“Haaah..” aku berbaring di kamarku yang baru. Aneh, sepertinya aku
lebih senang situasi sekarang daripada yang dulu.
Situasi kamarku yang dulu itu kesannya
sangat damai tapi aku tak merasa sebegitu damai layaknya sekarang. Sekarang,
aku bisa menikmati bulan dan bintang secara nyata karena di kamarku itu sengaja
dibuat lubang keluar. Jadi saat pagi juga, lubang itu yang membangunkanku
dengan cara memperlihatkan betapa terangnya matahari. Kalau dulu kan harus buka
jendela dulu.
“Cecil..”
Raven masuk ke kamarku sambil membawa sebuah kardus.
“Ah..Raven”
aku bangun dari tempat tidur, “ada apa?”
“Bukalah..”
jawabnya dan memberikan kardus itu padaku.
“Ba-baik..”
dan dengan berlahan aku membukanya.
“Jadi,bagaimana?”
ucap Raven dan tersenyum padaku.
“I-ini..”
aku mengambil hal berwarna hitam dari kardus itu,”ini kan seragam sekolahku?”
“Hehe,
besok.. kembali sekolah ya?”
“Iya!”
walau didalam hatiku aku hanya ingin masuk ketika ada ulangan.
Jadi malam itu Raven memberiku
motivasi, namun kurasa motivasi itu masuk dari telinga kanan dan langsung
keluar lewat telinga kiriku. Tak kusangka akhirnya bisa berangkat lagi. Oh iya,
dan kurasa lensa kontakku sudah out of date. Parah! Bagaimana ini!.
“Claire!
Claire!” aku bangun pagi-pagi karena mimpi buruk kalau tidak memakai lensa
kontak, dan berlari ke kamar Claire.
“Oh..”
Claire langsung membuka pintunya, “aku tahu kenapa kau kesini”
“Oh
ya? kenapa?” jawabku dengan tubuh terpegah-pegah.
“Lensa
kontak, benar?” Claire menjawab dengan wajah datar.
“Lha
iya!” ucapku berteriak, “apa yang harus kulakukaaan,Claire?!”
“Bagaimana
kalau kita mencoba penutup mata itu lagi?” saran Claire.
“Hah?!
Kau gila?!” aku tidak setuju, “aku tidak mau!”
“Yasudah
kalau begitu tidak usah pakai saja..” jawab Claire dengan santai.
“Hey!”
aku menarik tangan Claire, “ayolah.. kumohon.. kau harus membantuku..”
“Yah,
bagaimana juga aku ini harus membantu Young Lady. Tapi jika memang dalam
kondisi seperti ini.. apa boleh buat?” ucap Claire padaku.
“Kumohon..”
aku terus memohon.
“Namun,
kau ingat Lady.. kita ini sudah bukan ada di mansion. Jadi aku menafsirkan..
Young Lady harus menerima hidup menjadi orang biasa” terangnya.
“Tidak”
jawabku datar.
“Apa
maksudmu?” Claire tidak mengerti ucapanku.
“Ayah
masih punya simpanan gudang harta di Inggris, Korea, Kutub, Cina, Mesir,
Yunani, dan.. erm, dimana lagi ya?” ucapku menerangkan.
Wajah
Claire berubah tanpa ekspresi.
“Jadi..
kita bisa mengambil salah satu, kurasa aku menyimpan supir jet Ayah dan
lain-lain, jadi tak masalah!”
“Waw,
sudah bertahun-tahun aku bekerja disana namun tak ada yang kuketahui” jawab
Claire.
“Nah..
hari ini tak apa lah nggak pakai lensa kontak, tapi ya Claire” aku
memanggilnya.
Claire
menjawab, “kenapa?”
“Jika
heli-nya sudah datang belikan kontak lens!” perintahku.
“Heli?
Maksudmu helikopter?” ucap Claire sedikit bingung.
Aku
mengangguk, “nah.. aku berangkat dulu!”
Aku langsung keluar dan pergi ke
sekolah. Hah.. benar sih rumahku yang sekarang ini tanpa supir dan lain lain,
namun setidaknya bisa jalan kaki lebih sehat.
#
Sampai di sekolah #
“Ohayoou~”
ucapku di dalam kelas.
Semua
orang melihatku, dan mereka terkejut. “Cecil! Kau tak apa?” mereka menyerbu
kedatanganku dengan banyak pertanyaan.
Aku
kaget, ini pertamanya aku jadi pusat perhatian.
“Aku
khawatir loh.. kamu nggak masuk!”
“Bagaimana
kabarmu? Baik kan?”
“Sekarang,
apa yang kau lakukan? Aku turut berduka ya..” ucap teman-teman.
“Wah..
ceritanya panjang sih tapi..” jawabku dan menutupi mata kiriku.
“Nyaaah!!
Cecil!!” Yuuka yang melihatku langsung memelukku.
“Yuuka..”
aku memeluknya balik.
“Oh..”
Yuuka memperhatikan wajahku.
Aku
bertanya padanya, “ada yang aneh?”
“Iya,
matamu kenapa? Keculek?” tebaknya.
“I-itu..”
aku menyangkalnya dan pergi ke tempat dudukku. Disana aku juga melihat Ciel.
“Oh,halo”
ucapnya datar sambil membaca sesuatu.
Aku
menutupi mataku dengan tangan kiriku, “halo juga.”
“Matamu?
Kenapa?” tanyanya.
“Tak
apa” ucapku dan duduk, mengambil notesku.
“Oh
ya? Coba kulihat" jawabnya dan melanjutkan membaca.
Tiba-tiba
aku teringat akan sesuatu, “(Ciel? Dia pun pernah mengucapkan hal yang sama
saat aku memakai penutup mata putih
itu!)” pikirku. “Sudahlah.. tak perlu mencampuri urusan orang” saranku dan
menulis di notesku, “cih”.
Ciel
berdiri dan mendekat kearahku.
Aku
menutup notesku dan melihat kearahnya, “apa?”
“Bohong”
ucapnya dengan tampang imutnya.
“Sudahlah..”
aku mengencangkan tangan kiriku agar tidak terbuka.
Tiba-tiba
Ciel menarik-narik tangan kiriku agar terlepas dari mata kiriku, “hey! Ciel
hentikan!” ucapku memohon padanya. Yang lain pun terus memperhatikan kami.
“Nggak
bisa, coba kulihat dulu!” dan dia berhasil membuka tangan kiriku.
Namun
aku tetap menutup mata kiriku itu.
“Kenapa,matamu?”
ucapnya padaku.
“Aku
tak ingin kau tahu!” jawabku dan sebal.
“Ayolah..
Cecil..” wajahnya berubah menjadi wajah memelas.
“Hoi!
Memang dengan tampangmu yang sok imut itu aku bisa membuka—“ dan tidak sengaja
aku membuka mataku ini.
Ciel
terkejut. “Matamu..!”
Aku
juga terkejut dan menutup kedua mataku dan menunduk, “pergi!”
Anak
itu lalu hanya duduk di kursinya, diam.
Karena
bingung mau bicara apa aku membawa tasku keluar pergi dari sekolah.
Ciel
lalu mngikutiku, “hey! Cecil! Ciel!” dan Yuuka hanya berteriak memanggil kami,
namun kurasa itu tidak berguna bagi siapa saja.
“Cecil!
Tunggu!” aku mendengar Ciel berlari di belakangku.
Namun
aku tak berhenti berlari, “jangan mengikutiku!”
Sampailah aku di sebuah hutan. “*gasp
gasp*” kurasa aku tidak bisa berlari lagi. Dan aku memutuskan untuk duduk di
bawah rumput.
“(Gawat..
Ciel sudah tahu tentang mataku.. Maafkan aku Ayah, aku tidak bisa menyimpan
rahasia ini.. benar-benar minta maaf..)” ucapku dalam hati.
“Cecil..”
tiba-tiba suara Ciel kembali datang.
“A-apa
yang kau lakukan disini? Pergi!” jawabku dan berteriak.
“Tu-tunggu..”
dia memohon. “Ada sesuatu..”
“Apa?
Setelah itu pergi!” ucapku dan berbalik, tidak menghadap kearahnya.
Ciel
memegang pundakku, “hey,mata violetmu itu.."
“Ada
apa dengan itu?” ucapku malas berbicara dengannya.
“Ada
seseorang yang memberitahuku.. jika aku melihat orang yang mata kirinya sama
denganku..” Ciel berusaha menerangkan.
Aku
menahan ucapannya, “sudahlah! Aku tak ingin membahas itu!”
“Dengarkan
aku dulu!”
“Hemp”
aku terpaksa mendengarkannya.
“Tapi,
berarti dulu kamu pakai kontak lens ya?”
” (Sial,
rahasiaku terbuka!) itu bukan masalahmu!”
“Tapi
kenapa?” tanyanya.
“Ayahku
menyarankan untuk menutupinya” jawabku.
“Oh,
I see.”
Tiba-tiba
dia berhenti tak berbicara.
Karena
penasaran aku membalik kearahnya, “kenapa? Kok diam?”
“Kau
tahu foto ini?” dan dia mengeluarkan sebuah foto dari tasnya.
Aku
mengambil foto itu, “tu-tunggu..”
“Nah..
kapan-kapan bertemulah dengan Ibuku, ok?” dia mengambil kembali kertas itu dan
pergi. “Eh, kamu nggak ke kelas lagi?” ajaknya.
Aku
bergeleng.
“Hmm,
baiklah. Aku akan bilang kau tak enak badan,ya?”
“I-iya,
kumohon bilang begitu. Terima kasih,Ciel..”
Ciel
tersenyum padaku, “sama-sama” dan pergi.
Aku
berpikir sejenak, “kurasa.. wajah itu tak asing bagiku”
Karena membolos sekolah aku tak tahu
harus kemana. Jika pulang duluan nanti dikira membolos sekolah, namun aku tak
mau kembali ke sekolah setelah kejadian aneh itu sampai besok. Haah, aku
bingung. Jadi kuputuskan untuk diam disitu saja sampai jam sekolah habis.
# 5
jam kemudian, saat jam sekolah selesai #
“Cecil!
Cecil!” seseorang memanggilku.
Aku
kaget, dan segera berdiri mengambil barang-barangku untuk pergi. Jangan sampai
ketahuan siapa-siapa.
“Hey!
Kenapa kau malah lari?” lalu ternyata itu hanyalah suarah Yuuka.
“Yuuka..”
aku berbalik kearahnya, “*sigh”
“Kenapa?”
tanyanya.
“Aku
baru saja mau pulang..” lanjutku.
Dia
tersenyum padaku, “aneh,kau ini.. pasti dari tadi bersembunyi disini,kan?”
“I-iya..
kau pasti tahu dari Ciel, IYA KAN?”
“Benar..
tapi tenang dia tidak membicarakannya ke siapa-siapa kecuali aku,kok!”
“Baguslah..”
ucapku lega.
“Tsurara,
kau sudah menemukannya?” tiba-tiba suara anak itu juga terdengar.
Yuuka
menjawab, “iya, Cecil masih disini..”
“Hmm,
bagus lah..” ucap Ciel melanjutkan.
“Hey,
kurasa aku harus pulang dulu deh..” aku berkata ingin segera pulang.
“Loh?
Terburu-buru sekali?” jawab Ciel, “padahal aku sudah bilang jemputnya nanti
saja loh, jahat kau Cecil..”
“Oh
iya, setelah bencana itu, kau tinggal dimana,Cecil?” tanya Yuuka.
“Hmm..
aku sendiri bingung menjawab apa.” jawabku, “anggap saja aku tinggal dirumah
kenalanku.. yah benar mungkin begitu..”
“Sudahlah,
kita ngobrol sebentar disini dulu” ucap Ciel dan duduk sambil mengambil makanan
dari tasnya.
“Uwu...”
Yuuka langsung bersemangat melihat makanan yang dibawa Ciel, “apa yang kau
bawa,Ciel-kun? Masakannya siapa?”
“Banyak..
pilih sendiri!” jawab anak laki satu itu, “kira-kira siapa dong?”
“Pasti
Rima...” tebakku.
“Salah,
Ibuku!” Ciel menjawab, “kemarin dia sempat mampir kerumah karena ulang
tahunku.. jadinya bikin makan begini deh”
“Loh?
Memangnya Ibuku nggak selalu tinggal sama kamu?” tanya Yuuka.
Ciel
mengambil salah satu makanannya dan mengangguk.
Tiba-tiba
aku melihat Tamago Sushi. “E-eto..”
Dan
semua orang melirik kearahku, “kau kenapa,Cecil?”
“I-itu..
Tamago Sushi kah?” ucapku dan terus menatap makanan itu.
Ciel
mengaangguk.
Yuuka
mengambil sumpit dan menyumpit satu tamago sushi itu dan
menggoyang-goyangkannya kearahku, “thehe.. kena kau,Cecil!”
“Berikan
sushi itu padaku!” ucapku dan langsung memakan tamago sushi didepanku itu.
“Adoh..
kau ini ternyata dari sushi yang lain milihnya yang tamago sushi saja ya..”
ucap Ciel dan memakan tako-sushi.
“Hmmmmm”
aku tak bisa berhenti merasakan nikmatnya, “oishii~♥”
#
Sampai dirumah #
“He?”
ucapku mlogo sendiri di depan pintu.
Alangkah herannya ada seseorang yang
menulis memo untukku di depan pintu yang bertulis, “kami berdua akan pergi
belanja di mall. Cecil, jaga rumah ya~ jangan lupa pintunya selalu di kunci dan
kami taruh kunci cadangan di bawah pot pink. Raven.” Aduh.. mereka ini (dasar
ibu-ibu, hobbynya ke mall juga,ya?. Segera aku mencari kunci itu dan membuka
pintu).
Setelah sampai di dalam aku menaruh
sepatuku dan masih memakai kaos kakinya dan melempar tasku di kursi ruang tamu.
“Aku lapar~ aku lapar~ aku lapar~” dan berjalan dengan gaya aneh sambil
bernyanyi itu. Aku berpikir sehendaknya mereka meninggalkan makan malam
untukku, namun tidak. Dan sepertinya makanan yang ada hanya, “ramen telur!” aku
pun mengambilnya dari lemari.
Pertama aku membuka bungkusnya dan
menyiapkan piring. Mengisi panci dengan air dan menyalakan kompor. “A-api..”
sejenak aku berpikir, api ini mengingatkanku tentang mansion dan Ayah. Namun
aku menghapus pikiranku itu dan melanjutkan memasak.
Tiba-tiba
hand phoneku bunyi, dan aku mengangkatnya. “Halo?”
“Cecil,
ini aku Claire..”
“Oh,Claire.
Dimana saja kau?”
Claire
menjawab, “aku menemani Raven belanja. Sudah pulang? Sudah makan?”
“Hey
hey, logat bicaramu seperti Ibuku saja?”
“Hmm,
kurasa memang aku pengganti Ibumu,Cecil..”
“Heeey..”
tiba-tiba suara seseorang muncul, “Cecil?”
Aku
menjawab, “iya, ini suara siapa ya?” di telepon.
“Ini
Raven.. kau sudah makan,Cecil?”
“Ya
ya.. aku sedang membuatnya sekarang..” (oh ternyata Raven).
“Maaf
ya tadi kami terburu-buru dan tidak meninggalkan makan untukmu. Hati-hati
memasak ya.. pasang mata dan telingamu agar tidak menjadi fatal!” ucapnya.
“Baik..”
responku datar.
“Hati-hati
di rumah!.. bye Cecil!” Raven menutup teleponnya.
“Huh..”
aku juga menutup teleponku dan berjalan ke dapur lagi. Namun saat sampai disana
ada SMS masuk ke hand phoneku.
Aku
membacanya, “aku lupa,Cecil! Tadi sudah kutelepon orang yang bertanggung jawab
dengan harta Ayahmu di Korea. Kalau kau mau ambil telepon saja dia dan 30 menit
uangnya akan ke-transfer ke kartu ATM yang ada di meja kamarmu. Baru dibuatkan
tadi, pinnya ada di sebelahnya. Tolong jaga baik-baik. Jangan dihabiskan, walau
banyak namun jangan serakah memakainya.”
“Oh..
dari Claire..” selesai.
#
Keesokan harinya, dan kontak lensku sudah ada kembali! #
Rasanya pagi ini suasana sekolah beda.
Banyak sekali orang-orang mengerumpi tentang hadiah. Memangnya hadiah apa sih?
Pikirku.
“Pagi,Cecil!”
ucap Yuuka menyapaku.
“Pagi..”
jawabku dan tersenyum, menaruh tasku di tempat biasa.
“Pagi,
Cec” ucap Ciel juga.
“Ya,pagi”
aku menjawab.
“Oh
iya.. apa hadiah yang kau dapat, Cecil?” tanya Yuuka tiba-tiba.
“Ha-hadiah?”
aku hanya ling-lung.
“Iya!
Hadiah natal! Kau dapat apa?” tanya Yuuka lagi.
“E-eto..”
aku mengingat sebentar, (oh iya kemarin tak ada yang ingat tentang itu!)
“Kenapa?”
ucap Ciel menyambung.
Aku
menjawab pada mereka berdua, “anggota rumahku nggak ada yang ingat kemarin
tanggal 25.. atau mungkin aku yang ditinggal mereka seharian dan mereka pulang
saat aku sudah tidur ya?”
“Salahmu
sendiri lah kalau begitu.. xixixi” ucap Yuuka tertawa, “nah kalau kau gimana,
Ciel-kun?”
“Aku
ya?” dia berpikir sejenak, “hmm banyak. Aku lupa.”
Kami
berdua berteriak, “haa?”
“(maklum..
tahun lalu pun aku juga sampai lupa hadiahku apa saja)” pikirku dalam hati.
“Yuuka!
Kesini sebentar!” tiba-tiba ketua kelas memanggil Yuuka.
Dan
Yuuka pun menjawab, “Ya!” dan berkata pada kami, “sebentar ya!”
Kami
berdua mengangguk dan ia pergi.
“Ahaha,
salah sendiri jadi wakil ketua kelas.. sibuknya..” tuturku.
“Benar
juga” jawab Ciel singkat. “Hey, Cec..”
“Apa?”
jawabku cepat.
Ciel
menatap wajahku dengan tampang datarnya.
“Hey,
ada apa? Kok ngelihat aku dengan tampang aneh gitu?” tanyaku.
Dan
di menunjuk kearahku, “itu kontak lensnya sudah ada?”
“Iya
sudah!” jawabku dan berpaling dari arahnya.
“Hemp”
Ciel tersenyum.
“Apa?”
aku penasaran dan melihat kearahnya lagi.
“Tak
apa..” jawab Ciel dan membuka sebuah kertas, “oh? Apa ini?”
Aku
tambah penasaran dan merebut kertas yang ia pegang, “apa ini?”
Disana
tertulis, “Pekan Festival Hantu”.
“...”
aku langsung kaku tanpa suara.
“Kenapa
kau?” Ciel melihat ke mukaku yang diam membeku.
Aku
menggelengkan kepalaku dan mengembalikan kertas itu.
“Hmmm”
Ciel membacanya, “sepertinya menarik. Mau kesini?”
Sekali
lagi, aku menggelengkan kepalaku. Masih diam membeku.
“Hey!”
dia menggoyangkan pundakku, “kau kenapa sih?”
“Tak
apa” jawabku singkat dan keluar dari kelas.
Namun
saat sampai di pintu aku berteriak kearahnya, “aku tak mau kesana!”
“He?”
Ciel hanya terlihat kebingungan.
“Hemp! Ciel bodoh!” omelku di hall
sekolah. Aku berbicara pada diriku sendiri di perjalananku menuju kamar mandi
itu, “huh! Sudah tahu aku benci gelap masih saja mengajakku ketempat gelap
begitu! Hiih!!” omelku sendiri. Namun saat sudah berjalan 600m dari kelas bel
berbunyi. Aku membatalkan niatku ke kamar mandi dan kembali ke kelas.
“Jadi,
mau pergi kesana?” tanya anak itu lagi saat pelajaran berlangsung.
Tiba-tiba
ada guru lewat. Karena kita sedang mengerjakan sebuah tugas dan Ciel masih
santainya mengajakku ngomong sambil megang kertas itu dengan tenang guru itu
mengambilnya. “Apa ini?” ucap guru fisika yang terkenal galak itu.
“Oh
tidak!!” pikir kita berdua, kurasa yang ada di dalam pikiran sama.
“Festival
Hantu..?” guru itu membaca, “he? Ada grosir kostumnya juga?!”
“Duh..
jangan-jangan nanti kita dimarahin..” pikirku dalam hati.
“Kalian
berdua!” dengan muka semangat guru itu melihat kearah kita.
Dengan
kompak kita menjawab, “i-iya?”
“Ibu
punya sebuah permintaan.. untuk kalian!” lanjutnya.
Akhirnya saat istirahat kami disuruh
pergi ke ruang guru untuk menemuinya. Karena tadi dia bilang sifatnya pribadi
makanya nggak berani ngomong di kelas. Dan saat kami sampai disana..
“HAH?!
Jadi ibu pingen kita beliin kostum Oni untuk ibu?!” teriakku.
“Ya
ampun..” lanjut Ciel masih belum percaya.
“Aduh..”
ibu fisika itu menjawab, “Ibu tahu itu aneh untuk seumuran Ibu.. tapi Ibu minta
tolong, yah!” ucapnya memohon.
“Sebenarnya
sih bisa Bu.. tapi..” jawab Ciel.
“Tapi
kenapa Ciel?” Ibu itu menunjukkan wajah memohonnya.
“Kenapa
tidak Ibu beli sendiri saja?” sambungku.
Ibu
fisika itu menghela nafasnya, “kalian tahu kan.. kalau yang beli Ibu sendiri
nanti dikira aneh.. ayolah.. Ibu minta bantuan kalian!”
“Ya
sudah deh” ucap Ciel memutuskan.
“Ha?”
aku berteriak. Dan berteriak dalam hati, “(kalau gitu aku bakal kesana dong?!
Ke festival penuh kegelapan dan hantu?! TIDAK!!”
Saat kami keluar dari ruang guru, Ciel
tertawa keras dan memasukkan uang dari Saki-sensei. “Ahahahaha!! Aku masuh
belum percaya deh!” ucapnya dan berjalan lebih kencang ke kelas. Sedangkan aku
malah diam dan berjalan pelan.
“Hey?
Kenapa?” tanyanya.
“Aku..
takut..” akhirnya aku memberitahu apa yang di benakku.
“Takut
apa?” jawabnya kebingungan.
“Kau
lupa,ha!?” ucapku teriak, “aku takut gelap!!”
“Oh..”
Ciel bertampang datar. “Iya aku lupa. Maaf ya” dan akhirnya diam.
Sekolah akhirnya selesai. Dari
kecelakaan itu dari tadi Ciel nggak ngomong apa-apa sama aku. Dan ditanya sama
yang lain juga jawabnya hanya sebuah kata singkat. Dia menghindar dariku. Namun
apapun itu, besok juga kita ketemu jadi kukira tak masalah. Aku tadi hanya
memastikan kalau dia ingat atau tidak tentang kelemahanku, bukan memarahinya.
“Tapi
apa ucapanku terlalu kencang ya?” ucapku menyela pekerjaanku, membuat tugas
untuk minggu depan, “huft..”
Aku
mengambil hand phoneku dan memeriksa kontak Ciel. “Apa kutelepon saja ya? mungkin dia ngira aku marah sama dia..”
pikirku.
Tiba-tiba,
hand phoneku berbunyi dan “CIEL” ada di keterangan peneleponnya.
“Halo?”
langsung kuterima panggilan tersebut.
“Halo,Cecil?”
jawab anak itu ditelepon.
“Iya,
ada apa ya?” aku mengimutkan suaraku agar terdengar tak marah.
“Kamu
nggak apa?” tanyanya, “tentang tadi pagi..”
“Sudah..
aku nggak bermaksud membentakmu kamu. Maaf..” aku menjelaskan.
“Bener
ya?” Ciel berusaha menyakinkanku, “bagus lah..”
“Iya.
Kalau gitu besok kita langsung ketemu di tujuan ya!” ucapku padanya.
“Jadi
kamu mau pergi ke festival hantu itu?” tanyanya.
“Iyalah”
jawabku.
“Ok!
Kutunggu!”
“Ya!” dan kami menutup telepon itu.
Setidaknya
aku beruntung dia yang menelepon bukan aku. Dengan begini, besok kita bisa
dengan tenang pergi kesana J.
♪ GowGow_Bloogie@Cecil+Yuuka
♪
+ Staff
“Cam
cam, Cecil here!”
“Yuuka
si gadis cantik juga disini! Nyaha!”
Cecil : Hmm, sekarang bagianku denganmu..
Yuuka : Iyup! Ada masalah kah?
Cecil : Ada. Jika denganmu aku tak punya topik
untuk dibicarakan.
Yuuka
: yeeh, sana protes sama staff!
Cecil : (teriak ke staff) Oi! Staff!
Staff : Ya?
Cecil : Kapan-kapan berikan bagian privat untukku
lagi!
Staff : Iya,iya.. minggu depan ya?
Yuuka : hah.. saya dikucilkan malah disini..
Cecil : Sip! Akan kukorupsi ini acara... xixixi
“Hah..
saya bosan! Ayo berhentikan acaranya! ß
Yuuka”
“He? Secepat itu? ß
Cecil”
||-♫ ZAAW ♫-||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar