Sabtu, 07 Januari 2012

24th Desembers - Chapter 15


Beberapa minggu berlalu sejak festival itu. Ada juga tes di sekolah. Dan hasil tesnya juga sudah dibagikan. Seperti biasa nilaiku tidak ada yang kurang dari B+.
“Huhh..” aku memandang Ciel melihat hasil tesnya.
Aku penasaran dan bertanya padanya, “kenapa?
“Nilaiku ada yang B+.. huh..” ucapnya.
“Hah?” aku pun segera mengambil kertas itu. Saat aku membaca tiada nilai lain selain A-, A, dan A+ “KAU GILA?!” ucapku iri.
“Kenapa?” ucapnya lagi.
Rasanya aku ingin merobek kertas itu, “NILAIKU LEBIH JELEK DARIMU!”
Saking kerasnya aku berteriak semua orang melinguk kearahku. “Haaaa?!”
“Ops, kau berteriak terlalu keras” respon Ciel dan mengambil kertasnya balik.
Semua orang langsung mengerubungi kita berdua. “Nilaimu kenapa?!”
Mereka semua sepertinya berpikir bahwa karena mereka sudah tahu nilaiku sempurna, namun saat aku berteriak seperti itu mereka pikir Ciel melebihi drajatku. Yah, itu benar. Aku langsung pergi dari ruang itu.
          Karena hari ini hanya pelajaran kosong, murid sepertiku yang lagi malas ini hanya diam di satu spot di sekolah.
“Huh.. aku malu sama nilaiku..” ucapku di sebuah hutan (habis rindang banget sih) yang ada di pojok sekolah, sendirian.
Tiba-tiba ada seseorang menghampiriku, “Cecil..”
“A-ah! I-iya?” kukira itu guru jadi aku langsung stand-by berdiri.
“Sedang apa kau disini?” dan ternyata hanya Ai-senpai.
“Loh? Senpai sendiri kenapa bisa sampai sini?!” tanyaku balik padanya.
“Belum tahu hari ini SMA libur? Ahaha aku kesini mau lihat kamu lah..” jawabnya.
Aku tersenyum, “wah.. aku terkenal juga yah.”
Tiba-tiba muka Ai-senpai hitam, “enak saja! Jangan salah paham kau!”
“Thehehe, tapi kenapa Ai-senpai disini mana Snake-senpai?” tanyaku lagi.
“Dia lagi nyari Ciel.. biasa cewek sama cewek, cowok sama cowok..” dia tersenyum. “Oh iya tugas kalian gimana? Kurang 1 bulan lagi lo?”
“Oh! Iya! (baru inget aku*JEDOOR)” aku memukul kepalaku.
“Ha.. kau ini pasti lupa,ya?” ucap senpai dan duduk di sebelahku.
“Yah begitulah aku, pelupa..”
“Ingat lo, kalau kalian menang guru bakal bangga dan jadiin kalian murid favorit mereka. Tapi kalau kalian kalah mereka nggak senggan-senggan benci kalian.”
Aku menghela nafasku, “hah.. aku sangat bingung..”
Tiba-tiba suara Snake-senpai berteriak datang kearah kami, “YOO!!”
“Snake? Sudah kau temukan Ciel?” tanya Ai-senpai.
“Ini!” jawab Snake-senpai dan menarik tangan Ciel dengan paksa.
“Adoh ada apa sih?!” Ciel berteriak, “aku mau makan!”
“Loh?” aku melihat anak itu masih membawa tas plastik di tangannnya.
“Thehehe, yang penting sudah kubawa anaknya kemari,kan?” ucap Snake bangga.
Akhirnya kami ber-4 duduk di tempat itu. Ternyata Ciel mau makan donat yang ia taruh di tas plastiknya itu.
“Soal persiapannya..” Ciel berkata, “belum selesai!”
“Ya kalau gitu selesaikan!” bantah Snake-senpai.
“Malas..” aku dan Ciel tidak sengaja berbicara kompak.
“Huh.. dulu kami juga malas dan lupa. Tapi setelah di hari terakhir sebelum dikumpulkan kami buat setengah tenaga. Dan hasilnya cukup baik” cerita Ai-senpai.
“Mau belajar apa saja masih bingung..” ucapku curhat.
“Kalau begitu kita diskusikan bersama saja. Mumpung kita disini nggak pingin tip dan ongkos pajak,dan lain-lain..” ucap Snake-senpai.
“Huh! Jual mahal!” ucap Ai-senpai tidak memihak pacarnya itu.
“Lha memangnya ada ide apa?” Ciel bertanya.
 “Kapan kalian punya waktu?” tanya Ai-senpai.
“Ha?” aku kaget, “senpai mau membantu kami?” tanyaku.
Ciel terlihat senang juga disebelahku.
“E-eh.. tapi bagaimana dengan tugas sekolah.. ekstrakulikuler..” namun Snake-senpai menyangkal ide Ai-senpai, “nanti kita nggak sempat.. dan..”
“Sudahlah,Snake! Pikirkan adek kecil kita!” Ai-senpai tetap bersemangat, “lihat.. mereka perlu bantuan pro seperti kita, setuju?”
“Ayolah..” aku dan Ciel berharap Snake mengubah keputusannya.
Snake-senpai menghela nafasnya, “b-baiklah..”
Dan Ai-senpai tersenyum padanya.
          Setelah kami rembuk nanti kami akan mengewa sebuah villa di luar kota saat liburan sekolah. Aku pikir, tak apa karena Ayah sudah tiada jadi tidak ada yang menghalangku pergi (itu salah satu kelebihan!). Dan kurasa itu akan menyenangkan. Maksudku, 2 malam 2 hari berlibur hanya dengan teman-teman apa bukan hal yang mengasyikkan? Ayolah.. ini akan menyenangkan! Kujamin!.
          Kami menghabiskan waktu sampai jam pulang. Liburnya akan dimulai 2 hari lagi. Jadi Ai-senpai yang akan mengurus soal villanya dan membelikan tiket kereta saja untuk pergi kesana. Di rumah..
“Ayolah.. kumohon..” ucapku memohon.
Mereka berdua tetap menggelengkan kepalanya.
“Pergi seperti itu bisa saja berbahaya.. Cecil..” ucap Raven.
“Benar. Lagian kan bisa menginap di sini atau dimana gitu kalau hanya 2 hari 2 malam? Bagaimana?” lanjut Claire.
“Aduh..” aku membuat alasan, “kalian tidak mau membuatku senang di liburan ini?”
“Mau dong.. tapi jangan berlebihan..” jawab Claire.
“Tolonglah.. ini kesempatanku untuk mendapat pengalaman baru..” ucapku, “membuat tugas, liburan, bersenang-senang bersama teman-teman..”
“Tapi aku kurang bisa menjamin segala sesuatunya,sayang..” kata Raven, bertingkah layaknya ibuku namun bukan.
“Baik!” aku membuat keputusan, “kalian bisa membawa beberapa SM deh!” (singkatan SM liat di chapter 10 jika lupa, nee?).
“Huh..” Claire menghela nafasnya.
          Karena saat kubilang mereka harus mengirim SM saat aku berpegian jauh sejak kecil, apa boleh buat Claire membolehkanku pergi. Lagian jika sampai kenapa-kenapa sama aku SM-nya sendiri yang kena hukuman. Hukuman terparah itu dibunuh *JEDOR. Menurutku berlebihan, huh tapi biarlah jika sudah dewasa saja nanti kulepaskan mereka. Semua SM dari dulu sudah sangat ramah padaku, mengawalku dan melindungiku. Saat aku dewasa nanti aku hanya akan menyuruh menjaga saja *LOH. Tidak ada hukuman seperti itu lagi.
# Di hari saat pergi.. di stasiun.. #
“Hati-hati..” ucap Claire dan memegang pundakku.
Aku tersenyum dan mengangguk. “Terima kasih..”
Raven hanya melambaikan tanganku dari jauh karena dia bilang tidak bisa mengantarku sampai jauh. Aku penasaran, dia aneh saat sejak diajak ke stasiun.
“Tenang, kita akan menjaganya” tiba-tiba Ciel datang.
Begitu pula senpai, “soal SM-nya dibatalkan saja ya..” ucap Snake-senpai.
“Kami berjanji tidak akan ada sesuatu terjadi padanya. Jika ada, bunuh aku saja” lanjut Ai-senpai dengan senyumannya pada Claire. “Kami ini kan sebagai kakak kelas bererta teman, bagaimana bisa membiarkan kejadian buruk pada teman?”
“Senpai..” aku bingung dan ling-lung.
“Yup. Percaya pada kami!” lanjut Snake-senpai tegas.
Ciel melanjutkan mengangguk.
Claire terlihat bingung. Namun dia lalu mengangguk. “Aku percaya pada kalian!”
Dan dia pergi dengan Raven dan SM lainnya.
Setelah itu kereta kita sudah datang dan kita naik kereta tersebut.
          Setelah beberapa jam kami naik kereta, akhirnya sampai disebuah daerah perbukitan. Langsung turun dari stasiun itu dan jalan kaki sekitar 1 km dan sampai di villanya.
“Wha..” Snake kagum melihatnya.
“Bagaimana? Bagus kan?” ucap Ai-senpai.
“Nggak.. capek jalannya..” jawabku ngos-ngosan.
“Tak apa lah. Akhirnya kita juga dapet panorama bagus begini” Ciel membela.
Kita pun masuk ke villa itu. Menaruh barang pribadi di kamar masing-masing. Hebatnya 1 anak 1 kamar jadinya menyenangkan. Selanjutnya pada punya acara sendiri, karena belajarnya itu masih besok. Lagian kan masih pada capek habis perjalanan.
Pertama, Ai-senpai malah mempersiapkan makan malam dan sibuk masak sendirian di lantai 1 (maklum villanya ada 2 lantai dan 1 lantai lagi untuk atap). Dan Snake-senpai malah jalan-jalan keluar karena disebelah villanya ada danau (kabarnya di seberang danau itu ada pulau misterius, hii). Kagetnya, Ciel setelah menaruh tasnya langsung ke kamar mandi, mengecek semua orang melalukan apa, dan berjalan dengan lambatnya ke kamarnya dan tidur. Ahaha, sepertinya dia ini tipe orang yang mudah capek seperti anak kecil yah, hohoho. Sedangkan aku, setelah lihat-lihat apa yang ada di sekeliling villa bersama Snake-senpai aku masuk ke kamar dan membaca novel (halah sudah biasa -,-“).
# Malamnya.. #
“Ciel belum bangun?” tanya Ai-senpai dan mempersiapkan piring di meja.
Snake-senpai menjawab, “belum” baru selesai dari kamar mandi.
“Eh eh, makannya pake apa?” ucapku menasaran.
“Rahasia!” jawab Ai-senpai, “hey kamu bangunin anak itu dulu!”
“Kau bicara sapa siapa,Ai?” Snake-senpai bertanya.
“Sama Cecil! Kalau kau, sini bantu aku saja!”
Dengan terpaksa aku naik ke lantai 2 untuk membangunkan Ciel.
Aku membuka pintunya dan menyalakan lampunya.
“Hey bangun..” ucapku pelan dari pintu.
Kurasa dia tidak mendengar jadi aku mendekat.
Saat kulihat wajahnya, sungguh Ciel itu makhluk yang menggemaskan rupanya.
Aku tersenyum, dan berkata sekali lagi, “Ciel, bangun..”
Dia tidak terbangun lagi, dan sebuah ide muncul di kepalaku. Aku mencubit kedua pipinya dan berkata, “bangun,bodoooh...” memperkeras cubitanku.
Ciel akhirnya mengkerutkan matanya dan membuka matanya itu kearahku. Dia berteriak kesakitan, “HEY!!”
Akupun melepaskan cubitanku dan berjalan kearah pintu dan berkata padanya, “jika ingin mendapat jatah malam malam, bangunlah sekarang, tukang tidur” dan pergi.
Ketika makanan sudah selesai kami menunggu beberapa menit sampai Ciel datang..
“Nah itu dia si tukang tidur..” ucap Ai-senpai.
“Mimpi apa kau,Ciel?” tanya Snake senpai, “tidur hampir 5 jam?”
“Banyak..” jawab Ciel dan duduk, “aku lupa semua” dan menguap.
          Kami akhirnya makan masakan Ai-senpai tadi yang berupa sebuah stew hotpot. Rupanya enak juga. Berhubung ini musim semi, stew itu adalah menu yang cocok. Setelah makan kita mengobrol sebentar. Dan Ai-senpai mengusulkan kita agar tidur, besok kita habiskan ¾ hari untuk belajar itu.
          Keesokan harinya aku mengambil laptopku di tas dan segera membagi tugas dengan yang lain. Aku belajar dengan Snake, dan Ciel dengan Ai-senpai.
          Saat sedang asik pakai laptop sendiri-sendiri tiba-tiba kami mendengar suara ledakan yang kencang dari luar villa. “DUOOOR!” kurang lebih begitu bunyinya. Kami langsung panik tingkat dewa dan berlari keluar dari villa untuk mengecek keadaan.
“H-hey! Semuanya lihat!” Snake menunjuk kearah pulau seberang sungai itu.
Kami semua pun melihat asap menyelimuti pepohonan.
“M-mengerikan..” ucapku takut sendiri, “apa itu?”
“Tertarik mengeceknya kesana?” kata Ciel menawarkan.
“Wah ide bagsu itu, Ciel-kun!” respon Snake-senpai semangat.
“Bodoh! Nanti kalau ada yang aneh-aneh gimana?! Ayo masuk villa lagi saja!” sambung Ai-senpai tidak setuju. Aku pun mengangguk, setuju pada Ai-senpai.
          Namun para anak laki-lakiitu langsung naik ke perahu kayu. “Ayo pergi! Kalian mau di villa sendiri? Bahaya juga lo!” ancam Snake-senpai untuk membuat kami, para anak perempuan untuk ikut juga. Akhirnya, kami naik pula, tidak punya pilihan.
          Di perjalanan menyeberangi sungai tersebut, diselimuti banyak kabut. Disana dingin pula, selain tidak bisa melihat dengan jelas. Snake-senpai dengan menggunakan tongkat kayu tebal mengarahkan perahu itu ke pulau misterius di sebrang. Ciel terlihat terpesona melihat kabut-kabut disekelilingnya namun melemah saat melihat air dibawahnya. Aku hanya takut, diam sendiri.
“Ok! Sampai juga akhirnya!” Snake senpai mengambil tarikan yang kuat dan mengikat perahu itu dengan tali yang sudah tersedia ke pohon.
Ai-senpai pun turun duluan, “kau benar ini tak apa?”
“Jangan khawatir, senpai. Kami berdua bakal melindungimu,kok” jawab Ciel.
“Jangan berlogat layak pahlawan dong” dilanjutkan aku turun dari perahu.
“Sudah sudah.. ayo masuk! Aku yang didepan!” ucap Snake dan memimpin didepan.
          Didalam hutan itu sangat gelap. Kabut bertambah, temperature-nya mendingin. Yang bisa kulihat hanya pohon-pohon tinggi. Berdoa dibawah tidak ada apa-apa. Aku menggenggam tanganku karena ketakutan dan kedinginan, ini seperti masuk ke rumah hantu sungguhan tidak seperti kemarin. Sepertinya Ciel melirik kearahku, “kau kenapa?” tanyanya tiba-tiba.
Saat aku mencoba melirik kearahnya, diatas Ciel aku melihat sebuah burung hitam. “KYAAA!!!” teriakku seketika dan tiarap karena takut.
Semuanya menjadi kaget karenaku. Mereka pun ikut tiarap.
“A-apa itu tadi, Cecil?” tanya Ciel berbisik.
“B-burung..” jawabku pelan, “burung hitam.. menyerikan..”
“Hey,Snake.. kurasa lebih baik kita pulang deh..” saran Ai-senpai.
Tubuhku bergetaran, seperti yang kalian tahu, aku takut gelap.
“Benar senpai..” sambung Ciel setuju, “badan Cecil mulai gemetaran..”
“H-hah? Kau kenapa,Cecil?!” Snake-senpai panik melihatku diam saja.
Pandanganku luruh kearah depan. Melihat kearah balik sesemak penuh duri. Samar-samar aku melihat manusia disana. Namun aku masih diam dengan tampang panik dan tubuh bergetar. Ciel tiba-tiba membua semak itu dengan berlahan, “(oh.. rupanya dia memperhatikan apa yang kulihat sekarang ini..)”
Kami pun memusatkan pandangan ke balik semak. Alangkah kagetnya, kami melihat 2 orang manusia tergeletak di tanah. Disebelah mereka ada sebuah bom yang telah diaktifkan dengan sekeliling mereka yang gosong karena ledakan.
“J-jangan-jangan.. mereka..” Snake senpai mendekati mereka.
“Snake!” Ai-senpai menyusul, “hati-hati!” dan memanggil sayangnya itu (?).
“M-mereka bunuh diri?” ucapku menebak, “dengan bom itu? Kenapa?”
Ciel ikut mendekati kedua gadis yang tidak bernyawa itu, “i-ini.. sebuah kertas?”
Karena mendengar perkataan Ciel, aku menyusul, “apa isinya?”
“Tolong berikan surat yang ada di tas warna biru didepan kami ini pada Papa dan Mama yang sekarang sedang ada di resort, kamar nomor 33.” Kami membacanya.
“Si-siapa mereka?” ucap Snake-senpai bingung.
Di kertas itu tertulis lagi, “Papa, Mama.. Sekarang Lala dan Lulu sudah tidak bisa memberi kutukan pada keluarga kita. Papa dan Mama bisa kembali menikah lagi. Buat Lala dan Lulu gembira di alam kami, kalian berjanji, ya?”
“K-kurasa aku tahu sesuatu tentang hal ini!” Ciel tiba-tiba berteriak.
          Kami pun segera meninggalkan pulau itu dan kembali ke villa. Disana pun kami meminta Ciel untuk berbicara apa yang dia ketahui tentang ini.
“Begini ya..” Ciel memulai.
“Jangan lama-lama!” potong Snake senpai, “kita masih harus kasih surat ini ke orang tua Lala Lulu lo? Ingat!”
“Iya iya” ucap Ciel, “anak itu adalah salah satu dari Anak Iblis. Aku pernah membaca di perpustakaan.. karena cerita merea mirip dengan Anak Iblis.. jadi..”
“Apa itu Anak Iblis?” sambung Ai-senpai dari kamar mandi, ketinggalan cerita.
“Anak Iblis itu adalah anak yang jarang terlahirkan. Kabarnya itu hanya mitos, tapi setelah melihat anak 2 tadi bunuh diri.. aku jadi yakin.”
“Loh? Kok 2 anak sekaligus?” tanyaku, penjelasannya dia tidak dimengerti.
“Sebentar..” Ciel kebingungan sendiri, “seingatku ya, anak iblis itu lahir 5 kali setiap abad, aku pun tak tahu kenapa. Selalu lahir kembar, dan memiliki karakteristik bisa membuat orang lain takut memandang mereka untuk yang pertama kalinya.”
“Lah lah.. hubungan sama orang tua mereka?” ucap Snake-senpai, memotong lagi.
“Saat anak iblis lahir, jika orang tuanya tidak bercerai mereka akan kena kutukan atau buruknya kematian. Ada beberapa cara menghindari kutukan itu, satu.. membunuh anak iblis itu, dua.. orang tua bercerai dan menjauhkan hubungan antar si kembar iblis tersebut. Jika tidak.. mereka semua akan selalu sial!”
Kami semua terlihat bingung, “He?”
GowGow_Bloogie@Ciel+Rima
“Rima-tan desu~”
“Ciel desu.. *sigh”
Rima : kenapa Ciel-kun? Tidak enak badan?
Ciel : *bergeleng* tidak enak episode GowGow_Bloogie kali ini
Rima : I-ini pasti karena ada aku ya?! *hiks
Ciel : b-bukan begitu..
Rima : lalu kenapa? Kau kednginan? Mau kupeluk?
Ciel : *shock* berhenti bercanda! Aku serius!!
Rima : berarti kamu mau kupeluk? *hug
Ciel : NGGAK!! *menjauh
Rima : *hiks* ngapain aja aku pasti salah.. sebenarnya apa salahku..?
Ciel : sebenarnya ini bagian soloku, tapi kenapa..
Cecil : HALOOOO!!!!
Cecil : maaf, nganggu kalian berduaan? Maaf tadi saya lewat wkwkwk
Ciel : KENAPA SEMUA KARAKTER DISINI!?
Rima : Haloo... *wave
Ciel : kamu juga, malah ikut nyapa sih?!
*Tutup Layar*

||-♫ ZAAW ♫-|| 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar