Beberapa minggu berlalu sejak festival itu. Ada juga
tes di sekolah. Dan hasil tesnya juga sudah dibagikan. Seperti biasa nilaiku
tidak ada yang kurang dari B+.
“Huhh..” aku memandang Ciel melihat hasil tesnya.
Aku penasaran dan bertanya padanya, “kenapa?
“Nilaiku ada yang B+.. huh..” ucapnya.
“Hah?” aku pun segera mengambil kertas itu. Saat aku
membaca tiada nilai lain selain A-, A, dan A+ “KAU GILA?!” ucapku iri.
“Kenapa?” ucapnya lagi.
Rasanya aku ingin merobek kertas itu, “NILAIKU LEBIH JELEK DARIMU!”
Saking kerasnya aku berteriak semua orang melinguk
kearahku. “Haaaa?!”
“Ops, kau berteriak terlalu keras” respon Ciel dan
mengambil kertasnya balik.
Semua orang langsung mengerubungi kita berdua.
“Nilaimu kenapa?!”
Mereka
semua sepertinya berpikir bahwa karena mereka sudah tahu nilaiku sempurna,
namun saat aku berteriak seperti itu mereka pikir Ciel melebihi drajatku. Yah,
itu benar. Aku langsung pergi dari ruang itu.
Karena hari ini hanya pelajaran
kosong, murid sepertiku yang lagi malas ini hanya diam di satu spot di sekolah.
“Huh.. aku malu
sama nilaiku..” ucapku di sebuah hutan (habis rindang banget sih) yang ada di
pojok sekolah, sendirian.
Tiba-tiba ada
seseorang menghampiriku, “Cecil..”
“A-ah! I-iya?”
kukira itu guru jadi aku langsung stand-by berdiri.
“Sedang apa kau
disini?” dan ternyata hanya Ai-senpai.
“Loh? Senpai
sendiri kenapa bisa sampai sini?!” tanyaku balik padanya.
“Belum tahu
hari ini SMA libur? Ahaha aku kesini mau lihat kamu lah..” jawabnya.
Aku tersenyum,
“wah.. aku terkenal juga yah.”
Tiba-tiba muka
Ai-senpai hitam, “enak saja! Jangan salah paham kau!”
“Thehehe, tapi
kenapa Ai-senpai disini mana Snake-senpai?” tanyaku lagi.
“Dia lagi nyari
Ciel.. biasa cewek sama cewek, cowok sama cowok..” dia tersenyum. “Oh iya tugas
kalian gimana? Kurang 1 bulan lagi lo?”
“Oh! Iya! (baru
inget aku*JEDOOR)” aku memukul kepalaku.
“Ha.. kau ini
pasti lupa,ya?” ucap senpai dan duduk di sebelahku.
“Yah begitulah
aku, pelupa..”
“Ingat lo, kalau
kalian menang guru bakal bangga dan jadiin kalian murid favorit mereka. Tapi
kalau kalian kalah mereka nggak senggan-senggan benci kalian.”
Aku menghela
nafasku, “hah.. aku sangat bingung..”
Tiba-tiba suara
Snake-senpai berteriak datang kearah kami, “YOO!!”
“Snake? Sudah
kau temukan Ciel?” tanya Ai-senpai.
“Ini!” jawab
Snake-senpai dan menarik tangan Ciel dengan paksa.
“Adoh ada apa
sih?!” Ciel berteriak, “aku mau makan!”
“Loh?” aku
melihat anak itu masih membawa tas plastik di tangannnya.
“Thehehe, yang
penting sudah kubawa anaknya kemari,kan?” ucap Snake bangga.
Akhirnya kami
ber-4 duduk di tempat itu. Ternyata Ciel mau makan donat yang ia taruh di tas
plastiknya itu.
“Soal persiapannya..”
Ciel berkata, “belum selesai!”
“Ya kalau gitu
selesaikan!” bantah Snake-senpai.
“Malas..” aku
dan Ciel tidak sengaja berbicara kompak.
“Huh.. dulu
kami juga malas dan lupa. Tapi setelah di hari terakhir sebelum dikumpulkan
kami buat setengah tenaga. Dan hasilnya cukup baik” cerita Ai-senpai.
“Mau belajar
apa saja masih bingung..” ucapku curhat.
“Kalau begitu
kita diskusikan bersama saja. Mumpung kita disini nggak pingin tip dan ongkos
pajak,dan lain-lain..” ucap Snake-senpai.
“Huh! Jual
mahal!” ucap Ai-senpai tidak memihak pacarnya itu.
“Lha memangnya
ada ide apa?” Ciel bertanya.
“Kapan kalian punya waktu?” tanya Ai-senpai.
“Ha?” aku
kaget, “senpai mau membantu kami?” tanyaku.
Ciel terlihat
senang juga disebelahku.
“E-eh.. tapi
bagaimana dengan tugas sekolah.. ekstrakulikuler..” namun Snake-senpai
menyangkal ide Ai-senpai, “nanti kita nggak sempat.. dan..”
“Sudahlah,Snake!
Pikirkan adek kecil kita!” Ai-senpai tetap bersemangat, “lihat.. mereka perlu
bantuan pro seperti kita, setuju?”
“Ayolah..” aku
dan Ciel berharap Snake mengubah keputusannya.
Snake-senpai
menghela nafasnya, “b-baiklah..”
Dan Ai-senpai
tersenyum padanya.
Setelah kami rembuk nanti kami akan
mengewa sebuah villa di luar kota saat liburan sekolah. Aku pikir, tak apa
karena Ayah sudah tiada jadi tidak ada yang menghalangku pergi (itu salah satu
kelebihan!). Dan kurasa itu akan menyenangkan. Maksudku, 2 malam 2 hari
berlibur hanya dengan teman-teman apa bukan hal yang mengasyikkan? Ayolah.. ini
akan menyenangkan! Kujamin!.
Kami menghabiskan waktu sampai jam
pulang. Liburnya akan dimulai 2 hari lagi. Jadi Ai-senpai yang akan mengurus
soal villanya dan membelikan tiket kereta saja untuk pergi kesana. Di rumah..
“Ayolah..
kumohon..” ucapku memohon.
Mereka berdua
tetap menggelengkan kepalanya.
“Pergi seperti
itu bisa saja berbahaya.. Cecil..” ucap Raven.
“Benar. Lagian
kan bisa menginap di sini atau dimana gitu kalau hanya 2 hari 2 malam?
Bagaimana?” lanjut Claire.
“Aduh..” aku
membuat alasan, “kalian tidak mau membuatku senang di liburan ini?”
“Mau dong..
tapi jangan berlebihan..” jawab Claire.
“Tolonglah.. ini
kesempatanku untuk mendapat pengalaman baru..” ucapku, “membuat tugas, liburan,
bersenang-senang bersama teman-teman..”
“Tapi aku
kurang bisa menjamin segala sesuatunya,sayang..” kata Raven, bertingkah
layaknya ibuku namun bukan.
“Baik!” aku
membuat keputusan, “kalian bisa membawa beberapa SM deh!” (singkatan SM liat di
chapter 10 jika lupa, nee?).
“Huh..” Claire
menghela nafasnya.
Karena saat kubilang mereka harus
mengirim SM saat aku berpegian jauh sejak kecil, apa boleh buat Claire
membolehkanku pergi. Lagian jika sampai kenapa-kenapa sama aku SM-nya sendiri
yang kena hukuman. Hukuman terparah itu dibunuh *JEDOR. Menurutku berlebihan,
huh tapi biarlah jika sudah dewasa saja nanti kulepaskan mereka. Semua SM dari
dulu sudah sangat ramah padaku, mengawalku dan melindungiku. Saat aku dewasa
nanti aku hanya akan menyuruh menjaga saja *LOH. Tidak ada hukuman seperti itu
lagi.
# Di hari saat
pergi.. di stasiun.. #
“Hati-hati..”
ucap Claire dan memegang pundakku.
Aku tersenyum
dan mengangguk. “Terima kasih..”
Raven hanya
melambaikan tanganku dari jauh karena dia bilang tidak bisa mengantarku sampai
jauh. Aku penasaran, dia aneh saat sejak diajak ke stasiun.
“Tenang, kita
akan menjaganya” tiba-tiba Ciel datang.
Begitu pula
senpai, “soal SM-nya dibatalkan saja ya..” ucap Snake-senpai.
“Kami berjanji
tidak akan ada sesuatu terjadi padanya. Jika ada, bunuh aku saja” lanjut
Ai-senpai dengan senyumannya pada Claire. “Kami ini kan sebagai kakak kelas
bererta teman, bagaimana bisa membiarkan kejadian buruk pada teman?”
“Senpai..” aku
bingung dan ling-lung.
“Yup. Percaya
pada kami!” lanjut Snake-senpai tegas.
Ciel
melanjutkan mengangguk.
Claire terlihat
bingung. Namun dia lalu mengangguk. “Aku percaya pada kalian!”
Dan dia pergi
dengan Raven dan SM lainnya.
Setelah itu kereta
kita sudah datang dan kita naik kereta tersebut.
Setelah beberapa jam kami naik kereta,
akhirnya sampai disebuah daerah perbukitan. Langsung turun dari stasiun itu dan
jalan kaki sekitar 1 km dan sampai di villanya.
“Wha..” Snake
kagum melihatnya.
“Bagaimana?
Bagus kan?” ucap Ai-senpai.
“Nggak.. capek
jalannya..” jawabku ngos-ngosan.
“Tak apa lah.
Akhirnya kita juga dapet panorama bagus begini” Ciel membela.
Kita
pun masuk ke villa itu. Menaruh barang pribadi di kamar masing-masing. Hebatnya
1 anak 1 kamar jadinya menyenangkan. Selanjutnya pada punya acara sendiri,
karena belajarnya itu masih besok. Lagian kan masih pada capek habis
perjalanan.
Pertama,
Ai-senpai malah mempersiapkan makan malam dan sibuk masak sendirian di lantai 1
(maklum villanya ada 2 lantai dan 1 lantai lagi untuk atap). Dan Snake-senpai
malah jalan-jalan keluar karena disebelah villanya ada danau (kabarnya di
seberang danau itu ada pulau misterius, hii). Kagetnya, Ciel setelah menaruh
tasnya langsung ke kamar mandi, mengecek semua orang melalukan apa, dan
berjalan dengan lambatnya ke kamarnya dan tidur. Ahaha, sepertinya dia ini tipe
orang yang mudah capek seperti anak kecil yah, hohoho. Sedangkan aku, setelah
lihat-lihat apa yang ada di sekeliling villa bersama Snake-senpai aku masuk ke
kamar dan membaca novel (halah sudah biasa -,-“).
# Malamnya.. #
“Ciel belum
bangun?” tanya Ai-senpai dan mempersiapkan piring di meja.
Snake-senpai
menjawab, “belum” baru selesai dari kamar mandi.
“Eh eh,
makannya pake apa?” ucapku menasaran.
“Rahasia!”
jawab Ai-senpai, “hey kamu bangunin anak itu dulu!”
“Kau bicara
sapa siapa,Ai?” Snake-senpai bertanya.
“Sama Cecil!
Kalau kau, sini bantu aku saja!”
Dengan terpaksa
aku naik ke lantai 2 untuk membangunkan Ciel.
Aku membuka
pintunya dan menyalakan lampunya.
“Hey bangun..”
ucapku pelan dari pintu.
Kurasa dia
tidak mendengar jadi aku mendekat.
Saat kulihat
wajahnya, sungguh Ciel itu makhluk yang menggemaskan rupanya.
Aku tersenyum,
dan berkata sekali lagi, “Ciel, bangun..”
Dia tidak
terbangun lagi, dan sebuah ide muncul di kepalaku. Aku mencubit kedua pipinya
dan berkata, “bangun,bodoooh...” memperkeras cubitanku.
Ciel akhirnya
mengkerutkan matanya dan membuka matanya itu kearahku. Dia berteriak kesakitan,
“HEY!!”
Akupun
melepaskan cubitanku dan berjalan kearah pintu dan berkata padanya, “jika ingin
mendapat jatah malam malam, bangunlah sekarang, tukang tidur” dan pergi.
Ketika makanan
sudah selesai kami menunggu beberapa menit sampai Ciel datang..
“Nah itu dia si
tukang tidur..” ucap Ai-senpai.
“Mimpi apa kau,Ciel?”
tanya Snake senpai, “tidur hampir 5 jam?”
“Banyak..”
jawab Ciel dan duduk, “aku lupa semua” dan menguap.
Kami akhirnya makan masakan Ai-senpai
tadi yang berupa sebuah stew hotpot. Rupanya enak juga. Berhubung ini musim
semi, stew itu adalah menu yang cocok. Setelah makan kita mengobrol sebentar.
Dan Ai-senpai mengusulkan kita agar tidur, besok kita habiskan ¾ hari untuk belajar
itu.
Keesokan harinya aku mengambil
laptopku di tas dan segera membagi tugas dengan yang lain. Aku belajar dengan
Snake, dan Ciel dengan Ai-senpai.
Saat sedang asik pakai laptop
sendiri-sendiri tiba-tiba kami mendengar suara ledakan yang kencang dari luar
villa. “DUOOOR!” kurang lebih begitu bunyinya. Kami langsung panik tingkat dewa
dan berlari keluar dari villa untuk mengecek keadaan.
“H-hey!
Semuanya lihat!” Snake menunjuk kearah pulau seberang sungai itu.
Kami semua pun
melihat asap menyelimuti pepohonan.
“M-mengerikan..”
ucapku takut sendiri, “apa itu?”
“Tertarik
mengeceknya kesana?” kata Ciel menawarkan.
“Wah ide bagsu
itu, Ciel-kun!” respon Snake-senpai semangat.
“Bodoh! Nanti
kalau ada yang aneh-aneh gimana?! Ayo masuk villa lagi saja!” sambung Ai-senpai
tidak setuju. Aku pun mengangguk, setuju pada Ai-senpai.
Namun para anak laki-lakiitu langsung
naik ke perahu kayu. “Ayo pergi! Kalian mau di villa sendiri? Bahaya juga lo!”
ancam Snake-senpai untuk membuat kami, para anak perempuan untuk ikut juga.
Akhirnya, kami naik pula, tidak punya pilihan.
Di perjalanan menyeberangi sungai
tersebut, diselimuti banyak kabut. Disana dingin pula, selain tidak bisa
melihat dengan jelas. Snake-senpai dengan menggunakan tongkat kayu tebal
mengarahkan perahu itu ke pulau misterius di sebrang. Ciel terlihat terpesona
melihat kabut-kabut disekelilingnya namun melemah saat melihat air dibawahnya.
Aku hanya takut, diam sendiri.
“Ok! Sampai
juga akhirnya!” Snake senpai mengambil tarikan yang kuat dan mengikat perahu
itu dengan tali yang sudah tersedia ke pohon.
Ai-senpai pun
turun duluan, “kau benar ini tak apa?”
“Jangan
khawatir, senpai. Kami berdua bakal melindungimu,kok” jawab Ciel.
“Jangan
berlogat layak pahlawan dong” dilanjutkan aku turun dari perahu.
“Sudah sudah..
ayo masuk! Aku yang didepan!” ucap Snake dan memimpin didepan.
Didalam hutan itu sangat gelap. Kabut
bertambah, temperature-nya mendingin. Yang bisa kulihat hanya pohon-pohon
tinggi. Berdoa dibawah tidak ada apa-apa. Aku menggenggam tanganku karena
ketakutan dan kedinginan, ini seperti masuk ke rumah hantu sungguhan tidak
seperti kemarin. Sepertinya Ciel melirik kearahku, “kau kenapa?” tanyanya
tiba-tiba.
Saat aku
mencoba melirik kearahnya, diatas Ciel aku melihat sebuah burung hitam.
“KYAAA!!!” teriakku seketika dan tiarap karena takut.
Semuanya
menjadi kaget karenaku. Mereka pun ikut tiarap.
“A-apa itu
tadi, Cecil?” tanya Ciel berbisik.
“B-burung..”
jawabku pelan, “burung hitam.. menyerikan..”
“Hey,Snake..
kurasa lebih baik kita pulang deh..” saran Ai-senpai.
Tubuhku
bergetaran, seperti yang kalian tahu, aku takut gelap.
“Benar
senpai..” sambung Ciel setuju, “badan Cecil mulai gemetaran..”
“H-hah? Kau
kenapa,Cecil?!” Snake-senpai panik melihatku diam saja.
Pandanganku
luruh kearah depan. Melihat kearah balik sesemak penuh duri. Samar-samar aku
melihat manusia disana. Namun aku masih diam dengan tampang panik dan tubuh
bergetar. Ciel tiba-tiba membua semak itu dengan berlahan, “(oh.. rupanya dia
memperhatikan apa yang kulihat sekarang ini..)”
Kami
pun memusatkan pandangan ke balik semak. Alangkah kagetnya, kami melihat 2
orang manusia tergeletak di tanah. Disebelah mereka ada sebuah bom yang telah
diaktifkan dengan sekeliling mereka yang gosong karena ledakan.
“J-jangan-jangan..
mereka..” Snake senpai mendekati mereka.
“Snake!”
Ai-senpai menyusul, “hati-hati!” dan memanggil sayangnya itu (?).
“M-mereka bunuh
diri?” ucapku menebak, “dengan bom itu? Kenapa?”
Ciel ikut
mendekati kedua gadis yang tidak bernyawa itu, “i-ini.. sebuah kertas?”
Karena
mendengar perkataan Ciel, aku menyusul, “apa isinya?”
“Tolong berikan
surat yang ada di tas warna biru didepan kami ini pada Papa dan Mama yang
sekarang sedang ada di resort, kamar nomor 33.” Kami membacanya.
“Si-siapa
mereka?” ucap Snake-senpai bingung.
Di kertas itu
tertulis lagi, “Papa, Mama.. Sekarang Lala dan Lulu sudah tidak bisa memberi
kutukan pada keluarga kita. Papa dan Mama bisa kembali menikah lagi. Buat Lala
dan Lulu gembira di alam kami, kalian berjanji, ya?”
“K-kurasa aku
tahu sesuatu tentang hal ini!” Ciel tiba-tiba berteriak.
Kami pun segera meninggalkan pulau itu
dan kembali ke villa. Disana pun kami meminta Ciel untuk berbicara apa yang dia
ketahui tentang ini.
“Begini ya..”
Ciel memulai.
“Jangan
lama-lama!” potong Snake senpai, “kita masih harus kasih surat ini ke orang tua
Lala Lulu lo? Ingat!”
“Iya iya” ucap
Ciel, “anak itu adalah salah satu dari Anak Iblis. Aku pernah membaca di
perpustakaan.. karena cerita merea mirip dengan Anak Iblis.. jadi..”
“Apa itu Anak
Iblis?” sambung Ai-senpai dari kamar mandi, ketinggalan cerita.
“Anak Iblis itu
adalah anak yang jarang terlahirkan. Kabarnya itu hanya mitos, tapi setelah
melihat anak 2 tadi bunuh diri.. aku jadi yakin.”
“Loh? Kok 2
anak sekaligus?” tanyaku, penjelasannya dia tidak dimengerti.
“Sebentar..”
Ciel kebingungan sendiri, “seingatku ya, anak iblis itu lahir 5 kali setiap
abad, aku pun tak tahu kenapa. Selalu lahir kembar, dan memiliki karakteristik
bisa membuat orang lain takut memandang mereka untuk yang pertama kalinya.”
“Lah lah..
hubungan sama orang tua mereka?” ucap Snake-senpai, memotong lagi.
“Saat anak
iblis lahir, jika orang tuanya tidak bercerai mereka akan kena kutukan atau
buruknya kematian. Ada beberapa cara menghindari kutukan itu, satu.. membunuh
anak iblis itu, dua.. orang tua bercerai dan menjauhkan hubungan antar si
kembar iblis tersebut. Jika tidak.. mereka semua akan selalu sial!”
Kami semua
terlihat bingung, “He?”
♪ GowGow_Bloogie@Ciel+Rima
♪
“Rima-tan
desu~”
“Ciel desu..
*sigh”
Rima : kenapa
Ciel-kun? Tidak enak badan?
Ciel :
*bergeleng* tidak enak episode GowGow_Bloogie kali ini
Rima : I-ini
pasti karena ada aku ya?! *hiks
Ciel : b-bukan
begitu..
Rima : lalu
kenapa? Kau kednginan? Mau kupeluk?
Ciel : *shock*
berhenti bercanda! Aku serius!!
Rima : berarti
kamu mau kupeluk? *hug
Ciel : NGGAK!!
*menjauh
Rima : *hiks*
ngapain aja aku pasti salah.. sebenarnya apa salahku..?
Ciel :
sebenarnya ini bagian soloku, tapi kenapa..
Cecil :
HALOOOO!!!!
Cecil : maaf,
nganggu kalian berduaan? Maaf tadi saya lewat wkwkwk
Ciel : KENAPA
SEMUA KARAKTER DISINI!?
Rima : Haloo...
*wave
Ciel : kamu
juga, malah ikut nyapa sih?!
*Tutup
Layar*
||-♫ ZAAW ♫-||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar