Aku yang akhirnya
telah selesai menerima telepon itu langsung menutupnya. Berpikir di benakku,
"apa Ayah membolehkanku pergi kesana?" dan "*sigh*" seperti
itu.
Berniat segera pergi
ke kamarku dan melanjutkan buku yang belum selesai aku baca kemarin malam, aku
membalikkan badanku. Ternyata Claire dan Ayah dari tadi memperhatikanku
bertelepon. Aku shock, ling-lung, pikiranku pun kosong, tak bisa berkata
apa-apa.
"Siapa itu,Cecil?" Ayah bertanya, "kamu mau
kerumahnya?"
Mendengar pertanyaan Ayah, aku jadi tambah tidak tahu mau ngomong
apa. "Te-teman sekelasku Ayah.."
"O-ouwh, jadi ada apa besok kamu mau ke rumahnya?"
Aku berlari ke
kamarku dan memberinya lembaran yang diberikan Tanaka-sensei (bagus, sekarang
sudah tahu namanya jadinya bisa memanggilnya dengan baik! by the way,
sebenarnya saya ini terkalahkan sama anak yang baru masuk sekolahku, dan dia
sudah tahu nama itu sebelumku!). "Ini Ayah, tolong dibaca!" aku pun
memberikannya pada Ayah.
Kurasa dia membacanya, "kalau begitu, aku permisi dulu. Aku
ingin membaca buku" lanjutku dan masuk ke kamarku untuk membaca buku.
Seperti yang aku
bilang, malam ini aku memutuskan untuk tidak makan malam. Jadi aku hanya
berdiam di kamarku, entah apa yang kulakukan, seperti membaca buku, mengerjakan
pekerjaan rumah (Home Work), atau menulis tidak jelas lagi.
Kamarku, seperti
yang bisa kalian bayangkan, merupakan kamar yang besar dan bergaya kuno. Karena
aku suka warna putih, Ayah memberiku warna-warna cerah untuk cat tembok, ubin,
dan perabotan lain. Sebenarnya dari dulu aku sangat ingin dibelikan kasur
single, namun hal itu tidak pernah terwujud karena Ayah selalu mengusulkan untuk
memakai double bed. Dipenuhi dengan renda-renda di atas bed-nya, selimut tebal
yang hangat, dan bantalku yang sangat besar, persis sekali seperti tempat tidur
seorang puteri raja. Sedangkan tentang lemari, karena bajuku terlalu banyak
jadi Ayah membuatkanku ruang ganti yang dipenuhi dengan segala baju, sepatu,
dan aksesoris lainnya di ruang gantiku yang lengkap. Soal kamar mandi, tidak
usah dibahas karena sebenarnya aku benci berada di kamar mandi, hal itu
mengingatkanku tentang hantu (aku benci hantu dan kegelapan). Selain itu,
hal-hal lain yang ada di kamarku adalah, meja belajarku yang cukup luas dan
coffee table&chair (tempat yang berada di sebelah jendela besar tempat aku
biasanya duduk disana dan coffee table itu tempat biasanya aku menikmati
cemilan soreku). Tidak ada computer atau TV seperti anak-anak lain karena
Ayahku lebih suka kesan yang berbau lama dan kuno. Aku biasanya menggunakan
laptop untuk mengakses internet.
"Cecil?"
Aku terbangun dari tidurku di meja, "ha-hah!?"
"Kau ini, tadi malam tidur jam berapa sih?" ternyata itu
Yuuka membangunkanku (kenapa sekarang anak ini jadi deket sama aku ya? aku
sendiri nggak nyadar.)
"Tak tahu.. mungkin jam 2 pagi?"
"Gila.. sudah bangun sana, jam sekolah sudah selesai. Masih
beruntung ya, guru yang masuk sini memaklumimu tidur di kelas karena kamu
pintar.."
"Begitu ya? ya sudah, makasih ya Yuuka.." jawabku masih
ngantuk “(aku sendiri pun tidak menyadari kalau aku tidur di kelas kok
sebenarnya)”. Aku berusaha bangun dan mengambil tasku.
Yuuka menghentikanku berdiri, "U.. rambutmu berantakan,
Cecil.."
Mendengar ucapannya aku langsung melek, "HA? rambutku?!"
segera aku membuka tasku dan mengambil kaca serta sisir.
Kaget, kurasa Yuuka benar, rambutku berantakan sekali. Aku
cepat-cepat menyisirnya, memastikan agar rambutku rapi kembali dan cepat-sepat
pulang. "Terima kasih Yuuka, kamu menyelamatkanku.."
"Ahaha, tidak masalah. Beruntung disini sudah pada keluar
semua, anak-anak yang lain."
Aku melihat sekeliling, memang tidak ada orang. "Kau
benar.."
Saat kami berdua berniat pulang, kami melihat Ciel masuk ke kelas,
membawa 3 botol Sprite. "Loh? kalian belum pulang?" tanyanya.
Rasa kantukku datang kembali, aku yang akan menguap bersembunyi
dibalik badan Yuuka.
"Belum, ini mau pulang.. Ciel.." jawab Yuuka semangat.
"Oh begitu.." ucap Ciel, "kalau begitu, Cecil ayo
ikut aku!"
"Hah? ikut apa? (aku mau cepat-cepat pulang dan tidur!)"
jawabku malas.
"Lupa hari ini akan ke rumahku? Ini penting, kan?"
ucapnya dan menyangklong tasnya.
"Apa ya?" aku berpikir, otakku lupa semua karena aku
ngantuk.
Yuuka menjawab spontan, "wah? mau ke rumah Ciel? ngapain nih,
ada urusan??"
Ciel tersenyum dan berkata, "iya, dari guru kok."
"Aku ikut dong...!" tiba-tiba Yuuka merengek ingin ikut.
Aku yang malas mendengarkannya akhirnya pergi sendiri.
Sebenarnya Ciel
terus memanggilku, "Cecil! mau kemana kau?" namun aku tidak
menjawabnya. Ok, lama-lama aku kasian sama dia. Jadi aku berjalan balik dan
setuju pergi ke rumahnya. Yuuka yang terus merengek akhirnya ikut juga. Kami ke
rumah Ciel naik mobil jemputannya.
"Wah, Ciel-kun.. anak orang kaya ya?"
"Ga-gak kok, biasa saja.."
"*yawn* duh, sebenarnya ini bener-bener tidak sopan.. tapi,
aku ngantuk gila!" pikirku berusaha menghentikan ngantukku di mobil. Tapi
terkadang malah hampir ketiduran karena kursinya benar-benar nyaman dan AC-nya
benar-benar menyejukkan.
"Young master, kita sudah sampai" sopir didepan
berbicara.
"Oh, iya. Makasih" Ciel menjawab dan memberi isyarat
agar kita segera turun.
Yuuka berteriak, "uwaaaaah, besar sekali! ini mansion
ya?"
"Ahaha, mungkin.." ucap Ciel dan berjalan masuk ke
rumahnya. "Anggap seperti rumah sendiri ya,"
Kami bertiga masuk
ke sana. Suasananya menurutku biasa saja, "ternyata dia kaya ya?"
pikirku. Tiba-tiba seseorang anak perempuan turun dari tangga, dia memakai baju
pink muda penuh pita dan renda. Dan ia berteriak..
"Ciel! Kau lama sekali!" berlari kearah Ciel dan
memeluknya.
Kami berdua shock, maksudku.. anak perempuan itu terlihat seumuran
dengan kita dan dia memeluk Ciel. Aneh saja.
"Ri-rima! berhenti memelukku! kau mempermalukanku!"
ketus Ciel dan melepaskan anak perempuan itu darinya.
Rima, sepertinya itu namanya. Dia melihat kami berdua, wajahnya
yang sangat imut, manis, dan kekanak-kanakan membuat kami kaku melihatnya. Dia
bertanya, "ini temanmu, Ciel?" dengan manisnya.
Aku penasaran, dia
ini siapa.
||-♫ ZAAW ♫-||
||-♫ ZAAW ♫-||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar