Sabtu, 07 Januari 2012

24th Desembers - Chapter 1


"Ayah?" aku memanggil ayahku yang sedang bermain catur di ruangannya.Beberapa kali aku memanggilnya sepertinya dia tidak mendengarku. Aku pun masuk berlahan dan memanggil namanya sekali lagi.
"Ayah.." dan berjalan berlahan kearahnya.

Dia akhirnya mengetahui kehadiranku, "Cecil, kau belum tidur?" jawabnya.

Aku bergeleng. "Aku tidak bisa tidur.."

"Ayah sudah tahu, ini sering sekali terjadi. Kenapa kau tidak memanggil Claire?"

Aku bergeleng untuk yang kedua kalinya.

"Kenapa Cecil? kalau begitu cerita lah ke Ayah."

"Jika raja pada permainan catur itu bisa dikalahkan, namanya check mate,kan, Ayah?"

"Iya Cecil, tapi raja yang ayah mainkan tidak pernah dikalahkan."

"Kenapa? Mengapa bisa begitu?"

"Ayah bukan hanya sebuah ratu yang biasanya melindungi rajanya. Sombong karena dia bisa bergerak lebih leluasa dari raja, namun akhirnya mati melindungi rajanya."

"Bukannya lebih baik jika dilindungi?"

"Ayah bermain sendiri, sebagai raja yang kuat dan pantang menyerah."

Aku hanya bisa berpikir sedikit dan menjawab, "lalu siapa ratu yang Ayah maksud?"

"Young Lady, ini sudah pagi" suara Claire terdengar dekat. Aku yang sedang tertidur akhirnya terbangun juga.
"Jam berapa ini?" tanyaku. Claire tersenyum padaku dan menjawab, "saya membangunkan Cecil pada waktu yang tepat. Ayo, kamu kan harus segera siap-siap, hari ini hari pertama kamu ke kelas 2 SMP kan?".
Setelah kurang lebih 50 menit persiapan pergi ke sekolah, aku berangkat sendiri kesana (beruntung Ayah tidak menyuruhku untuk ikut naik mobil pribadi untukku yang dibelikan 2 bulan lalu). Baju sekolahku, merupakan salah satu baju menarik di kotaku karena aku bersekolah di sekolah favorit. Hem hitam berlengan panjang dengan pita biru muda seperti yang biasa kalian lihat untuk anak sekolah dari Jepang seperti biasa. Aku pun memakai rok biru tua kotak-kotak pendek diatas lutut, namun aku menutupinya dengan kaos kaki panjang hitam kesukaanku. Sepatu yang aku pakai adalah sepatu yang sudah disediakan dari sekolah. Jadi semua siswa punya sepatu yang sama, begitu juga tasnya. Mereka menyebut sekolah itu, "Sayuki Junior High" tempat sekolah menengah terfavorit di kota yang kutinggali sekarang.
Oh iya, namaku Cecil Salvatierra. Anak dari keluarga darah Inggris, Salvatierra yang merupakan salah satu keluarga bangsawan terbesar di Inggris. Namun harus kukatakan, keluargaku tidak pernah damai. Dari mulai perang keluarga, perceraian suami istri, ataupun pertengkaran-pertengkaran itu sudah biasa terjadi di dalam rumah. Ayahku, Fran Salvatierra sudah lama bercerai dengan mama. Aku pun tak tahu siapa namanya. Namun pernah kulihat, sebuah foto yang aku temukan di lemari Claire, yang sebenarnya dia adalah nannyku dari kecil. Sebuah foto keluargaku, disana ada ayah, mama, aku yang masih sangat kecil dan digendong oleh mama serta seorang anak laki-laki. Saat aku menanyakannya pada Claire, ia bilang itu adalah rahasia. Aku sempat memaksanya, namun Claire bilang bila ia memberitahunya padaku, ayah akan marah besar. Rasa penasaranku masih sangat besar tentang mencari tahu siapa anak itu.
"..." aku melamun di jalan, memikirkan mimpi tadi malam. Memang beberapa malam ini aku tidak bisa tidur dan bermimpi buruk. Aku mencubit pipiku dan berkata, "aaa! lupakan saja!".
Beberapa menit aku berjalan akhirnya sampai juga ke sekolahku itu. Hanya berjarak setengah kilo meter dari kediamanku yang besar itu, jadi aku memutuskan untuk berjalan. Lagian aku tidak mau terlihat terlalu bangsawan. Ngapain juga,sombong amat?.
"Ohayou"
"Ohayou"
"Ohayou"
"Wew.." aku melintasi beberapa anak di hall. Itu adalah satu-satunya kata yang biasa mereka ucapkan, selamat pagi. Mungkin karena aku tidak punya teman dekat atau apakah, atau aku bukan merupakan kelahiran Jepang asli jadi kurang terbiasa saja. Memang aku ini anaknya kurang pandai bergaul, namun setidaknya nggak bodoh. Aku sering dibilang seperti muka putri bangsawan oleh teman-teman ayah, dan orang-orang disekelilingku. Tapi aku biasa aja, memang suka berpenampilan rapi, tapi yang simple-simple aja sih, gak berlebihan.
"Uh.. jadi ini ruang kelasku?" aku akhirnya menemukannya, setelah berjalan beberapa menit mencari ruangan kelas.

Setelah beberapa menit menunggu sendirian tanpa berbicara dengan siapapun di kelas (halah, sebenarnya itu sudah sangat biasa bagiku). Hanya diam di kelas dan menulis nggak jelas di memo kecilku. Tulisannya sebenarnya hanya satu sih, "bosan", namun aku menulisnya berulang-ulang. Aku duduk di meja terpojok dekat jendela, yah itu udah sangat biasa juga. Seorang guru pun akhirnya masuk, dia berbicara. Hem, hem, biasa guru memang kerjaannya ngomong dikelas kan?.

||-♫ ZAAW ♫-|| 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar