Sabtu, 07 Januari 2012

24th Desembers - Chapter 2


"Perhatian, seusai istirahat nanti akan ada seorang murid baru," guru, siapa pun itu aku tadi tidak memperhatikan namanya yang masuk ke kelasku itu menerangkan, "namun kebetulan waktunya tidak cukup, mungkin kalian diperbolehkan istirahat dulu. Setelah masuk nanti akan saya perkenalkan siapa murid baru itu."
Bel istirahat berbunyi dan dia keluar dari ruangan kelas. Semua orang berdebat,
"Wah, kira-kira laki-laki atau perempuan ya?"
"Gimana ya orangnya?"
"Enak tidak ya?"
"Aduh, aku penasaran.."
Semua berisik, laki-laki maupun perempuan. Padahal yang ada di benakku sekarang hanyalah, "hemp, siapa pun itu paling hidupku akan sama saja. Aku kan kurang suka kenalan sama orang asing" ucapku dalam hati dan membetulkan pitaku, membuka memoku dan mulai menulis lagi sampai jam istirahat selesai. Ampun ya, aku ini kurang kerjaan banget.
Tiba-tiba, saat aku sedang asik-asiknya menulis kata-kata baru yaitu.. "malas" (wew) seseorang terdengar memanggil namaku. Walau bukan namaku "Cecil" namun hanya, "permisi, kamu yang duduk di pojok?" aku tetap merasa aneh karena jarang sekali ada yang memanggilku. Cepat-cepat aku membalik mencari suara itu,
"h-hah?" ucapku berhenti menulis dan nggak nyadar menjatuhkan bulpenku.

Aku melihat seorang anak laki-laki memakai seragam sekolahku, dia berdiri tepat di sebelahku. Melihat aku tidak sengaja menjatuhkan bulpenku, dia membantuku mengambilkannya. Anak laki-laki yang berdiri di sebelahku ini tidak terlalu tinggi untuk ukuran cowok, rambutnya biru gelap hampir ke hitam-hitaman dengan kedua matanya yang berbeda warnanya. "Maaf membuatmu kaget. Ini bulpenmu jatuh" dia berkata, dan itu adalah kedua kalinya aku mendengar ucapannya.

"I-iya, nggak apa. Siapa ya? kamu terlihat baru disini?" jawabku dan menerima bulpennya.

Dia tersenyum, "aku ini anak baru di kelasmu. Karena aku melihat tempat kosong satu-satunya adalah disini jadi aku memanggilmu."

"Oh, jadi kamu anak baru itu? kamu mau duduk disini?"

"Tentu, bolehkah?"

Aku hanya mengangguk dan berhenti memperhatikannya. Mulai menulis ke memoku lagi.

"Apa yang kau tulis?" saat dia selesai menaruh tasnya ia bertanya.

Aku dengan cepat menutup memoku, "bukan urusanmu.."

"Baiklah."

Saat aku berjalan keluar, mulai bosan berbicara dengan anak itu aku dilihatin anak-anak di kelasku. Sedikit menguping, "Cecil... enak banget ya.." ada yang berkata begitu, atau "beruntung banget dia, bisa deket ma cowok cakep itu..". Aku berjalan berlahan dan berpikir, "hah? cowok cakep? dia? mana mungkin, menurutku biasa aja. Tapi.." aku menjawabnya didalam hati dan tetap berjalan menuju ke kamar mandi.
Sampai disana aku memandang wajahku di kaca. "Tatap mukaku,Cecil!" ucapku sendiri. Aku memperhatikan wajahku di cermin, "tunggu, aku Cecil?" sepertinya jiwa gilaku sudah nyala kembali.
Okok, serius. Pagi ini aku bertemu dengan murid baru, aku menanggapi kalau dia itu biasa-biasa saja, tapi kenapa orang lain bilang dia itu cakep?. Dan 1 lagi yang bikin aku penasaran, matanya. Aku melebarkan mataku, membuka lensa kontak di mata kiriku. "Nah, ini baru mata asliku" ucapku dan berlahan menaruhnya di tempat lensa.
Sejak aku lahir, memang aku memiliki 2 bola mata dengan warna yang berbeda. Namun Ayah selalu melarangku untuk memperlihatkannya ke siapapun itu, oleh karena itu aku selalu memakai lensa kontak untuk mata kiriku itu. Aku memiliki mata kiri berwarna violet sedangkan sebelahnya berwarna biru. "Tapi tadi aku lihat mata kanannya yang violet.. hem, hanya kebetulan saja" pikirku ragu-ragu tentang anak tadi, mata anak itu kalo diperhatikan juga berbeda warna. Mata kirinya biru, dan kanannya violet.
Aku berpikir sebentar. Membiarkan rambut pirang panjangku yang terurai terkena hembusan angin dari jendela kamar mandi. "Sudah lah, lebih baik aku kembali ke kelas" dan memutuskan untuk kembali ke kelas. Memasang lensa kontakku dan segera pergi.

Di depan kelas aku mendengar suara bising yang keras. Aku mendekat, "olala" ternyata banyak sekali anak-anak dikelasku menggerombol di lingkungan tempat dudukku. Sepertinya mengelilingi anak baru itu. Ingin tahu, aku berjalan ke tempat dudukku dan segera duduk di tempat dudukku itu.
"Permisi?" karena ada seseorang duduk di kursiku aku dengan ramahnya menyuruh dia untuk menyingkir. Setelah ia pergi aku tersenyum dan duduk disana, seperti biasa dan tidak melakukan apa-apa. Lama-lama bosan, aku melirik kearah anak baru itu. Tampaknya banyak sekali orang-orang bertanya tentang dirinya, namun dia tidak menjawab. Aku memang tidak bisa mendengar ucapannya dan malas mendengarkannya. Hanya bersandar di mejaku dan melihat pemandangan luar sampai belnya berbunyi lagi.

Saat belnya berbunyi, (waw, cepat sekali) guru yang tadi masuk kembali masuk ke ruang kelasku. "Ara,ara, sepertinya murid barunya sudah masuk ke ruangan ya?"

Anak disebelahku itu bangun dari tempat duduknya dan menjawab, "iya sensei."

"Kalau begitu, bagaimana jika kau memperkenalkan dirimu?"

Dia mengangguk dan berjalan kedepan. "Namaku Ciel Sharrown. Mulai hari ini aku pindah ke Jepang dan bersekolah disini. Senang bertemu dengan kalian, saya harap kita bisa berteman dengan baik."

"Baik, Ciel, apakah itu nama panggilan untukmu? mungkin ada yang lain yang ingin ditanyakan untuk Ciel?" guru itu menambahkan.

Ciel menangguk. "Hem, nama yang bagus" pikirku dalam hati.

Seseorang anak perempuan menunjuk jarinya, "Ciel-kun, dari mana kamu berasal sebelumnya?"

Ciel menjawab, "aku lahir di Inggris, tapi dibesarkan di Kanada" dan diakhiri dengan senyum.

"Hoala, Inggris?" jawabku dalam hati.

"Ciel-kun!" ada yang menunjuk jarinya lagi.

"Ya?" dengan cepat Ciel menjawab.

"Karena tempat dudukmu disana, kalau kamu mau apa kamu bisa pindah disini saja? aku janji bakal ada tempat kosong kok.."

Dia bergeleng, "maaf, tapi aku sudah nyaman duduk disana."

"Ealah ini anak, ngomongnya biasa anak bisa gak sih?" pikirku. Tapi aku pikir sekali lagi juga, dia adalah anak yang cukup sopan.

Beberapa pertanyaan konyol sudah dipertanyakan sama anggota kelas lain. Seperti, "kamu tinggal dimana?", "sudah punya pacar belum? (yang ini entah kenapa nggak ada respon darinya)", ataupun "nomer hand phonenya berapa?" aneh aneh semua.

Ciel yang telah bosan, kurasa, setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol itu segera kembali ke tempat duduknya.

Dia sempat melihat wajahku, "nee, kenapa tadi nggak kasih pertanyaan? semua orang sudah ngasih kan?"

Aku tersenyum dan menjawab, "aku bukan tipe orang yang suka memberi pertanyaan konyol begitu."

"Benar, semua itu konyol dan tidak penting.."

"Ahaha" ucapku tertawa. "(Tapi sebenarnya aku bukan bertanya, aku memberi komentar dari jawaban dan pertanyaan-pertanyaan konyol itu)" pikirku.

||-♫ ZAAW ♫-|| 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar