang disampingmu itu bukan aku..”
Ciel bertanya, “kenapa?”
“Rima saja. Kau lebih dengan dengannya!”
“H-he?!” pipinya tiba-tiba merah. “Ngomong apa sih kamu?!”
“Hayee, benar kan?” aku tersenyum.
“Kalau yang disebelahku kamu, sebenarnya juga tak apa.. sih..”
“Ha?” pipiku ikut memerah, “kau ini ngomong apa sih, bodoh!” ucapku dan berdiri dari kursi taman itu. “Aku mau pulang!”
          Kurasa lebih baik aku menyembunyikan hal tentang orang aneh yang kulihat itu. Maksudku, tangan Ciel yang tadinya aku pegang erat-erat menghilang dan Ciel berdiri jauh di depanku. Ciel yang kukenal malah mungkin masih di dalam ruangan. Jadi siapa Ciel yang memegangi pundakku itu?.
          Keesokan harinya, kantong mata kami memiliki kantong mata. Benar, saat mau tidur kita teringat tentang hantu itu dan tidak bisa tertidur. Apalagi saat kuingat-ingat sendiri aku sampai nangis karena takut Ciel yang itu adalah yokai asli.
“Heh? Kalian ini kenapa?” tanya Yuuka penasaran.
Ciel membawa sebuah tas kecil berisi kostum pesanan Saki-senpai dan keluar.
“Ahh.. susah kuterangkan.. Yuuka..” aku yang akhirnya menjawab.
“He? Jangan bilang kemarin kalian jalan-jalan berduaan?!!” tuduh Yuuka.
“Enak saja! (sebenarnya itu terpaksa!)” jawabku lagi.

GowGow_Bloogie@Cecil (II)
“Nyahahaha, the gorgeous main character is here!”
          Minna-san. Nyah, akhirnya aku berhasil merebut acara ini jadi milikku seorang lagi! (walau hanya untuk kali ini saja). Tapi sayangnya episode GowGow_Bloogie selanjutnya akan Ciel. Yaah.. tapi aku ingin cerita.
“Konon.. saat aku kecil aku bermimpi tentang hal buruk. Cerita mimpiku tuh, aku kan diculik sama penjahat terus dikurung di ruangan gelap. Karena phobia saya, lama-kelamaan saya nggak kuat dan mati disana.”
“Langsung deh di terbangun di dunia nyata dan saya pikir setiap mimpi buruk itu pasti kita bangun agar membuat si pemimpi lebih tidak lebih ketakutan. Claire bilang begitu padaku saat aku masih kecil agar tidak membuatku takut.”
Claire : huh.. masih percaya dengan hal begituan!
Cecil   : loh? Claire kenapa kau disini?! Saya kan lagi curhat?!
Yuuka : ternyata mau korupsi GGB (GowGow_Bloogie) buat curhat,neh?
Ciel    : ketahuan juga tuh sifat aslinya!
Cecil   : He?! Kenapa pada disini! Hus hus!! (mengusir).
Rima  : (nangis) huaaa!! Ciel sama Cecil berduaan di festival hantuu!!
Ciel    : Ri-rima?! Bagaimana kau tahu?!
Maru  : aku memata-matai kalian berdua kemarin
Cecil   : NANI?! Du duh...=,=
Snake  : iya, kalian ini ternyata bohong dari luar..
Ciel    : Snake-senpai?! Kenapa kau juga?!
Maru  : kalau kalian mau, di hand phone kakak banyak bukti foto Cecil dan Ciel kemarin malam. Iya kan,kak?
Snake  : yap
Semua : (kecual Ayaka dan Snake) HA?! Kalian saudara?!
Rima  : kau tidak pernah memberitahuku Maru-nyan..
Ai       : disana kau rupanya,Snake! Menghancurkan acara orang ya?! tunggu napa, pasti nanti di GGB ada bagian untuk kita juga!
Cecil   : tidak.. Ai-senpai juga disini.. hancurlah acaraku..
Ciel    : kau sendiri yang pelit deh, perasaan!
Claire : halah, bukannya episode selanjutnya juga Ciel sendirian bicara lagi ya??
Yuuka : ok.. kalau begitu besok kita ganggu juga acara solo dia!
Rima  : setuju!!
Ai       : loh? Jadi episode ini acara bersama?
Cecil   : bukan.. aslinya acara soloku..
Snake  : sudah kubilang! Ini episode menghancuran acara solo pemeran utama!
Maru  : semua pada kurang bersyukur sama jatahnya jadi menghancurkan acara solo
Yuuka : bukannya kau sekarang juga ikut acara penghancuran ini?
Maru  : *diam
Ciel    : haaah! Sudah lah! Tutup saja!
Cecil   : acara soloku selesai sudah.. *menangis
Claire : nasibmu,lah, Young Lady..
Ai       : sabar ya dek..
“Pemeran utama yang putus asa pamit dulu.. ß Cecil”
“Ciel juga. Dan besok adalah acara soloku!”
“Ok, Claire pamit dulu.. *smile”
“Yo! Sayonara! ß Yuuka”
“Rima pamit ya! ja nee~!”
“Ayaka Maru desu, ja”
“Ja nee~! ß Snake”
“Maaf ya Cecil ikut merusa acaramu. Pamit ya! ß Ai Masami”

||-♫ ZAAW ♫-|| 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar