"Ayah?" aku memanggil ayahku yang sedang bermain catur
di ruangannya.Beberapa kali aku memanggilnya sepertinya dia tidak
mendengarku. Aku pun masuk berlahan dan memanggil namanya sekali lagi.
"Ayah.." dan berjalan berlahan kearahnya.
Dia akhirnya mengetahui kehadiranku, "Cecil, kau belum
tidur?" jawabnya.
Aku bergeleng. "Aku tidak bisa tidur.."
"Ayah sudah tahu, ini sering sekali terjadi. Kenapa kau tidak
memanggil Claire?"
Aku bergeleng untuk yang kedua kalinya.
"Kenapa Cecil? kalau begitu cerita lah ke Ayah."
"Jika raja pada permainan catur itu bisa dikalahkan, namanya
check mate,kan, Ayah?"
"Iya Cecil, tapi raja yang ayah mainkan tidak pernah
dikalahkan."
"Kenapa? Mengapa bisa begitu?"
"Ayah bukan hanya sebuah ratu yang biasanya melindungi
rajanya. Sombong karena dia bisa bergerak lebih leluasa dari raja, namun
akhirnya mati melindungi rajanya."
"Bukannya lebih baik jika dilindungi?"
"Ayah bermain sendiri, sebagai raja yang kuat dan pantang
menyerah."
Aku hanya bisa berpikir sedikit dan menjawab, "lalu siapa
ratu yang Ayah maksud?"
"Young Lady, ini sudah pagi" suara Claire terdengar
dekat. Aku yang sedang tertidur akhirnya terbangun juga.
"Jam berapa
ini?" tanyaku. Claire tersenyum padaku dan menjawab, "saya membangunkan
Cecil pada waktu yang tepat. Ayo, kamu kan harus segera siap-siap, hari ini
hari pertama kamu ke kelas 2 SMP kan?".
Setelah kurang lebih
50 menit persiapan pergi ke sekolah, aku berangkat sendiri kesana (beruntung
Ayah tidak menyuruhku untuk ikut naik mobil pribadi untukku yang dibelikan 2
bulan lalu). Baju sekolahku, merupakan salah satu baju menarik di kotaku karena
aku bersekolah di sekolah favorit. Hem hitam berlengan panjang dengan pita biru
muda seperti yang biasa kalian lihat untuk anak sekolah dari Jepang seperti
biasa. Aku pun memakai rok biru tua kotak-kotak pendek diatas lutut, namun aku
menutupinya dengan kaos kaki panjang hitam kesukaanku. Sepatu yang aku pakai
adalah sepatu yang sudah disediakan dari sekolah. Jadi semua siswa punya sepatu
yang sama, begitu juga tasnya. Mereka menyebut sekolah itu, "Sayuki Junior
High" tempat sekolah menengah terfavorit di kota yang kutinggali sekarang.
Oh iya, namaku Cecil
Salvatierra. Anak dari keluarga darah Inggris, Salvatierra yang merupakan salah
satu keluarga bangsawan terbesar di Inggris. Namun harus kukatakan, keluargaku
tidak pernah damai. Dari mulai perang keluarga, perceraian suami istri, ataupun
pertengkaran-pertengkaran itu sudah biasa terjadi di dalam rumah. Ayahku, Fran
Salvatierra sudah lama bercerai dengan mama. Aku pun tak tahu siapa namanya.
Namun pernah kulihat, sebuah foto yang aku temukan di lemari Claire, yang
sebenarnya dia adalah nannyku dari kecil. Sebuah foto keluargaku, disana ada
ayah, mama, aku yang masih sangat kecil dan digendong oleh mama serta seorang
anak laki-laki. Saat aku menanyakannya pada Claire, ia bilang itu adalah
rahasia. Aku sempat memaksanya, namun Claire bilang bila ia memberitahunya
padaku, ayah akan marah besar. Rasa penasaranku masih sangat besar tentang mencari
tahu siapa anak itu.
"..." aku
melamun di jalan, memikirkan mimpi tadi malam. Memang beberapa malam ini aku
tidak bisa tidur dan bermimpi buruk. Aku mencubit pipiku dan berkata,
"aaa! lupakan saja!".
Beberapa menit aku
berjalan akhirnya sampai juga ke sekolahku itu. Hanya berjarak setengah kilo
meter dari kediamanku yang besar itu, jadi aku memutuskan untuk berjalan.
Lagian aku tidak mau terlihat terlalu bangsawan. Ngapain juga,sombong amat?.
"Ohayou"
"Ohayou"
"Ohayou"
"Wew.."
aku melintasi beberapa anak di hall. Itu adalah satu-satunya kata yang biasa
mereka ucapkan, selamat pagi. Mungkin karena aku tidak punya teman dekat atau
apakah, atau aku bukan merupakan kelahiran Jepang asli jadi kurang terbiasa
saja. Memang aku ini anaknya kurang pandai bergaul, namun setidaknya nggak
bodoh. Aku sering dibilang seperti muka putri bangsawan oleh teman-teman ayah,
dan orang-orang disekelilingku. Tapi aku biasa aja, memang suka berpenampilan
rapi, tapi yang simple-simple aja sih, gak berlebihan.
"Uh.. jadi ini ruang kelasku?" aku akhirnya
menemukannya, setelah berjalan beberapa menit mencari ruangan kelas.
Setelah beberapa
menit menunggu sendirian tanpa berbicara dengan siapapun di kelas (halah,
sebenarnya itu sudah sangat biasa bagiku). Hanya diam di kelas dan menulis nggak
jelas di memo kecilku. Tulisannya sebenarnya hanya satu sih, "bosan",
namun aku menulisnya berulang-ulang. Aku duduk di meja terpojok dekat jendela,
yah itu udah sangat biasa juga. Seorang guru pun akhirnya masuk, dia berbicara.
Hem, hem, biasa guru memang kerjaannya ngomong dikelas kan?.
||-♫ ZAAW ♫-||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar