Sabtu, 07 Januari 2012

24th Desembers - Chapter 13


“Haaah..” aku berbaring di kamarku yang baru. Aneh, sepertinya aku lebih senang situasi sekarang daripada yang dulu.
          Situasi kamarku yang dulu itu kesannya sangat damai tapi aku tak merasa sebegitu damai layaknya sekarang. Sekarang, aku bisa menikmati bulan dan bintang secara nyata karena di kamarku itu sengaja dibuat lubang keluar. Jadi saat pagi juga, lubang itu yang membangunkanku dengan cara memperlihatkan betapa terangnya matahari. Kalau dulu kan harus buka jendela dulu.
“Cecil..” Raven masuk ke kamarku sambil membawa sebuah kardus.
“Ah..Raven” aku bangun dari tempat tidur, “ada apa?”
“Bukalah..” jawabnya dan memberikan kardus itu padaku.
“Ba-baik..” dan dengan berlahan aku membukanya.
“Jadi,bagaimana?” ucap Raven dan tersenyum padaku.                                          
“I-ini..” aku mengambil hal berwarna hitam dari kardus itu,”ini kan seragam sekolahku?”
“Hehe, besok.. kembali sekolah ya?”
“Iya!” walau didalam hatiku aku hanya ingin masuk ketika ada ulangan.
          Jadi malam itu Raven memberiku motivasi, namun kurasa motivasi itu masuk dari telinga kanan dan langsung keluar lewat telinga kiriku. Tak kusangka akhirnya bisa berangkat lagi. Oh iya, dan kurasa lensa kontakku sudah out of date. Parah! Bagaimana ini!.
“Claire! Claire!” aku bangun pagi-pagi karena mimpi buruk kalau tidak memakai lensa kontak, dan berlari ke kamar Claire.
“Oh..” Claire langsung membuka pintunya, “aku tahu kenapa kau kesini”
“Oh ya? kenapa?” jawabku dengan tubuh terpegah-pegah.
“Lensa kontak, benar?” Claire menjawab dengan wajah datar.
“Lha iya!” ucapku berteriak, “apa yang harus kulakukaaan,Claire?!”
“Bagaimana kalau kita mencoba penutup mata itu lagi?” saran Claire.
“Hah?! Kau gila?!” aku tidak setuju, “aku tidak mau!”
“Yasudah kalau begitu tidak usah pakai saja..” jawab Claire dengan santai.
“Hey!” aku menarik tangan Claire, “ayolah.. kumohon.. kau harus membantuku..”
“Yah, bagaimana juga aku ini harus membantu Young Lady. Tapi jika memang dalam kondisi seperti ini.. apa boleh buat?” ucap Claire padaku.
“Kumohon..” aku terus memohon.
“Namun, kau ingat Lady.. kita ini sudah bukan ada di mansion. Jadi aku menafsirkan.. Young Lady harus menerima hidup menjadi orang biasa” terangnya.
“Tidak” jawabku datar.
“Apa maksudmu?” Claire tidak mengerti ucapanku.
“Ayah masih punya simpanan gudang harta di Inggris, Korea, Kutub, Cina, Mesir, Yunani, dan.. erm, dimana lagi ya?” ucapku menerangkan.
Wajah Claire berubah tanpa ekspresi.
“Jadi.. kita bisa mengambil salah satu, kurasa aku menyimpan supir jet Ayah dan lain-lain, jadi tak masalah!”
“Waw, sudah bertahun-tahun aku bekerja disana namun tak ada yang kuketahui” jawab Claire.
“Nah.. hari ini tak apa lah nggak pakai lensa kontak, tapi ya Claire” aku memanggilnya.
Claire menjawab, “kenapa?”
“Jika heli-nya sudah datang belikan kontak lens!” perintahku.
“Heli? Maksudmu helikopter?” ucap Claire sedikit bingung.
Aku mengangguk, “nah.. aku berangkat dulu!”
          Aku langsung keluar dan pergi ke sekolah. Hah.. benar sih rumahku yang sekarang ini tanpa supir dan lain lain, namun setidaknya bisa jalan kaki lebih sehat.
# Sampai di sekolah #
“Ohayoou~” ucapku di dalam kelas.
Semua orang melihatku, dan mereka terkejut. “Cecil! Kau tak apa?” mereka menyerbu kedatanganku dengan banyak pertanyaan.
Aku kaget, ini pertamanya aku jadi pusat perhatian.
“Aku khawatir loh.. kamu nggak masuk!”
“Bagaimana kabarmu? Baik kan?”
“Sekarang, apa yang kau lakukan? Aku turut berduka ya..” ucap teman-teman.
“Wah.. ceritanya panjang sih tapi..” jawabku dan menutupi mata kiriku.
“Nyaaah!! Cecil!!” Yuuka yang melihatku langsung memelukku.
“Yuuka..” aku memeluknya balik.
“Oh..” Yuuka memperhatikan wajahku.
Aku bertanya padanya, “ada yang aneh?”
“Iya, matamu kenapa? Keculek?” tebaknya.
“I-itu..” aku menyangkalnya dan pergi ke tempat dudukku. Disana aku juga melihat Ciel.
“Oh,halo” ucapnya datar sambil membaca sesuatu.
Aku menutupi mataku dengan tangan kiriku, “halo juga.”
“Matamu? Kenapa?” tanyanya.
“Tak apa” ucapku dan duduk, mengambil notesku.
“Oh ya? Coba kulihat" jawabnya dan melanjutkan membaca.
Tiba-tiba aku teringat akan sesuatu, “(Ciel? Dia pun pernah mengucapkan hal yang sama saat aku memakai  penutup mata putih itu!)” pikirku. “Sudahlah.. tak perlu mencampuri urusan orang” saranku dan menulis di notesku, “cih”.
Ciel berdiri dan mendekat kearahku.
Aku menutup notesku dan melihat kearahnya, “apa?”
“Bohong” ucapnya dengan tampang imutnya.
“Sudahlah..” aku mengencangkan tangan kiriku agar tidak terbuka.
Tiba-tiba Ciel menarik-narik tangan kiriku agar terlepas dari mata kiriku, “hey! Ciel hentikan!” ucapku memohon padanya. Yang lain pun terus memperhatikan kami.
“Nggak bisa, coba kulihat dulu!” dan dia berhasil membuka tangan kiriku.
Namun aku tetap menutup mata kiriku itu.
“Kenapa,matamu?” ucapnya padaku.
“Aku tak ingin kau tahu!” jawabku dan sebal.
“Ayolah.. Cecil..” wajahnya berubah menjadi wajah memelas.
“Hoi! Memang dengan tampangmu yang sok imut itu aku bisa membuka—“ dan tidak sengaja aku membuka mataku ini.
Ciel terkejut. “Matamu..!”
Aku juga terkejut dan menutup kedua mataku dan menunduk, “pergi!”
Anak itu lalu hanya duduk di kursinya, diam.
Karena bingung mau bicara apa aku membawa tasku keluar pergi dari sekolah.
Ciel lalu mngikutiku, “hey! Cecil! Ciel!” dan Yuuka hanya berteriak memanggil kami, namun kurasa itu tidak berguna bagi siapa saja.
“Cecil! Tunggu!” aku mendengar Ciel berlari di belakangku.
Namun aku tak berhenti berlari, “jangan mengikutiku!”
          Sampailah aku di sebuah hutan. “*gasp gasp*” kurasa aku tidak bisa berlari lagi. Dan aku memutuskan untuk duduk di bawah rumput.
“(Gawat.. Ciel sudah tahu tentang mataku.. Maafkan aku Ayah, aku tidak bisa menyimpan rahasia ini.. benar-benar minta maaf..)” ucapku dalam hati.
“Cecil..” tiba-tiba suara Ciel kembali datang.
“A-apa yang kau lakukan disini? Pergi!” jawabku dan berteriak.
“Tu-tunggu..” dia memohon. “Ada sesuatu..”
“Apa? Setelah itu pergi!” ucapku dan berbalik, tidak menghadap kearahnya.
Ciel memegang pundakku, “hey,mata violetmu itu.."
“Ada apa dengan itu?” ucapku malas berbicara dengannya.
“Ada seseorang yang memberitahuku.. jika aku melihat orang yang mata kirinya sama denganku..” Ciel berusaha menerangkan.
Aku menahan ucapannya, “sudahlah! Aku tak ingin membahas itu!”
“Dengarkan aku dulu!”
“Hemp” aku terpaksa mendengarkannya.
“Tapi, berarti dulu kamu pakai kontak lens ya?”
” (Sial, rahasiaku terbuka!) itu bukan masalahmu!”
“Tapi kenapa?” tanyanya.
“Ayahku menyarankan untuk menutupinya” jawabku.
“Oh, I see.”
Tiba-tiba dia berhenti tak berbicara.
Karena penasaran aku membalik kearahnya, “kenapa? Kok diam?”
“Kau tahu foto ini?” dan dia mengeluarkan sebuah foto dari tasnya.
Aku mengambil foto itu, “tu-tunggu..”
“Nah.. kapan-kapan bertemulah dengan Ibuku, ok?” dia mengambil kembali kertas itu dan pergi. “Eh, kamu nggak ke kelas lagi?” ajaknya.
Aku bergeleng.
“Hmm, baiklah. Aku akan bilang kau tak enak badan,ya?”
“I-iya, kumohon bilang begitu. Terima kasih,Ciel..”
Ciel tersenyum padaku, “sama-sama” dan pergi.
Aku berpikir sejenak, “kurasa.. wajah itu tak asing bagiku”
          Karena membolos sekolah aku tak tahu harus kemana. Jika pulang duluan nanti dikira membolos sekolah, namun aku tak mau kembali ke sekolah setelah kejadian aneh itu sampai besok. Haah, aku bingung. Jadi kuputuskan untuk diam disitu saja sampai jam sekolah habis.
# 5 jam kemudian, saat jam sekolah selesai #
“Cecil! Cecil!” seseorang memanggilku.
Aku kaget, dan segera berdiri mengambil barang-barangku untuk pergi. Jangan sampai ketahuan siapa-siapa.
“Hey! Kenapa kau malah lari?” lalu ternyata itu hanyalah suarah Yuuka.
“Yuuka..” aku berbalik kearahnya, “*sigh”
“Kenapa?” tanyanya.
“Aku baru saja mau pulang..” lanjutku.
Dia tersenyum padaku, “aneh,kau ini.. pasti dari tadi bersembunyi disini,kan?”
“I-iya.. kau pasti tahu dari Ciel, IYA KAN?”
“Benar.. tapi tenang dia tidak membicarakannya ke siapa-siapa kecuali aku,kok!”
“Baguslah..” ucapku lega.
“Tsurara, kau sudah menemukannya?” tiba-tiba suara anak itu juga terdengar.
Yuuka menjawab, “iya, Cecil masih disini..”
“Hmm, bagus lah..” ucap Ciel melanjutkan.
“Hey, kurasa aku harus pulang dulu deh..” aku berkata ingin segera pulang.
“Loh? Terburu-buru sekali?” jawab Ciel, “padahal aku sudah bilang jemputnya nanti saja loh, jahat kau Cecil..”
“Oh iya, setelah bencana itu, kau tinggal dimana,Cecil?” tanya Yuuka.
“Hmm.. aku sendiri bingung menjawab apa.” jawabku, “anggap saja aku tinggal dirumah kenalanku.. yah benar mungkin begitu..”
“Sudahlah, kita ngobrol sebentar disini dulu” ucap Ciel dan duduk sambil mengambil makanan dari tasnya.
“Uwu...” Yuuka langsung bersemangat melihat makanan yang dibawa Ciel, “apa yang kau bawa,Ciel-kun? Masakannya siapa?”
“Banyak.. pilih sendiri!” jawab anak laki satu itu, “kira-kira siapa dong?”
“Pasti Rima...” tebakku.
“Salah, Ibuku!” Ciel menjawab, “kemarin dia sempat mampir kerumah karena ulang tahunku.. jadinya bikin makan begini deh”
“Loh? Memangnya Ibuku nggak selalu tinggal sama kamu?” tanya Yuuka.
Ciel mengambil salah satu makanannya dan mengangguk.
Tiba-tiba aku melihat Tamago Sushi. “E-eto..”
Dan semua orang melirik kearahku, “kau kenapa,Cecil?”
“I-itu.. Tamago Sushi kah?” ucapku dan terus menatap makanan itu.
Ciel mengaangguk.
Yuuka mengambil sumpit dan menyumpit satu tamago sushi itu dan menggoyang-goyangkannya kearahku, “thehe.. kena kau,Cecil!”
“Berikan sushi itu padaku!” ucapku dan langsung memakan tamago sushi didepanku itu.
“Adoh.. kau ini ternyata dari sushi yang lain milihnya yang tamago sushi saja ya..” ucap Ciel dan memakan tako-sushi.
“Hmmmmm” aku tak bisa berhenti merasakan nikmatnya, “oishii~
# Sampai dirumah #
“He?” ucapku mlogo sendiri di depan pintu.
          Alangkah herannya ada seseorang yang menulis memo untukku di depan pintu yang bertulis, “kami berdua akan pergi belanja di mall. Cecil, jaga rumah ya~ jangan lupa pintunya selalu di kunci dan kami taruh kunci cadangan di bawah pot pink. Raven.” Aduh.. mereka ini (dasar ibu-ibu, hobbynya ke mall juga,ya?. Segera aku mencari kunci itu dan membuka pintu).
          Setelah sampai di dalam aku menaruh sepatuku dan masih memakai kaos kakinya dan melempar tasku di kursi ruang tamu. “Aku lapar~ aku lapar~ aku lapar~” dan berjalan dengan gaya aneh sambil bernyanyi itu. Aku berpikir sehendaknya mereka meninggalkan makan malam untukku, namun tidak. Dan sepertinya makanan yang ada hanya, “ramen telur!” aku pun mengambilnya dari lemari.
          Pertama aku membuka bungkusnya dan menyiapkan piring. Mengisi panci dengan air dan menyalakan kompor. “A-api..” sejenak aku berpikir, api ini mengingatkanku tentang mansion dan Ayah. Namun aku menghapus pikiranku itu dan melanjutkan memasak.
Tiba-tiba hand phoneku bunyi, dan aku mengangkatnya. “Halo?”
“Cecil, ini aku Claire..”
“Oh,Claire. Dimana saja kau?”
Claire menjawab, “aku menemani Raven belanja. Sudah pulang? Sudah makan?”
“Hey hey, logat bicaramu seperti Ibuku saja?”
“Hmm, kurasa memang aku pengganti Ibumu,Cecil..”
“Heeey..” tiba-tiba suara seseorang muncul, “Cecil?”
Aku menjawab, “iya, ini suara siapa ya?” di telepon.
“Ini Raven.. kau sudah makan,Cecil?”
“Ya ya.. aku sedang membuatnya sekarang..” (oh ternyata Raven).
“Maaf ya tadi kami terburu-buru dan tidak meninggalkan makan untukmu. Hati-hati memasak ya.. pasang mata dan telingamu agar tidak menjadi fatal!” ucapnya.
“Baik..” responku datar.
“Hati-hati di rumah!.. bye Cecil!” Raven menutup teleponnya.
“Huh..” aku juga menutup teleponku dan berjalan ke dapur lagi. Namun saat sampai disana ada SMS masuk ke hand phoneku.
Aku membacanya, “aku lupa,Cecil! Tadi sudah kutelepon orang yang bertanggung jawab dengan harta Ayahmu di Korea. Kalau kau mau ambil telepon saja dia dan 30 menit uangnya akan ke-transfer ke kartu ATM yang ada di meja kamarmu. Baru dibuatkan tadi, pinnya ada di sebelahnya. Tolong jaga baik-baik. Jangan dihabiskan, walau banyak namun jangan serakah memakainya.”
“Oh.. dari Claire..” selesai.
# Keesokan harinya, dan kontak lensku sudah ada kembali! #
          Rasanya pagi ini suasana sekolah beda. Banyak sekali orang-orang mengerumpi tentang hadiah. Memangnya hadiah apa sih? Pikirku.
“Pagi,Cecil!” ucap Yuuka menyapaku.
“Pagi..” jawabku dan tersenyum, menaruh tasku di tempat biasa.
“Pagi, Cec” ucap Ciel juga.
“Ya,pagi” aku menjawab.
“Oh iya.. apa hadiah yang kau dapat, Cecil?” tanya Yuuka tiba-tiba.
“Ha-hadiah?” aku hanya ling-lung.
“Iya! Hadiah natal! Kau dapat apa?” tanya Yuuka lagi.
“E-eto..” aku mengingat sebentar, (oh iya kemarin tak ada yang ingat tentang itu!)
“Kenapa?” ucap Ciel menyambung.
Aku menjawab pada mereka berdua, “anggota rumahku nggak ada yang ingat kemarin tanggal 25.. atau mungkin aku yang ditinggal mereka seharian dan mereka pulang saat aku sudah tidur ya?”
“Salahmu sendiri lah kalau begitu.. xixixi” ucap Yuuka tertawa, “nah kalau kau gimana, Ciel-kun?”
“Aku ya?” dia berpikir sejenak, “hmm banyak. Aku lupa.”
Kami berdua berteriak, “haa?”
“(maklum.. tahun lalu pun aku juga sampai lupa hadiahku apa saja)” pikirku dalam hati.
“Yuuka! Kesini sebentar!” tiba-tiba ketua kelas memanggil Yuuka.
Dan Yuuka pun menjawab, “Ya!” dan berkata pada kami, “sebentar ya!”
Kami berdua mengangguk dan ia pergi.
“Ahaha, salah sendiri jadi wakil ketua kelas.. sibuknya..” tuturku.
“Benar juga” jawab Ciel singkat. “Hey, Cec..”
“Apa?” jawabku cepat.
Ciel menatap wajahku dengan tampang datarnya.
“Hey, ada apa? Kok ngelihat aku dengan tampang aneh gitu?” tanyaku.
Dan di menunjuk kearahku, “itu kontak lensnya sudah ada?”
“Iya sudah!” jawabku dan berpaling dari arahnya.
“Hemp” Ciel tersenyum.
“Apa?” aku penasaran dan melihat kearahnya lagi.
“Tak apa..” jawab Ciel dan membuka sebuah kertas, “oh? Apa ini?”
Aku tambah penasaran dan merebut kertas yang ia pegang, “apa ini?”
Disana tertulis, “Pekan Festival Hantu”.
“...” aku langsung kaku tanpa suara.
“Kenapa kau?” Ciel melihat ke mukaku yang diam membeku.
Aku menggelengkan kepalaku dan mengembalikan kertas itu.
“Hmmm” Ciel membacanya, “sepertinya menarik. Mau kesini?”
Sekali lagi, aku menggelengkan kepalaku. Masih diam membeku.
“Hey!” dia menggoyangkan pundakku, “kau kenapa sih?”
“Tak apa” jawabku singkat dan keluar dari kelas.
Namun saat sampai di pintu aku berteriak kearahnya, “aku tak mau kesana!”
“He?” Ciel hanya terlihat kebingungan.
          “Hemp! Ciel bodoh!” omelku di hall sekolah. Aku berbicara pada diriku sendiri di perjalananku menuju kamar mandi itu, “huh! Sudah tahu aku benci gelap masih saja mengajakku ketempat gelap begitu! Hiih!!” omelku sendiri. Namun saat sudah berjalan 600m dari kelas bel berbunyi. Aku membatalkan niatku ke kamar mandi dan kembali ke kelas.
“Jadi, mau pergi kesana?” tanya anak itu lagi saat pelajaran berlangsung.
Tiba-tiba ada guru lewat. Karena kita sedang mengerjakan sebuah tugas dan Ciel masih santainya mengajakku ngomong sambil megang kertas itu dengan tenang guru itu mengambilnya. “Apa ini?” ucap guru fisika yang terkenal galak itu.
“Oh tidak!!” pikir kita berdua, kurasa yang ada di dalam pikiran sama.
“Festival Hantu..?” guru itu membaca, “he? Ada grosir kostumnya juga?!”
“Duh.. jangan-jangan nanti kita dimarahin..” pikirku dalam hati.
“Kalian berdua!” dengan muka semangat guru itu melihat kearah kita.
Dengan kompak kita menjawab, “i-iya?”
“Ibu punya sebuah permintaan.. untuk kalian!” lanjutnya.
          Akhirnya saat istirahat kami disuruh pergi ke ruang guru untuk menemuinya. Karena tadi dia bilang sifatnya pribadi makanya nggak berani ngomong di kelas. Dan saat kami sampai disana..
“HAH?! Jadi ibu pingen kita beliin kostum Oni untuk ibu?!” teriakku.
“Ya ampun..” lanjut Ciel masih belum percaya.
“Aduh..” ibu fisika itu menjawab, “Ibu tahu itu aneh untuk seumuran Ibu.. tapi Ibu minta tolong, yah!” ucapnya memohon.
“Sebenarnya sih bisa Bu.. tapi..” jawab Ciel.
“Tapi kenapa Ciel?” Ibu itu menunjukkan wajah memohonnya.
“Kenapa tidak Ibu beli sendiri saja?” sambungku.
Ibu fisika itu menghela nafasnya, “kalian tahu kan.. kalau yang beli Ibu sendiri nanti dikira aneh.. ayolah.. Ibu minta bantuan kalian!”
“Ya sudah deh” ucap Ciel memutuskan.
“Ha?” aku berteriak. Dan berteriak dalam hati, “(kalau gitu aku bakal kesana dong?! Ke festival penuh kegelapan dan hantu?! TIDAK!!”
          Saat kami keluar dari ruang guru, Ciel tertawa keras dan memasukkan uang dari Saki-sensei. “Ahahahaha!! Aku masuh belum percaya deh!” ucapnya dan berjalan lebih kencang ke kelas. Sedangkan aku malah diam dan berjalan pelan.
“Hey? Kenapa?” tanyanya.
“Aku.. takut..” akhirnya aku memberitahu apa yang di benakku.
“Takut apa?” jawabnya kebingungan.
“Kau lupa,ha!?” ucapku teriak, “aku takut gelap!!”
“Oh..” Ciel bertampang datar. “Iya aku lupa. Maaf ya” dan akhirnya diam.
          Sekolah akhirnya selesai. Dari kecelakaan itu dari tadi Ciel nggak ngomong apa-apa sama aku. Dan ditanya sama yang lain juga jawabnya hanya sebuah kata singkat. Dia menghindar dariku. Namun apapun itu, besok juga kita ketemu jadi kukira tak masalah. Aku tadi hanya memastikan kalau dia ingat atau tidak tentang kelemahanku, bukan memarahinya.
“Tapi apa ucapanku terlalu kencang ya?” ucapku menyela pekerjaanku, membuat tugas untuk minggu depan, “huft..”
Aku mengambil hand phoneku dan memeriksa kontak Ciel. “Apa kutelepon saja ya?  mungkin dia ngira aku marah sama dia..” pikirku.
Tiba-tiba, hand phoneku berbunyi dan “CIEL” ada di keterangan peneleponnya.
“Halo?” langsung kuterima panggilan tersebut.
“Halo,Cecil?” jawab anak itu ditelepon.
“Iya, ada apa ya?” aku mengimutkan suaraku agar terdengar tak marah.
“Kamu nggak apa?” tanyanya, “tentang tadi pagi..”
“Sudah.. aku nggak bermaksud membentakmu kamu. Maaf..” aku menjelaskan.
“Bener ya?” Ciel berusaha menyakinkanku, “bagus lah..”
“Iya. Kalau gitu besok kita langsung ketemu di tujuan ya!” ucapku padanya.
“Jadi kamu mau pergi ke festival hantu itu?” tanyanya.
“Iyalah” jawabku.
“Ok! Kutunggu!”
 “Ya!” dan kami menutup telepon itu.
Setidaknya aku beruntung dia yang menelepon bukan aku. Dengan begini, besok kita bisa dengan tenang pergi kesana J.

GowGow_Bloogie@Cecil+Yuuka ♪ + Staff
“Cam cam, Cecil here!”
“Yuuka si gadis cantik juga disini! Nyaha!”
Cecil   : Hmm, sekarang bagianku denganmu..
Yuuka : Iyup! Ada masalah kah?
Cecil   : Ada. Jika denganmu aku tak punya topik untuk dibicarakan.
Yuuka : yeeh, sana protes sama staff!
Cecil   : (teriak ke staff) Oi! Staff!
Staff    : Ya?
Cecil   : Kapan-kapan berikan bagian privat untukku lagi!
Staff    : Iya,iya.. minggu depan ya?
Yuuka : hah.. saya dikucilkan malah disini..
Cecil   : Sip! Akan kukorupsi ini acara... xixixi
“Hah.. saya bosan! Ayo berhentikan acaranya! ß Yuuka”
“He? Secepat itu? ß Cecil”

||-♫ ZAAW ♫-|| 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar