“Jaket?”
“Siap!”
“Sepatu
tali?”
“Siap!”
“Kaus
kaki pendek?”
“Siap!”
“Tas?”
“Siap!”
“Senter?”
“Siap!”
jawab Claire, “he? Mau bawa senter juga?” lanjutnya.
Aku
menjawab, “huh, jika memang mau ke tempat gelap setidaknya bawa senter!”
“Young
lady terkadang kau ini berlebihan!” nasehatnya.
“Sudah
lah, saya berusaha melindungi diri..” ucapku dan keluar dari kamarku.
Setelah beres-beres itu selesai aku
segera berangkat ke festival hantu itu. Kebetulan mulainya dari sore sampai
malam jadi aku membawa senter. Aku berharap aku tidak usah menunggu, namun
ditunggu. Eh, ternyata benar sudah ada seseorang menunggu. Dia adalah anak
laki-laki yang manis dengan jaket ungunya yang membuatnya menggemaskan. Benar,
Ciel sudah menungguku di depan pintu masuk area festival sambil bermain dengan
hand phone android-nya. Terkadang anak itu memang terlihat imut namun juga
menjengkelkan.
“Ciel!”
aku memanggilnya.
Mendengar
suaraku dia memasukkan hand phonenya, “oh,Cecil..”
“Maaf,
sudah menunggu lama?” tanyaku padanya.
“Belum.
Baru 20 menit” jawabnya dengan tampang marah.
“A...”
aku menampilkan wajah memohon, “maaf ya..”
“Sudahlah
tak apa!” Ciel melihat ke arah festival, “ayo masuk!” ucapnya dan berjalan
duluan kedalam.
Disana banyak sekali toko. Seperti
toko makanan, mainan, kostum, game, dan lainnya. Kami mendapat peta festival
juga. Disana dibagi 4 wilayah. Wilayah lingkungan rumah, hutan, pengunungan,
dan air(sungai dan rawa).
“Karena
yang toko kostum banyak di wilayah hutan.. kita kesana dulu ya?” ucap Ciel
menyarankan dan berjalan menuju ke arah hutan.
Aku
yang ketinggalan di belakang segera menyusul.
“Hey,Ciel..”
aku bertanya padanya.
“Apa?”
dia menjawab dan membuka pintu besar ke wilayah hutan.
Aku
menjawab, “kira-kira nanti hantu yang muncul apa ya?”
“Hmm
aku kurang tahu juga. Tapi nanti paling kan kita dikasih..”
Tiba-tiba
ada petugas yang memberi kita stamp di tangan kiri kita. “Ini?” tanyaku.
“Ini
untuk ke rumah hantu di kawasan hutan ya.. selamat menikmati!’ jawab staff itu.
“Oh..
makasih..” Ciel menjawab dan berjalan kembali, “tuh kan, nanti kalo kita masuk
ke rumah hantu baru muncul. Kalo cuma di kawasannya aja paling adanya hanya
orang cosplay hantu..”
“Eh
jangan ngomong begitu! Bukannya yang di rumah hantu juga orang?!”
“Benar
juga..” jawab Ciel, “tapi terlihat lebih nyata,kan?”
“Haaa!!”
aku berlari mendahuluinya.
“Kenapa?
Kamu juga takut hantu?”
“Ah..”
aku susah mengatakannya.
“Sudah
sudah, masalah hantu nanti saja. Kita kesini tujuan utama buat nyari kostum oni
untuk Saki-senpai kan?” jawabnya dan berjalan di sebelahku.
Aku
hanya menunduk.
Setelah
berjalan kurang lebih selama 17 menit, kami menemukan kostum oni yang bagus dan
langsung dibeli bersama aksesorisnya.
“Nah..”
Ciel terlihat senang, “akhirnya dapat juga..”
“Iya..”
aku ikut senang.
“Sekarang..”
Ciel melanjutkan, “ayo ke rumah hantu!”
“Ha?!”
ucapku kaget.
“Ayolah..”
dia menarik tanganku agar ikut pergi.
“Haaa..”
aku terpaksa pergi, “baiklah..”
“Hayoo,
jangan bilang kau takut hantu juga?” tanya Ciel selagi perjalanan.
“Ano..
gimana ya?” aku menyembunyikan rasa takutku.
Dia
tersenyum, “sudahlah, kau kan tidak sendirian, Cecil.”
Aku
melihat kearahnya, “ha?” tanganku gemetar.
“Ada
aku” lanjutnya.
“I-iya”
jawabku dan kami berjalan menuju rumah hantu kawasan hutan itu.
Sampai disana kami menemukan pintu
besar bertulis, “Selamat Datang di Rumah Hantu (Hutan)” dengan tulisan kecil
dibawahnya, “Hendaknya Kami Membawamu ke Mimpi Buruk Malam Ini.”
“Nyiiii”
aku menggigil ketakutan.
“Ayo
masuk” namun Ciel masih terlihat sehat-sehat saja.
Aku
tidak mengikutinya mendekat ke pintu, hanya diam ketakutan.
“Ayo?”
dia melihatku yang membeku, dan memberinya senyuman serta mengandeng tanganku
layaknya anak kecil yang takut ke dokter gigi.
Pintu itu membuka dengan sendirinya. Kami berdua diberi senter
(percumah aku bawa deh). Sebenarnya hanya diberi satu untuk berdua, namun aku
tidak bisa bergerak karena kondisi yang mulai gelap, berkabut, dan tidak jelas
begini.
“Kamu
nggak apa?” tanya Ciel padaku yang memegang senter, tetap memegangi tanganku
dan berjalan berlahan, “Cecil?”
Aku
hanya bisa memegang erat tangannya dan menjatuhkan kepalaku ke pundaknya.
Tiba-tiba
sebuah suara muncul. “*srek srek srek*” terdengar di balik semak.
Ciel
mengarahkan senternya ke semak-semak.
Aku
semakin ketakutan.
Ciel
tiba-tiba berteriak, “KASAKABE!” dan sebuah yokai lewat dengan cepat.
“Nyaaaaa!!!”
aku berteriak kaget.
Dan
tiba-tiba saat suasana sudah diam aku sadar, “hah? Hanya kasakabe?”
“Iya”
jawab Ciel yang melihatku dengan tampang aneh. “Benar, ternyata kau ini
benar-benar penakut!”
“H-hah?!
Seenaknya saja! Kalau begitu sini aku yang pegang senternya!” ucapku dan
merebut senter itu darinya.
Kami
melanjutkan perjalanan.
Sedikit
melihat ada patung nurikabe, kami hanya tertawa.
Beberapa
detik kemudian tidak ada hantu lewat, mungkin hanya roh-roh kecil yang lewat
dan kurang mengajetkan. Aku pun masih bertahan memegang senter.
Kami
melihat simbol, “Sudah hampir selesai”.
“Hah?
Hanya begini?” ucap Ciel putus asa.
“Thehehei,
aku tidak takut untuk memegang senter sampai akhir!!” ucapku sombong.
Namun
tiba-tiba, seseorang muncul di depan kami. Dia berkata, “apakah aku cantik?”
Pertama
kami melihat kearahnya, samar-samar dia adalah seorang wanita cantik. Ciel
terlihat bingung, aku dengan santainya menjawab, “tidak”.
Dan wanita itu terlihat marah, dia melempar kipas yang dulunya dia
taruh untuk menutupi mulutnya. Aku sama sekali tidak berpikir, ternyata itu
adalah kuchisake-onna!. Karena
kagetnya aku melempat senter itu entah kemana dan berlindung ke Ciel. “Whoa?”
Ciel kaget bukan karena yokai itu namun karena aku yang ketakutan di bahunya.
Namun setelah dia melihat sosok yokai tepat di depannya dia langsung menarik
tanganku dan lari, “YOKAAAI!!!!”
Tidak sengaja, sampailah akhirnya kami
ke pintu keluar. Kami berdua tidak kuat karena terus berlari sambil dihantui
perasaan deg-degan melihat yokai. Karena itu terpaksa kami istirahat 5 menit
baru pergi ke kawasan Air.
“Hah?
Gila kamu Cecil?!” Ciel berteriak marah.
“Kenapa?”
jawabku dan tersenyum.
“Wilayah
air itu kan..” dia terlihat takut.
“Sudahlah
itu membuatmu tambah berani sama ketakutanmu,kan? Aku aja yang dari tadi gerak
hanya menyembunyikan takutku..” nasehatku.
Akhirnya Ciel mengikuti saranku dan
kami pergi ke rumah hantu di wilayah Air. Sampai disana juga sama, kami
menemukan pintu dan masuk. Dan diberi sebuah tongkat, petugas bilang, raba
rawa/sungai yang ada di dalam dan datanglah penampakan hantu disana. Juga
diberi sebuah sepatu bot. Aku yang membawa tongkat itu, takut nanti Ciel
pingsan.
“Siap?”
ucapku dan masuk.
“Semoga”
jawab Ciel dan mengikutiku masuk.
Kami
menemukan sebuah rawa disana. Di lokasi yang sangat berkabut, dingin, dan
becek. “Ayo kita raba..” aku memasukkan tongkat itu ke rawa.
“Nyiii..”
Ciel memberi efek mengerikan.
Tiba-tiba
keluarlah sebuah sosok yokai. Dia hanya menampilkan sedikit dari wujudnya.
“Kura-kura?” tebakku. “Bebek?”
“Bodoh,
itu kappa!” jawab Ciel membenarkan.
“Kappa..
kawaii~” aku malah tertarik.
“Nyah!”
Ciel menarik tanganku dan melanjutkan perjalanan, “ayo cepat selesaikan rumah
hantu ini dan pergi ke kawasan rumah dan pulang!”
“O..ok..”
aku hanya manut dan pergi ke rawa lain.
Di perjalanan mencari rawa, kami menemukan penampakan amikiri,
ashimagari, ayakashi dan yang membuatku terus ingat saat funa yuurie
menampakkan dari jauh dia menjatuhkan nelayan ke laut Ciel langsung menggigil
karena merasa jika dia yang tenggelam akan parah jadinya.
Sampailah
di rawa yang terlihat lumayan seram. Ciel yang gantian merabanya. Karena rawa
ini dangkal jadi ia berani. “...” Ciel meraba rawa itu.
“Loh?
Tidak muncul apa?” ucapku saat sudah lebih dari 10 detik Ciel meraba.
“Ahh..”
dengan tampang senang Ciel membuang tongkat itu dan menarik tanganku menuju ke
pintu keluar, “baiklah.. baguslah kalau begitu..”
“Huh,
keberuntunganmu deh..” jawabku dan manut perintahnya.
Tiba-tiba
kami melihat sesuatu di bawah tanah. “I-ini kan..” Ciel yang menyadari pertama.
Aku
berteriak, “kepalaaaa!!!!!!” dengan histerisnya.
Kami
berdua lari semakin keras dan tiba-tiba muncul seseorang didepan kami, ia
berkata, “permisi.. kalian melihat dimana kepalaku?”
“Nyaaaaaa”
Ciel langsung lari ketakutan.
Begitupun
saya yang memegang tangannya lebih keras, “waaaaaaa!!!”
Akhirnya
kami keluar dari rumah hantu itu. Dan lagi-lagi, tidak kuat berjalan karena
lari saking cepatnya dan dengan rasa ketakutan tinggi.
“I-itu
tadi..” aku bertanya padanya.
Ciel
menjawab, “nukekubi.. *gasp gasp”
“Kalau
cuma di film aku nggak pernah setakut ini sama hantu..”
“Sama”
jawab Ciel masih susah bicara.
“Jadi,
masih berani ke wilayah rumah?” ucapku pada anak itu.
“Yah
bagaimana lagi..” responnya, “kita udah disini dan harus di manfaatkan..”
Setelah istirahat sebentar kami pergi
ke wilayah itu. Disana tertulis, “jika anda memiliki gejala jantung, asma,
stress, gila (?), dll mending jangan masuk”. Aku merespon, “penyakit gila?”.
“Kau
punya gejala apa,Cecil?” ucap Ciel bertanya padaku.
“Tak
ada” jawabku, “kau apa?”
“Phobia
air?” responnya.
“Nyah
itu kan bukan yang disebutkan..” kataku dan tersenyum, “ayo kita masuk!”
Disana kami diberi senter. Dan kali
ini aku juga mengeluarkan senterku jadi kami masing-masing membawa senter
sendiri. Kisahnya, kami ini masuk ke sebuah rumah berhantu. Dimana ada ruang
keluarganya, ruang makannya, dapur, kamar mandi, kamar tidur, dan sebuah ruang
cuci tradisional. Aku tetap saja takut dan jaga-jaga jadinya memegang tangan
Ciel terus.
“I-ini..
ruang keluarga?” ucapku ketakutan.
Ciel
hanya mengangguk dan berjalan terus kedepan.
Tiba-tiba
lampu diatas terlihat bergerak-gerak. “ah-buh-rah-kah-goh”.
“Nyaa!” aku langsung menutup mataku.
“Tenang.. hanya aburakago” ucap Ciel dengan santainya
melihat keatas.
Lama-kelamaan lampu minyak yang ada diatas itu mati sebelum
aku melihat yokai yang lapar memakan minyak diatas. Karena gelap aku dengan
kagetnya langsung memukul kepala Ciel dan berlari.
Sampailah kami ke kamar tidur anak kecil.
“Ke-kenapa kesannya sangat horor begini..?” ucapku
ketakutan lagi.
Ciel tidak menjawab namun hanya memegangi kepalanya.
“Ma-maaf..” aku berusaha memohon maaf padanya.
“Tak apa” responnya, “kalau di hotel *** kita harus diam
saat sampai di wilayah kamar tidur begini.. soalnya kalo berisik nanti..”
“WOOOOO!!!!” tiba-tiba lampu menyala sangat terang dengan
sendirinya.
Pertamanya karena silau kita menutup mata kita, lalu saat
kami sudah sanggup membuka mata kita.. sesosok yokai anak perempuan berambut
panjang dengan banyak darah di baju dan wajahnya berteriak kearah kita.
Langsung deh, kami berteriak, “AAAAAAAAA!!!!!!!!!!”
Belum sempat lari kami terjatuh duduk di kasurnya.
Dan dibekang kita kami mendengar teriakan sebuah binatang.
“Rawww!!!”
Kami berdua yang masih diteriaki si yokai anak kecil itu
karena penasaran langsung liat kebelakang. Dan Ciel yang bener-bener hafal
semua nama hantu jepang langsung berteriak, “BAKU! MAKAN MIMPI BURUK INI!”
Aku yang malah ketakutan liat baku itu langsung menunduk
ketakutan.
Si yokai baku tadi langsung berteriak kearah yokai cewek
yang mengagetkan itu dengan sangat keras. Dan tiba-tiba keduanya menghilang.
“*gasp gasp..* mengerikan..” ucapku tak tahan.
“Mau kembali saja?” Ciel mengusulkan.
Aku hanya bergeleng, dan tersenyum.
Kami akhirnya melanjutkan perjalanan.
Sebenarnya kita berjalan kearah dapur. Namun sebelum sampai
disana kami menemukan pintu menuju kamar mandi. Layaknya di film-film kamar
mandi adalah lokasi di rumah dimana tempat itu adalah tempat terseram.
Kami mendengar suara dari luar, “srek srek srek”
Dengan beraninya Ciel berusaha membuka pintu kamar mandi.
Namun aku mencegahnya.
“Apa? Aku ingin lihat!” ucapnya dan tetap membuka pintu
kamar mandi.
Karena takut aku menutup mataku.
Saat Ciel membuka kamar mandi itu sepertinya yokai lewat
dengan cepat.
“Oh..” Ciel berguman, “itu Akaname..”
“Akaname?” ucapku, “kau sih mengajetkan dia, jadinya dia
pergi tuh!”
“Iya-iya maaf..”
Namun rupanya kamar mandi tidak
semenakutkan seperti biasanya. Well, kami melanjutkan pergi ke taman saja.
Soalnya di ruangan lainnya mungkin hanya ada hantu biasa yang menggantung
dirinya, memotong badan mereka, menembak mata dan perut mereka, jadinya
badannya misah-misah kemana-mana.
“Nah.. mudah-mudahan tak ada apa-apa disini” harap Ciel.
“Iya, dari tadi sudah hampir tidak bisa teriak lagi..”
sambungku.
“Parah lagi nanti kalau kita nggak bisa tidur mikirin hantu
mulu,gimana?”
“B-benar juga..” ucapku dan menunduk.
Tiba-tiba sebuah banyangan muncul.
“A-apa itu,Ciel?” aku meremat tangannya lebih kencang.
“Cecil, kenapa
kau jauh sekali dariku? Katanya takut?” Ciel berlihat jelas jauh dariku, padahal
baru beberapa detik lalu aku meremat tangannya.
Wajahku hanya
ling-lung, “he?” dan berlari kearahnya.
“Ayo jalan
kearah sumur itu, Cecil” dia pun memegangi kedua pundakku dan membawaku
berjalan kearah sana.
Aku hanya
menelan ludah dan berjalan pelan.
Ciel terus memegang
kedua pundakku, “lihat ke arah sumur!”
Saat aku
melihat sesosok yokai juga muncul dari sumur.
Aku berteriak
karena kaget, “AAAAAAAA!!!!!!!!!” dan menunduk ketakutan.
Ciel menutup
mataku, menarik tanganku, dan pergi dari sana.
Mataku terbuka
saat aku keluar dari kawasan itu, namun aku tidak melihat temanku itu, “Ciel?”
Staff pun
menghampiriku, “maaf, nona.. apakah tadi anda masuk bersama teman lelaki anda?
Mengapa anda keluar duluan?”
“Hah?” aku
terkejut, “jadi.. Ciel masih di dalam?”
Tiba-tiba
aku mendengar suara jeritan Ciel, staff itu langsung masuk dan mencarinya. Aku
hanya terdiam berdiri ditempat itu juga dan berpikir, “(lalu.. Ciel yang
memegang pundakku itu tadi siapa?)”. Beberapa saat kemudian, Ciel datang dengan
rambut yang basah kuyub. Aku segera mengampirinya,
“Ciel! Kau
tidak apa-apa?”
Dia sepertinya
pingsan.
Aku berterima
kasih pada staff karena dia sudah menemani kami berdua sampai Ciel sadar.
“Ciel?”
Ciel duduk
sambil memegangi rambutnya, “sudah.. aku mau pulang..”
Aku pun menjawab,
“tenang, semua sudah selesai kok.”
“Aku takut”
tiba-tiba kami berkata hal yang sama.
“Masih lumayan
kamu,Ciel!” kataku membelanya dengan mata setengah terbuka.
“He? Kenapa
bisa?” dia terlihat bingung sendiri.
“Kau ini kan..”
aku menerangkan, “laki-laki..”
“Bedanya?” Ciel
masih bingung.
“Bodoh! Yang
namanya laki-laki itu kan lebih nggak takut! Kalau perempuan cuma bisa
bergantung sama orang disebelahnya dan berteriak..” lanjutku, “i-itu
bener-bener memalukan.. apalagi tipe orang takut hantu kaya aku..”
“Justru aku
senang kok” ucapnya, “terkadang aku juga berteriak, tapi rasanya kalau ada
seseorang bergantung padaku aku ngerasa lebih berani!”
“Hah.. tapi
seharusnya yang disampingmu itu bukan aku..”
Ciel bertanya,
“kenapa?”
“Rima saja. Kau
lebih dengan dengannya!”
“H-he?!”
pipinya tiba-tiba merah. “Ngomong apa sih kamu?!”
“Hayee, benar
kan?” aku tersenyum.
“Kalau yang
disebelahku kamu, sebenarnya juga tak apa.. sih..”
“Ha?” pipiku
ikut memerah, “kau ini ngomong apa sih, bodoh!” ucapku dan berdiri dari kursi
taman itu. “Aku mau pulang!”
Kurasa lebih baik aku menyembunyikan
hal tentang orang aneh yang kulihat itu. Maksudku, tangan Ciel yang tadinya aku
pegang erat-erat menghilang dan Ciel berdiri jauh di depanku. Ciel yang kukenal
malah mungkin masih di dalam ruangan. Jadi siapa Ciel yang memegangi pundakku
itu?.
Keesokan harinya, kantong mata kami
memiliki kantong mata. Benar, saat mau tidur kita teringat tentang hantu itu
dan tidak bisa tertidur. Apalagi saat kuingat-ingat sendiri aku sampai nangis
karena takut Ciel yang itu adalah yokai asli.
“Heh? Kalian
ini kenapa?” tanya Yuuka penasaran.
Ciel membawa
sebuah tas kecil berisi kostum pesanan Saki-senpai dan keluar.
“Ahh.. susah
kuterangkan.. Yuuka..” aku yang akhirnya menjawab.
“He? Jangan
bilang kemarin kalian jalan-jalan berduaan?!!” tuduh Yuuka.
“Enak saja!
(sebenarnya itu terpaksa!)” jawabku lagi.
♪ GowGow_Bloogie@Cecil
(II) ♪
“Nyahahaha, the
gorgeous main character is here!”
Minna-san. Nyah, akhirnya aku berhasil
merebut acara ini jadi milikku seorang lagi! (walau hanya untuk kali ini saja).
Tapi sayangnya episode GowGow_Bloogie selanjutnya akan Ciel. Yaah.. tapi aku
ingin cerita.
“Konon.. saat
aku kecil aku bermimpi tentang hal buruk. Cerita mimpiku tuh, aku kan diculik
sama penjahat terus dikurung di ruangan gelap. Karena phobia saya,
lama-kelamaan saya nggak kuat dan mati disana.”
“Langsung deh di
terbangun di dunia nyata dan saya pikir setiap mimpi buruk itu pasti kita
bangun agar membuat si pemimpi lebih tidak lebih ketakutan. Claire bilang
begitu padaku saat aku masih kecil agar tidak membuatku takut.”
Claire : huh.. masih percaya dengan hal begituan!
Cecil : loh? Claire kenapa kau disini?! Saya kan
lagi curhat?!
Yuuka : ternyata mau korupsi GGB (GowGow_Bloogie)
buat curhat,neh?
Ciel : ketahuan juga tuh sifat aslinya!
Cecil : He?! Kenapa pada disini! Hus hus!!
(mengusir).
Rima : (nangis) huaaa!! Ciel sama Cecil berduaan di
festival hantuu!!
Ciel : Ri-rima?! Bagaimana kau tahu?!
Maru : aku memata-matai kalian berdua kemarin
Cecil : NANI?! Du duh...=,=
Snake : iya, kalian ini ternyata bohong dari luar..
Ciel : Snake-senpai?! Kenapa kau juga?!
Maru : kalau kalian mau, di hand phone kakak banyak
bukti foto Cecil dan Ciel kemarin malam. Iya kan,kak?
Snake : yap
Semua : (kecual Ayaka dan Snake) HA?! Kalian
saudara?!
Rima : kau tidak pernah memberitahuku Maru-nyan..
Ai : disana kau rupanya,Snake! Menghancurkan
acara orang ya?! tunggu napa, pasti nanti di GGB ada bagian untuk kita juga!
Cecil : tidak.. Ai-senpai juga disini.. hancurlah
acaraku..
Ciel : kau sendiri yang pelit deh, perasaan!
Claire : halah, bukannya episode selanjutnya juga Ciel
sendirian bicara lagi ya??
Yuuka : ok.. kalau begitu besok kita ganggu juga
acara solo dia!
Rima : setuju!!
Ai : loh? Jadi episode ini acara bersama?
Cecil : bukan.. aslinya acara soloku..
Snake : sudah kubilang! Ini episode menghancuran
acara solo pemeran utama!
Maru : semua pada kurang bersyukur sama jatahnya
jadi menghancurkan acara solo
Yuuka : bukannya kau sekarang juga ikut acara
penghancuran ini?
Maru : *diam
Ciel : haaah! Sudah lah! Tutup saja!
Cecil : acara soloku selesai sudah.. *menangis
Claire : nasibmu,lah, Young Lady..
Ai : sabar ya dek..
“Pemeran
utama yang putus asa pamit dulu.. ß Cecil”
“Ciel
juga. Dan besok adalah acara soloku!”
“Ok,
Claire pamit dulu.. *smile”
“Yo!
Sayonara! ß Yuuka”
“Rima
pamit ya! ja nee~!”
“Ayaka
Maru desu, ja”
“Ja
nee~! ß
Snake”
“Maaf ya Cecil ikut merusa acaramu.
Pamit ya! ß Ai Masami”
||-♫ ZAAW ♫-||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar